Virus Corona
Menangis, Wali Kota Tangsel Cerita Warganya Dibully karena Positif Corona: Tidakkah Kita Berpikir?
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany menangis dan suaranya berat saat menceritakan berita duka warganya dibully gara-gara Corona.
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany menangis dan suaranya berat saat menceritakan berita duka warganya dibully gara-gara Corona.
Airin tampak begitu emosional saat menceritakan berita duka dari salah satu warganya.
Warga tersebut mengalami perundungan karena ada satu anggota keluarga yang terpapar Virus Corona atau Covid-19.
• Update Virus Corona Dunia 15 April 2020: Total 1.999.787 Kasus, Amerika Serikat Capai 614 Ribu Kasus
Bukan dukungan yang didapat warga tersebut, tetangga sekitar malah meneror karena menganggap mereka yang terpapar Covid-19 jadi biang penyakit.
Bagi mereka ini ancaman buat keluarga mereka yang sehat.
"Masih ada di salah satu kecamatan, enggak usah saya sebut," ucap Airin dalam pidatonya saat meresmikan Rumah Lawan Covid-19 di Serpong, Selasa (14/4/2020).
Airin mengaku serba salah dengan fenomena ini.
Menurut Airin, suami warganya ini punya dedikasi luar biasa.
"Kakaknya menelepon saya, 'Bu Airin saya diteror tetangga, karena saya dianggap akan mengkenakan (menularkan) masyarakat sekitar,'" sambung Airin.
Di balik kacamata dan maskernya, Airin tak bisa menyembunyikan tangisnya.
Ia memahami warga yang meneror juga khawatir akan kondisi keluarganya.
"Saya mengetuk hati batin bapak ibu, tidakkah kita pernah berpikir akan terkena penyakit apa," ucap dia.
"Saya paham, oknum masyarakat Itu juga untuk menjaga keluarganya."
"Menjaga suaminya, menjaga istrinya, juga anak-anaknya, karena ketidak tahuan mengenai Covid-19," ujarnya.
• Pengakuan Napi Bebas karena Asimiliasi saat Corona Rogoh Kocek Rp 5 Juta: Enggak Bayar Enggak Keluar
Di sisi lain, ada juga yang membuat Airin tersenyum.
Beberapa lingkungan RT dan RW, ada yang saling bahu-membahu menolong bahkan menyuplai makanan kepada warga yang terjangkit Covid-19.
"Saya bersyukur berterima kasih punya warga yang sangat luar biasa," aku dia.
Di wilayah BSD, ada seorang suami yang positif dan istrinya mau tidak mau harus melakukan karantina mandiri di rumah.
"Pak RT dan Pak RW bergotong royong. Mereka tidak memusuhi bahkan menyuplai makanannya."
"Solidaritas kemanusiaan dibutuhkan untuk saat ini," ujar Airin terharu.
Contoh saling dukung ada di Kecamatan Pamulang.
Airin juga berterima kasih atas gotong-royong lingkungan terhadap suspect Covid-19.
"Di Pamulang, ada seorang suami yang positif, keluarganya juga, bahkan ada yang meninggal dan mereka memerhatikan keluarganya," ujarnya.
Sempat Cuek Lalu Kaget
Tak ada yang menyangka, virus corona atau Covid-19 akan menyebar luas ke seluruh dunia begitu cepatnya, termasuk Indonesia.
Pemimpin negara hingga kepala daerah dibuat harus bekerja cepat menanggulangi virus ganas itu.
Namun, virus yang sudah menjadi pandemi ini memperlihatkan bagaimana pemerintah dunia, negara, hingga kepala daerah tak siap dan kewalahan.
Sejak awal Januari corona menyebar di Provinsi Wuhan China, Airin mengaku cuek dan percaya dengan pemerintah pusat.
Sampai pada awal Maret, korban pertama Covid-19 muncul di Depok, Jawa Barat.
Ia kaget bukan main, saat pertengahan Maret seorang warga Tangsel meninggal dunia.
