Virus Corona
Sebut Pemerintah Ambigu Tangani Corona, Agus Pambagio Singgung Proyek Strategis: Negara Jangan Pelit
Pengamat Agus Pambagio sebut kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19 masih ambigu.
Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Pemerhati Kebijakan Publik dan Perlindungan Konsumen, Agus Pambagio mengimbau pemerintah untuk fokus menangani permasalahan Covid-19.
Pasalnya, pemerintah saat ini dirasa masih tidak total antara menangani permasalahan Covid-19 dan mempertahankan stabilitas ekonomi.
Hal itu disampaikan Agus Pambagio melalui forum Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (21/4/2020).

• Sembuh dari Virus Corona, Ratri Anindyajati Jadi Pendonor Plasma Darah: Yakin Ini Bisa Berguna
Agus Pambagio sadar bahwa pemerintah harus menangani keduanya.
Akan tetapi ia memintah agar pemerintah memfokuskan diri terlebih dahulu menangani pemberantasan pandemi Virus Corona.
"Yang mau saya simpulkan di sini, oke kita mengerjakan pemberantasan Covid-19 kemudian juga ekonomi, tetapi please Covid-nya dulu, karena kalau tidak repot juga kita," ujar Agus.
Kecenderungan pemerintah belum fokus menangani Covid-19 ia contohkan dengan masih ramainya DKI Jakarta oleh para pekerja.
Agus pernah mengeluhkan soal tidak adanya sanksi tegas terhadap para pengguna jalan kepada Gubernur.
Pasalnya, Jakarta bisa menerapkan sanksi ganjil genap tapi tidak bisa bertindak tegas kepada para pengguna jalan yang dalam hal ini pekerja industri dan perusahaan.
Ternyata, alasan yang diberikan pemprov kenapa tidak bisa mencabut atau memberlakukan larangan terhadap manufaktur adalah karena perusahaan mempunyai surat izin dari Kementerian Perindustrian.
• Cara Tetap Aman Bersepeda di Tengah Wabah Corona, Dokter Ingatkan untuk Selalu Kenakan Masker
• Bahayakah Berpuasa di Bulan Ramadan saat Pandemi Virus Corona? Ini Penjelasan Ahli Penyakit Menular
"Jakarta itu saya lihat masih ramai, Semanggi sampai Bundaran HI macet, belum kalau kita ke daerah Bodetabek. Jadi bagaimana? Sanksi enggak jalan," terang Agus.
"Saya selalu katakan, pengaturan ganjil genap di DKI itu aja didenda 500 ribu, kenapa yang ini tidak bisa?"
"Saya tanya pak Gubernur, 'Loh mas enggak bisa saya enggak bisa cabut izinnya, perusahaan ada pegang surat Kementerian Perindustrian' lah ini hal-hal seperti ini," tambahnya.
Khasus semacam itulah yang menurut Agus mencerminkan bahwa kebijakan pemerintah membingungkan.
Ia mempertanyakan, bagaimana negara bisa memberantas Covid-19 apabila dari sisi kebijakan saja masih ambigu.
"Gimana kita mau cepet memberangus kalau dari sisi kebijakan saja ambigu begini, orang bingung sekarang," paparnya.
Agus menyebutkan, operasi sektor industri, makloon atau manufaktur lainnya belum bisa dihentikan di tengah wabah seperti saat ini.
Padahal, sektor tersebut merupakan sektor yang menggunakan jasa tenaga kerja yang banyak, artinya bertolakbelakang dengan peraturan PSBB.
Ia menyebut, bahkan hanya untuk berhenti 2 pekan saja selama PSBB amat sangat sulit.
"Saya tidak tahu akan saya coba monitor, apakah perusaahan mau berhenti, ya tadi karena Makloon. Dua, dia ada janji ekspor misalnya manufaktur kendaraan bermotor dan itu pegawainya banyak sekali,"
"Terus makloon-makloon lain juga masih jalan, bagaimana menghentikan 14 hari saja, 14 itu sulitnya setengah mati,"
Oleh sebab itu, Agus mengimbau agar pemerintah tidak terlalu pelit.
Makloon atau proyek-proyek strategis negara seperti ibukota baru dan kereta cepet tidak ada salahnya untuk dihentikan terlebih dahulu.
