Virus Corona
Arya Sinulingga Blak-blakan Bongkar Praktik Mafia Alat Kesehatan: Corona Membuka Mata Kita
Arya Sinulingga menceritakan bagaimana ada oknum yang selama ini sengaja membiarkan kemampuan perusahaan kesehatan di Indonesia terpuruk.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
"Pabriknya ada tapi bahan bakunya dari luar negeri," ucap Arya.
"Kita akhirnya impor juga," lanjutnya.
Arya menjelaskan kekurangan di Indonesia tidak hanya pada APD, namun juga alat-alat kesehatan seperti ventilator, dan obat-obatan.
Ia mengibaratkan Indonesia hanya sebagai tukang jahit pakaian, dimana bahan baku, dan barang jadinya tetap menjadi milik orang lain.
Melihat kondisi yang seperti itu, Arya bercerita bahwa Erick Thohir segera mengadakan rapat dengan sejumlah perguruan tinggi, dan beberapa Badan Penelitian, dan Pengembangan (Balitbang) pemerintah untuk membuat ventilator.
Berdasarkan pertemuan tersebut, diketahui bahwa Indonesia sebenarnya mampu memproduksi alat-alat kesehatan.
"Ternyata belum tempo sebulan teman-teman dari UI, dari ITB bisa buat ventilator, walaupun ventilatornya bukan untuk pasien yang masuk ICU," jelas Arya.
"Tapi dari Litbang ESDM itu mampu membuat ventilator untuk pasien di ruang ICU," lanjutnya.
Mengetahui kemampuan Indonesia, Arya menjelaskan bahwa Erick Thohir langsung berkomitmen memproduksi alat kesehatan dalam negeri setelah alat-alat tersebut lulus uji klinis.
• Tawa Dokter Relawan saat Ditanya soal Putus Asa Lawan Corona: Belum, Cuman Saya Deg-degan
Bongkar Praktik Mafia Alat Kesehatan
Kemudian Arya bercerita bahwa selama ini ada oknum yang sengaja hanya memfokuskan jual beli barang.
Hal tersebut dilakukan terus menerus tanpa meningkatkan kemampuan perusahan dalam negeri.
"Di sini lah Pak Erik menyatakan, kita terlalu sibuk selama ini dengan trading," ucap Arya.
"Tidak berusaha untuk membangun industri di dalam negeri kita sendiri untuk mengadakan alat kesehatan, dan Corona ini jelas menjadi ujian kita, dan membuka mata kita semua," imbuhnya.
Arya mengatakan Erick Thohir langsung mencurigai adanya mafia yang sengaja membiarkan kemampuan perusahaan dalam negeri terpuruk.