"Tuhan punya kehendak, segala kekuasaan punya Allah. Ternyata begitu cepat penularan virus corona. Dari Depok ke Jakarta dan ke tempat yang lainnya," ucap Airin.
"Pada 12 Maret ada warga kita yang meninggal tapi pada saat itu dinyatakan negatif. Notifikasi tanggal 16 menunjukkan positif. Jujur Pak, waktu itu saya kaget secara pribadi," ujarnya.
Saat itu Airin langsung menekan Kepala Dinas Kesehatannya untuk menelusuri riwayat perjalanan hingga pertemuan warganya yang positif ataupun meninggal.
"Tiba-tiba ada yang meninggal, bukan warga kita, tapi melakukan aktifitas di BSD. Tambah lagi saya pusingnya minta ampun," ujar Airin meninggikan nadanya.
Airin mengaku gagap dalam menangani Covid-19, sesuatu yang sama sekali baru buat dirinya yang berlatarpendidikan sarjana hukum.
"Saya sebagai pemerintah, gagap. Saya berkeluh kesah kepada wali kota yang lainnya," ujarnya.
• Semangati Warga Terdampak Pandemi Corona, Anies: Yang Datang ke Jakarta Semuanya Orang Tangguh
Doa dan ikhtiar Airin
Sebagai kepala daerah, Airin harus belajar cepat. Menyontoh negara lain hingga penanganan di kota tetangga, membuatnya perlahan memahami situasi.
"Setelah saya pelajari belajar dari negara-negara yang sudah lebih dulu, belajar dari DKI Jakarta, untuk bisa memutus mata rantai adalah bagaimana kita bekerja di hulu dan bagaimana kita bekerja di hilir," jelasnya.
Airin langsung mengusung strategi. Ia membangun Rumah Lawan Covid-19 untuk mengkarantina mereka orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) ringan di hulu.
Di hilir, ia menjaring rumah sakit swasta yang bisa menangani pasien PDP dan positif Covid-19.
Seluruh komponen masyarakat hingga tingkat RT dikerahkan untuk sama-sama membasmi virus mematikan itu.
Airin emosional saat membahas tentang bulan suci ramadan dan hari raya Idul Fitri.
Berkaca kepada dirinya, ia memahami warganya juga ingin berkumpul dengan keluarga di hari lebaran.
• Sadar Bahaya Corona, Pedagang Ini Janji Bakal Taati Aturan jika Diberi Sembako: Kami Minta Tolong
Di depan puluhan media, seolah berbicara ke masyarakat, Airin pun mengajak untuk sama-sama bersatu melawan Covid-19.
Ibu dua anak itu percaya keajaiban bisa terjadi apa bila usaha dilakukan secara serius dan doa terus dipanjatkan.
"Ikhtiar saya yang tidak tahu ujungnya di mana. Terima kasih tentunya kepada Forkompimda Pak Kapolres, Pak Dandim, Bu Kajari, Kepala Kemenag yang PR-nya banyak meyakinkan para Ustaz dan Kiai, yetap harus beribadah di rumah," ujarnya.
Tak bisa menyembunyikan tangis, suara Airin semakin berat.
"Dengan doa dan harapan, kita bisa salat id bersama-sama. Kita bisa berkumpul dengan sanak famili. Apalagi bapak ibu yang masih memiliki orangtua pasti ingin pulang kampung, ketemu dengan keluarga," ucap Airin.
Mengulang ucapannya, Airin dengan nada meninggi mengucapkan doanya memohon keajaiban.
"Semua orang memerediksi Covid-19 di Tangerang Selatan atau di Indonesia akan lama. Mari kita optimis, mari kita yakin keajaiban Allah itu ada Pak, dengan ikhtiar tentunya," kata Airin. (Tribunjakarta.com/ Jaisy Rahman Tohir)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Wajah Sedih Airin dan Suaranya Berat Ditelepon Korban Corona: Yakinlah Keajaiban Allah itu Ada