Virus Corona
Curhat Buruh Hidup Susah Pasca PSBB: Tidak Sepenuhnya Benar ketika Pengusaha Juga Mengeluh
Ketum KASBI Nining Elitos meminta para pengusaha bisa mengulurkan bantuan bagi para buruh yang kini tengah kesulitan akibat PSBB, dan Pandemi Covid-19
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Semenjak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, kegiatan perekonomian di Ibu Kota menjadi lesu.
Masyarakat yang berada di kelas ekonomi menengah ke bawah menerima dampak paling besar karena ada yang harus dirumahkan tanpa memiliki penghasilan.
Nining Elitos, Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) meminta agar para pengusaha bisa berbagi dengan para buruh yang kini kehidupannya semakin sulit.
• Bahas PSBB, Agus Pambagio Minta Negara Serius Urus Bansos: Ini Orang Lapar, Jangan Main-main
Dikutip dari acara APA KABAR INDONESIA PAGI, Selasa (14/4/2020), Nining bercerita kondisi buruh setelah wabah Virus Corona (Covid-19) menyebar telah semakin sulit.
"Pertama kita semua dalam prihatin," katanya.
"Dimana kita dihadapkan tentang persoalan pandemi Covid-19," kata Nining.
Nining lalu bercerita bagaimana para buruh saat ini tengah dihadapkan oleh dilema.
Dimana mereka khawatir akan keselamatan mereka selama bekerja, namun mereka juga mau tak mau harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup.
"Ditambah lagi khususnya para buruh yang bekerja hari ini sebenarnya punya keterancaman beberapa sisi," kata Nining.
"Di sisi lain mau tidak mau cara kewajiban mereka untuk bertahan hidup sebagai para pekerja masih bekerja hari ini."
"Itu yang kemudian situasi, kondisinya yang ada di dalam buruh," lanjutnya.
Nining juga mengeluhkan kebijakan pemerintah soal PSBB.
Menurutnya hal tersebut semakin mempersulit kehidupan buruh, sebab banyak buruh-buruh yang akhirnya harus mengalami pemutusan hubungan kerja.
"Dalam situasi ini justru kemudian bertambah beban para buruh, dan para pekerja, dimana pemerintah kita membuat ada sistem lockdown, dan distancing," kata Nining.
"Mereka banyak yang dirumahkan, ada juga yang di-PHK," tambahnya.
Nining bercerita berdasarkan data yang dimiliki olehnya, ada 18 ribu buruh yang telah dirumahkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
Ia juga mengatakan mayoritas buruh yang dirumahkan hanya mendapat 25 persen upah mereka, hingga ada yang sama sekali tidak mendapat upah.
"Mayoritas mereka sangat kecil mendapatkan upahnya, 25 persen, bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan upah," kata Nining.
Kemudian Nining juga tidak sepaham apabila pengusaha ikut mengeluh atas wabah Covid-19.
Menurutnya saat-saat seperti ini, para pengusaha justru bisa mengulurkan bantuan kepada para buruh.
"Padahal kita tahu benar hari ini ada persoalan-persoalan ekonomi, tidak sepenuhnya benar ketika pengusaha juga mengeluh tentang persoalan situasi hari ini," ujar Nining.
"Mereka selama ini bertahun-tahun para pekerja memberikan produktivitasnya, memberikan keuntungan."
"Seharusnya ini saat yang tepat bagi pengusaha berbagi keuntungannya terhadap pekerja," sambungnya.
• Agus Pambagio Desak Anies Tegas Tegakkan Sanksi: Kalau Masih seperti Itu, Enggak Usah Pakai PSBB
Simak videonya mulai menit awal:
Alasan Pengusaha Beroperasi saat PSBB
Pada acara yang sama, sebelumnya Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Hariyadi Sukamdani mengatakan bahwa perusahaan juga sedang berada di dalam situasi dilemma antara tutup, dan beroperasi.
Dikutip dari acara APA KABAR INDONESIA PAGI, Selasa (14/4/2020), awalnya presenter acara tersebut menanyakan kepada Hariyadi mengapa masih ada sektor-sektor perusahaan di luar pengecualian PSBB yang masih tetap beroperasi.
Hariyadi pertama menjelaskan bahwa grafik penurunan produktivitas industri terasa sangat nyata.
• Bahas PSBB, Agus Pambagio Minta Negara Serius Urus Bansos: Ini Orang Lapar, Jangan Main-main
"Jadi ini gelombang turunnya seluruh kegiatan industri itu sangat terasa sekali," katanya.
Ia mengatakan perusahaan yang saat ini masih beroperasi terpaksa berjalan karena harus menyelesaikan pesanan yang telah masuk.
"Jadi yang bekerja sekarang itu karena masih punya order, tapi nanti bertahap itu tinggal nunggu waktu saja," ujar Hariyadi.
"Karena kita melihat grafik turunnya cukup drastis," ucapnya.
Hariyadi mencontohkan sebuah perusahaan ekspor yang mengalami penurunan besar-besaran pasca berlakunya PSBB.
"Kami mendapatkan konfirmasi dari teman-teman asosiasi pekerja Indonesia, per hari kemarin itu sudah turun 50 persen lebih, " kata Hariyadi.
"Untuk pesanan ekspornya sudah terjadi pembatalan besar," lanjutnya.
Atas data tersebut, Hariyadi menyimpulkan bahwa perusahaan akan tutup setelah orderan yang mereka miliki diselesaikan.
"Jadi menuju ke itu tinggal nunggu waktu berapa bisa bertahan dengan pekerjaan atau order yang ada," katanya.
• Ketum APINDO Buka Suara soal Temuan Wartawan tvOne terkait Banyaknya Pekerja di Tengah PSBB Jakarta
Hariyadi juga tidak setuju apabila pengusaha dibilang melanggar, karena menurutnya ada perusahaan yang juga mendapat izin resmi dari pemerintah.
Namun di sisi lain, ia mengakui bahwa para pengusaha juga dilemma antara harus tetap beroperasi atau berhenti untuk sementara.
"Jadi sebetulnya kalau dibilang melanggar, tadi saya sampaikan semua sudah menyampaikan juga ada perizinan dan sebagainya," kata Hariyadi.
"Dan memang dilemmanya itu kalau si perusahaan tidak mengerjakan sama sekali, nanti efeknya ke pekerjaannya," pungkasnya.
Simak video berikut ini mulai menit ke-5.06:
(TribunWow.com/Anung)