Kabar Tokoh
Luhut Binsar Pandjaitan:Mengapa di Tengah Pandemi, Ujaran Kebencian dan Fitnah Terus Dipelihara?
Luhut Binsar Pandjaitan mencurahkan isi hatinya tentang keadaan bangsa yang keruh di tengah peperangan terhadap wabah Virus Corona (Covid-19).
Editor: Ananda Putri Octaviani
Bukan lagi kritik yang berorientasi pada pemecahan masalah dan mencari solusi bagi keselamatan negeri tercinta kita.
Saya tidak pernah punya keinginan untuk membungkam kritik, karena bagi saya kritik adalah motivasi terbesar sebagai pejabat negara dalam merumuskan kebijakan yang bermanfaat.
Bukan hanya bagi generasi saat ini, tetapi juga generasi anak dan cucu kita di kemudian hari.
• Respons Susi Pudjiastuti soal Pernyataan Luhut yang Menyebut Virus Corona Tak Tahan Cuaca Indonesia
Tapi saya juga ingin bangsa ini menjadi bangsa yang terdidik, yang terbiasa untuk saling kritik dan mendebat dengan fakta dan data yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan dengan tuduhan tak berdasar yang menyerang pribadi orang lain.
Sebuah tuduhan kepada pribadi seseorang tentu juga akan mengenai sisi paling privat dari orang itu.
Ini pula yang kemudian dirasakan oleh keluarga dan orang-orang terdekat saya.
Mereka merasa yang hari ini terjadi sudah kelewat batas dan bukan contoh yang baik bagi pendidikan moral dan pendewasaan generasi penerus bangsa yang besar ini, terutama dalam hal berdemokrasi dan menyampaikan pendapat.
Maka perlu dilakukan sebuah tindakan untuk setidaknya membuat masyarakat Indonesia, juga anak-cucu saya, bisa belajar dan paham bahwa setiap tindakan pasti ada konsekuensinya.
Saya juga ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar mampu bertanggung jawab atas apapun laku dan ucap kita, karena sesederhana ucapan dan laku itu punya dampak bukan hanya kepada kita, tetapi juga lingkungan sekitar dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Jika kita berani mengucapkan dan melakukan suatu hal, mengapa kita tidak punya keberanian yang sama untuk mempertanggung jawabkannya? (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Curahan Isi Hati Seorang Luhut Binsar Pandjaitan..."