Menurutnya hal tersebut akan bisa dibenahi nanti setelah wabah ini selesai.
"Saya selalu katakan dalam beberapa hari belakangan, tolong negara jangan pelit, masyarakat ini lapar."
"Tolong hentikan semua proyek strategis yang mahal termasuk pindah ibukota kereta cepat stop dulu."
• Bahayakah Berpuasa di Bulan Ramadan saat Pandemi Virus Corona? Ini Penjelasan Ahli Penyakit Menular
Simak videonya mulai dari menit ke 05.55:
Rizal Ramli Lontarkan Maaf pada Jokowi: Kamu Tidak Lakukan Strategi yang Benar
Ekonom Senior, Rizal Ramli sempat melontarkan kata maaf pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (21/4/2020).
Hal itu diungkapkan Rizal Ramli saat membahas masalah ekonomi di tengah wabah Virus Corona.
Rizal Ramli menilai terjadi pembagian strategi politik berdasarkan negara akibat Virus Corona.
• Di ILC, Rizal Ramli Sebut Ekonomi Terjatuh sebelum Corona: Pejabat Doyan Ngebantah yang Udah Bener
Menurut Rizal Ramli, Indonesia telah bergantung banyak pada China.
Sehingga, ia meminta agar Indonesia menarik diri dari China secepat mungkin
"Harus dipahami akibat krisis Virus Corona ini terjadi strategic geopolitical shift."
"Tadinya China itu pabrik dunia, semua multinasional punya pabrik di China, mereka belajar setelah ini bahaya ternyata."
"Kita enggak boleh sepenuhnya di China, kita harus keluar dari China secepat mungkin," kritik Rizal Ramli.
Lantas, ia menyebut Pemerintah Jepang yang berani keluar dari China dan kerja sama untuk investasi di beberapa negara lain.
"Pemerintah Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe kasih insentif buat perusahaan Jepang buat keluar dari China."
"Tapi ke mana mereka pergi? Mereka ternyata mereka hanya mau pergi ke Vietnam, mereka hanya mau pergi ke India, mereka hanya mau pergi ke Meksiko, Indonesia enggak masuk," serunya.
Lalu, ia menilai bahwa strategi Jokowi untuk mendatangkan investor salah.
Dalam kesempatan itu, Rizal Ramli sempat melontarkan maaf.
• Rizal Ramli Kritik Pemerintah soal Penanganan Corona: Saya Rasa Harus Diingatkan Kolega
"Pak Jokowi enam tahun terakhir selalu bilang come to Indonesia, invest to Indonesia, enggak ada hasilnya."
"Mohon maaf Pak Jokowi ya karena you dont the right strategy (kamu tidak lakukan strategi yang benar), kenapa mau masuk ke ekonomi lima persen," kritiknya.
Menurut Mantan Menteri Ekonomi ini, untuk mendatangkan investor, ekonomi di dalam negeri harus lebih baik terlebih dahulu.
"India 7 persen, lain-lain tujuh persen, mereka ke sana dulu."
"Jadi pompa dulu ekonomi di dalam negeri ke tujuh persen nanti otomatis ekonomi masuk kok, di balik logikanya," katanya.
Meski demikian, Rizal Ramli masih percaya bahwa ekonomi Indonesia bisa nomor empat terkuat di dunia jika menggunakan strategi yang tepat.
"Nah kita para analis mengatakan tiga negara ini akan menjadi negara super power dalam 10 tahun yang akan datang itu Vietnam, India, Meksiko."
"Menurut syaa kalau kita canggih, kalau kita cerdas, Indonesia bisa the 4th economic super power dalam 10 tahun yang akan datang," ujarnya.
• Data Tunjukan Kasus Kematian Pria akibat Virus Corona Lebih Tinggi, Apa yang Jadi Penyebabnya?
Mantan Ketua Bulog tersebut meminta agar Indonesia mandiri secara ekonomi dan tidak bergantung pada negara manapun.
"Konstitusi kita jelas-jelas bebas aktif, Indonesia enggak boleh ikut blok barat, blok timur, kita harus bebas aktif," ungkap dia.
Lihat videonya mulai menit ke-20:37:
(TribunWow.com/Rilo/Gipty)