Virus Corona
Rosi sampai Akhiri Pertanyaan karena Tak Kunjung Dapat Jawaban Kapan Corona Berakhir: Simpel Aja Deh
Pakar Epidemiologi, Syahrizal Syarif tak mau secara gamblang menyebut pendapatnya soal prediksi akhir Virus Corona.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Syahrizal Syarif tak mau secara gamblang menyebut pendapatnya soal prediksi akhir Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Syahrizal Syarif bahkan harus berkali-kali ditanya oleh Presenter Rosiana Silalahi soal hal itu.
Dalam tayangan YouTube Kompas TV, Kamis (30/4/2020), sikap Syahrizal Syarif pun membuat Rosiana Silalahi menyebutnya terlalu susah menjawab.
Seperti diketahui, banyak pengamat memprediksikan akhir Virus Corona di Indonesia akan terjadi pada Juni 2020 mendatang.

• Jatuh saat Pandemi Corona, Peringatan Hari Buruh 1 Mei 2020 akan Digelar secara Virtual di Medsos
• Kisah-kisah Pasien Positif Corona Kabur di Sejumlah Daerah: Takut Kesepian hingga Ancam Bunuh Diri
Rosiana Silalahi itu pun meminta tanggapan Syahrizal soal prediksi tersebut.
"Saya sih simpel aja deh, jadi sebenarnya Anda sebagai seorang epidemiolog FKM, Anda yakin enggak sih Juni kita bisa berakhir dan bisa beraktivitas biasa dengan the new normal?," tanya wanita yang kerap disapa Rosi itu.
Namun, belum selesai Syahrizal menjawab, Rosi langsung memotong pernyataannya.
Rosi meminta Syahrizal menjawab secara cepat dan lugas.
"Makanya tadi saya sebetulnya ketika isunya adalah pandemi berakhir," kata Syahrizal.
"Saya sebenarnya ingin dapat jawaban iya atau tidak sih?," sahut Rosi.
Melihat sikap Rosi itu, Syahrizal justru tampak tertawa.
Syahrizal menyebut akhir Virus Corona itu baru sekedar prediksi dan belum bisa dipastikan kebenarannya.
"Hahaha begini, itu adalah ramalan bukan fakta. Kalau ramalan itu artinya ada syarat," jawab Syahrizal.
• Apakah Virus Corona di dalam Orang Tanpa Gejala Bisa Hilang Sendiri? Begini Penjelasan dokter Corona
Mendengar jawaban Syahrizal, Rosi kembali melayangkan sanggahannya.
Ia lantas meminta Syahrizal menjawab sebagai seorang ilmuwan terkait prediksi akhir Virus Corona.
"Sebagai seorang ilmuwan bukan peramal, apakah Anda meyakini semua variabel faktor pendukung ini bisa mendukung pandemi berakhir di Juni dan Juli bisa beraktivitas dengan normal, iya atau tidak?," tanya Rosi mengulangi.
Menjawab pertanyaan Rosi, Syahrizal lantas menyinggung soal penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dinilai belum berjalan secara efektif.
Syahrizal pun menyoroti banyaknya warga yang tetap beraktivitas di luar rumah saat PSBB.
"Untuk mejawab itu sebenarnya saya harus bilang bahwa langkah kita melakukan PSBB berizin itu kurang tepat," jelas Syahrizal.
"Harusnya syarat-syarat PSBB itu dijadikan indikator untuk kinerja bupati, wali kota menghadapi ini semua diterapkan saja."
Namun, Rosi belum merasa puas dengan jawaban yang dilontarkan Syahrizal.
"Saya tidak mendapat jawaban, ini kan kabar baik apakah Anda menilai ini belum tentu jadi kabar baik atau tidak," sahut Rosi.
"Tapi tidak apa-apa kalau Anda memang terlalu susah untuk menjawabnya," sambungnya.
Terus didesak, akhirnya Syahrizal pun secara gamblang menyebut tak yakin Virus Corona akan segera berakhir pada Juni 2020 mendatang.
"Kalau mau diminta, saya dalam kondisi tidak yakin," jawab Syahrizal.
• Ahli Farmasi Rujuk Korea Selatan soal Cara Efektif Tangani Corona, Sadari Tak Mungkin Buat Obat Baru
Simak video berikut ini menit ke-7.00:
Prediksi Mahfud MD
Di sisi lain, sebelumnya Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanaan (Menko Polhukam) Mahfud MD angkat bicara soal penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta.
Dilansir TribunWow.com, Mahfud MD menilai penerapan PSBB harus ditingkatkan karena jumlah korban Virus Corona meningkat.
Terkait hal itu, Mahfud MD pun mengungkapkan prediksi soal puncak wabah Virus Corona.
• Soal Larangan Mudik, Mahfud MD Akui Masih Banyak Warga yang Nekat Keluar DKI: Dikira Ini Main-main
Satu di antaranya yakni penyaluran bantuan sosial (bansos) bagi warga terdampak Virus Corona.
Mahfud MD menjelaskan, banyak penduduk yang tinggal di DKI Jakarta namun tak memiliki KTP Ibu Kota.
Hal itu disampaikan Mahfud MD melalui tayangan YouTube metrotvnews, Senin (27/4/2020).
"Bukan, memang banyak orang yang secara administrasi itu tinggal di Jakarta tapi selama ini tidak punya penduduk dan alamat," terang Mahfud.
"Lalu kita mau kasihkan ke mana? Dan itu jumlahnya banyak, kalau sore mereka ke luar, malam ke luar ke pinggir jalan."
Meski pemerintah kesulitan menyalurkan bantuan, ia menyebut warga terdampak Virus Corona harus mendapatkan bansos tersebut.
Menurut Mahfud, hal itu bertujuan untuk membuat warga tak nekat keluar rumah di tengah pandemi.
"Pokoknya mereka harus selamat, harus mendapat bantuan bansos itu agar tak berkeliaran," ujarnya.
"Tentu ada peningkatan-peningkatan ke arah yang lebih bagus ya, ke arah yang lebih kondusif, ke arah yang lebih positif, menjadi ngerti dan lebih tahu."
• Kata Refly Harun soal Penerapan PSBB, Singgung Kewajiban Pemerintah Penuhi Kebutuhan Warga
Karena itu, Mahfud menilai PSBB di DKI Jakarta perlu ditingkatkan penerapannya.
Ia lantas menyinggung puncak wabah Virus Corona yang diprediksi bakal terjadi Juni 2020.
"Tentu bahwa skalanya perlu ditingkatkan iya, karena puncak pandemi ini untuk Indonesia kan baru akan mulai," ungkapnya.
"Diperkirakan perhitungan yang moderat itu kira-kira akan berpuncak di bulan Juni gitu kan."
Lebih lanjut, Mahfud menilai petugas harus menerapkan PSBB secara lebih efektif dan tegas untuk menyadarkan masyarakat soal bahaya Virus Corona.
"Tetapi yang agak pesimis, yang agak konservatif pikirannya justru bisa sampai September sampai Desember," kata Mahfud.
"Nah sekarang ini baru akan mulai, sehingga skalanya perlu ditingkatkan dan administrasi pemerintahan harus lebih fleksibel dalam memberikan pelayanan."
"Tapi harus lebih tegas dalam memberikan tindakan," tukasnya. (TribunWow.com)