Virus Corona
Di ILC, Anies Bantah Karni Ilyas soal Pelambatan Corona di Jakarta: Saya Tak Buat Pengumuman Itu
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sempat membantah pertanyaan Karni Ilyas di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (29/4/2020).
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sempat membantah pertanyaan Karni Ilyas di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (29/4/2020).
Anies Baswedan membantah soal pernyataan penyebaran Virus Corona di DKI Jakarta.
Dalam kesempatan itu Karni Ilyas bertanya apakah kurva penyebaran Virus Corona di DKI Jakarta sudah mulai mendatar meski pada akhirnya kembali naik.
• Mahfud MD Sindir Orang-orang yang Dukung Penerapan Lockdown: Dulu Diagung-agungkan Sekarang Diam
"Kemarin kita sudah merasa sejuk karena dari Pak Gubernur bahwa ada pengumuman bahwa sudah flat Covid-19."
"Tapi kok hari ini katanya naik lagi apa benar, Pak Gubernur?" tanya Karni Ilyas.
Lalu, Anies membantah dirinya pernah mengatakan bahwa penyebaran Virus Corona sudah mereda.
"Pertama Bang Karni saya tidak membuat pengumuman mengenai itu," ujar Anies.
Sehingga ia memita agar semua pihak berhati-hati dalam menyampaikan pesan.
"Jadi kita sangat berhati-hati dalam menyampaikan informasi."
"Jadi kemarin sama sekali tidak ada penjelasan dari saya terkait situasi di Jakarta," kata dia.
Lalu, Anies mencoba menjelaskan perkembangan Virus Corona di ibu kota.
Ia menegaskan akan menjelaskan secara transparan.
• Sempat Lockdown Total, 3 Negara Ini Mulai Normal Kembali di Tengah Pandemi Covid-19
"Tapi perlu saya jelaskan di sini Bang Karni, terkait perkembangan kabar itu."
"Begini jadi selama ini kami selalu mengambil satu prinsip transparan, faktual, sampaikan apa adanya tidak dilebihkan tidak dikurangi," ungkap Gubernur 50 tahun ini.
Ia tak ingin membuat masyarakat santai tapi juga tak ingin membuat panik.
"Tidak dibuat jadi nyaman buat pendengar tapi tidak juga dibuat dilebihkan untuk membuat gelisah, apa adanya," sambungnya.
Anies menuturkan bahwa pertambahan Virus Corona itu masih terjadi.
Meski demikian, pertambahan itu tidak sebanyak sebelum ada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
"Dan menyangkut dengan soal Covid-19, saya perlu sampaikan di Jakarta kasusnya masih bertambah tetapi memang pertambahannya memang lebih kecil dari waktu-waktu sebelumnya."
"Jadi ada perlambatan penambahan kalau misalnya dulu tambah 200 sekarang 150 itu misalnya, sebagai ilustrasi," jelasnya.
• Peraturan Bansos Covid-19 Disebut Tumpang Tindih, Kantor Staf Presiden: Problem Kita Itu di Data
Sehingga, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menegaskan bahwa Jakarta belum terbebas dari Virus Corona.
"Tapi itu masih ada pertambahan jadi jangan sampai kemudian kita merasa Jakarta sudah merdeka dari Covid, belum kita belum merdeka lawan Covid. Kita masih harus serius menuntaskan," pungkasnya.
Lihat videonya sejak menit awal:
Pakar UI Ungkap Kemungkinan Lain Mengapa Virus Corona Cenderung Turun
Pakar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dokter Pandu Riyono membenarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdampak pada penyebaran Virus Corona.
Hal itu diungkapkan dokter Pandu Riyono saat menjadi narasumber dalam acara Metro Pagi Prime Time pada Senin (28/4/2020).
Pandu Riyono mengatakan bahwa PSBB bisa menurunkan penyebaran Virus Corona di Indonesia.
• 52 Lokasi Check Point di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, PSBB Berlaku Hari Ini, Selasa 28 April 2020
Pasalnya, sudah 60 persen orang memilih berada di dalam rumah.
"Saya sepakat kalau PSBBnya mulai meningkat yaitu dari hasil analisis data Google terlihat dari proporsi yang sudah tinggal di rumah kini sudah mencapai 60 persen," kata Pandu,
Namun, ia berharap masyarakat tetap bisa di dalam rumah hingga presentasenya mencapai angka 80 persen.
"Artinya kita harus terus tingkatkan sampai 80 persen agar benar-benar berdampak yang konsisten ini yang harus diperhatikan," katanya.
Meski kasus positif turun, Pandu menuturkan jumlah kasus ODP (Orang Dalam Pantauan) dan PDP (Pasien Dalam Pengawasan) masih meningkat.
"Data perlambatan kasus itu harus mencermati dari berapa data yang diperiksa, kalau kita melihat dari peningkatan ODP dan PDP artinya masih banyak dugaan-dugaan penyebaran di masyarakat," lanjutnya.
• Penyebaran Corona Cenderung Turun, Pakar UI Singgung Jabar yang Banyak Tak Taat PSBB: Paling Buruk
Selain itu, penurunan kasus Virus Corona itu juga bisa karena turunnya pengetesan Covid-19.
"Dan kemudian layanan testing tetap harus meningkat jangan melemah."
"Bisa saja penurunan kasus itu karena testing-nya berkurang karena terbatasnya riagen atau fasilitas ini yang perlu dicermati," ungkap dia.
Sehingga, Pandu memperingatkan agar semua pihak baik pemerintah maupun rakyat tetap memperhatikan bahkan meningkatkan kedisiplinan PSBB.
"Jangan cepat menarik kesimpulan, kita bisa cepat senang, padahal kita harus tetap mempertahankan PSBB setinggi-tingginya hingga seperti yang kita harapkan," ucapnya.
Saat menjadi narasumber dalam acara Kabar Petang tv One pada Minggu (26/4/2020), Pandu mengatakan bahwa kurva penyebaran Virus Corona cenderung menurun setelah adanya PSBB.
• Tenaga Medis RS di Solo Ungkap Perasaannya Tiap Jaga Pasien Covid-19: Seperti Tunggu Sidang Skripsi

"Sudah kelihatan menurun dan kita mengharapkan sudah di antara effect impact moderate, dan effect high intensity," kata dokter Pandu.
Lalu, ia sempat membandingkan penyebaran Virus Corona apabila warga tetap keluyuran dengan tetap berada di dalam rumah.
"Tapi itu kita lihat misalnya dari saya baru tadi siang menganalisis data dari Google di beberapa provinsi dengan indikator mereka yang tinggal di rumah," sambungnya.
Meski PSBB sudah menunjukkan dampak positifnya, dokter Pandu menyayangkan baru 50-60 persen orang di Jakarta yang patuh pada kebijakan tersebut.
"Yang di Jakarta baru 50 persen sampai 60 persen yang tinggal di rumah, padahal efeknya kita harapkan sampai 80 persen mereka tinggal di rumah, baru terlihat efeknya," lanjutnya.
• UPDATE Virus Corona di Indonesia 27 April 2020: 9096 Kasus Positif, 765 Meninggal, 1151 Sembuh
Lalu, dokter Pandu menyebut Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang juga kurang baik dalam menerapkan PSBB.
"Sedangkan yang paling buruk adalah di sekitar di bawahnya adalah penduduk di Provinsi Jawa Barat, dan yang terburuk adalah sekitar hanya di antara 30 persen sampai 40 persen yang masih keluyuran di luar," ungkapnya.
Sehingga, dokter Pandu menilai PSBB akan tidak berdampak signifikan jika daerah tidak kompak menerapkan aturan dari pemerintah tersebut.
"Ini yang masih menjadi masalah, kita bisa saja menyelesaikan cepat di Jakarta tetapi kalau provinsi menyesuaikan dengan waktu yang sama seringkali menjadi tidak siap semua mencabut PSBB ini," ucapnya.
Lihat videonya mulai menit ke-4:41:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)