Virus Corona
Tenaga Medis Tuai Sorotan karena Virus Corona, Imam Prasodjo Nasihati Warga: Jangan Jadi Kecil Hati
Sosiolog Imam Prasodjo angkat bicara soal pandangan miring masyarakat terhadap para tenaga medis yang kini berjuang melawan Virus Corona.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Sosiolog Imam Prasodjo angkat bicara soal pandangan miring masyarakat terhadap para tenaga medis yang kini berjuang melawan Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Imam Prasodjo mengimbau masyarakat untuk menaruh rasa empati pada para petugas medis itu.
Ia menilai, cibiran dan diskriminasi masyarakat itu justru akan mengecilkan hari para tenaga medis yang kini berjuang sekuat tenaga merawat pasien Corona.

• Ketar-ketir Bayangkan Penularan Corona saat Puasa dan Lebaran, Imam Prasodjo: RS Bakal Kolaps
• Resepsi Pernikahan Harus Batal karena Virus Corona, Pasangan Ini Hubungi Tamu Undangan Satu per Satu
Hal itu disampaikannya melalui tayangan 'DUA SISI' dalam kanal YouTube Talk Show tvOne, Kamis (26/3/2020).
"Jangan sampai dokter yang memperjuangkan, perawat yang mempertaruhkan jiwanya, terus dia pulang ke rumah malah distigma," ujar Imam.
"Dia malah kayak menjadi orang yang harus dijauhi. Bagaimana kalau seandainya anak kita dalam posisi seperti itu?"
Melanjutkan penjelasannya, Imam menyebut para tenaga medis kini membutuhkan dukungan moral agar bisa kuat menjalani kewajibannya.
"Padalah dokter itu sekarang ini tidak hanya sekedar didukung fasilitas pertahanannya, tapi juga harus ada dukungan psikologis," ucapnya.
"Jangan sampai dia jadi kecil hati."
Lebih lanjut, ia bahkan mengumpamakan para tenaga medis kini layaknya orang dalam pesakitan.
"'Sudah harus saya mempertaruhkan nyawa saya menolong masyarakat', tapi masyarakat enggak ada empati dengan mengatakan sesuatu yang menstigma dia," ujarnya.
"Jadi dia itu seperti pesakitan."
Sebelumnya, Imam juga meminta dua hal pada seluruh masyarakat Indonesia.
• Dian Sastro Lelang Sneakers Favorit untuk Galang Dana Penanganan Virus Corona, Ini 8 Daftarnya
Yakni, untuk berhati-hati terhadap Virus Corona, dan tetap berempati pada para tenaga medis,
"Ada dua hal yang berbeda, satu adalah empati, bagaimana kita membayangkan orang lain menjadi dokter dan perawat, itu adalah proses empati," jelas Imam.
"Bagaimana kita menempatkan diri kalau seandainya saya jadi dokter, kalau seandainya jadi perawat dalam kondisi seperti ini."
Meskipun begitu, Imam mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati pada setiap orang yang berpotensi menularkan Corona.
"Terus kehati-hatian, jadi di satu sisi bahwa virus ini begitu mudahnya menular dan kita tahu dokter, perawat itu terekspose oleh pasien itu," ucap Imam.
"Sehingga ada rasa kehati-hatian."
Namun menurutnya, di samping berhati-hati, masyarakat perlu menaruh rasa simpati pada para petugas medis.
"Yang menjadi soal adalah kita boleh hati-hati, dan memang harus hati-hati, tapi juga harus kita berempati," ujarnya.
• Imam Prasodjo Cemas Perilaku Warga Bisa Perparah Corona, Singgung Masyarakat di Italia Sulit Diatur
Simak video berikut ini dari menit awal:
Curhatan Perawat Hadapi Corona
Pada kesempatan itu, sebelumnya perawat Rumah Sakit (RS) Bethesda Yogyakarta, Muji Raharjo mengungkap kondisi rekan seprofesinya yang kini tengah berjuang menyembuhkan pasien Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Muji Raharjo menyebut para perawat terpaksa harus memakai alat pelindung diri (APD) saat menangani pasien.
Bahkan, sepulang dari RS, Muji mengaku dirinya harus mandi besar hingga benar-benar yakin tubuhnya bersih dari Virus Corona.
• Najwa Tahan Tangis Dengar Pesan Anak dari Guru Besar UI Meninggal karena Corona: Jangan Tambah Beban
Pada kesempatan itu, mulanya Muji mengeluhkan soal lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui hasil tes kesehatan pasien dalam pengawasan (PDP) Virus Corona.
"Hasil lab yang diperiksakan ini juga lama hasilnya, jadi kami kemudian pasti melakukan pemakaian APD yang lengkap pada pasien-pasien yang memang dicurigai sebagai PDP," ujar Muji.
"Jadi kami harus yakin kami memakai APD yang lengkap saat merawat pasien."
Lantas, Muji menyoroti fasilitas yang disediakan rumah sakit untuk menangani pasien Corona.
Ia menjelaskan, perawat harus tetap memakai ADP lengkap meski pasien yang dirawat belum dinyatakan positif Corona.
"Betul, jadi apalagi rumah sakit kami yang awalnya memang belum didesain sebagai ruang isolasi," ujarnya.
"Jadi kami tetap bagaimana lagi, kami harus tetap memakainya walaupun seperti mandi sauna."
• Update Virus Corona di Jakarta: 48 Pasien Meninggal, 495 Orang Positif per Kamis 26 Maret 2020
Menurut Muji, hal itu dilakukan para perawat sebagai upaya melindungi diri dari paparan virus dengan nama lain Covid-19 itu.
Tak hanya itu, ia dan perawat lainnya juga harus rajin cuci tangan.
"Jadi kami ya demi keamanan, kami harus tetap memakainya," jelas dia.
"Betul, jadi kami harus sering cuci tangan pakai sabun."
Bahkan, Muji mengaku dirinya harus mandi besar sepulang dari rumah sakit.
"Kami pastikan kalau pulang harus mandi besar, dari keramas, mandi pakai sabun, semuanya supaya kami aman," imbuhnya. (TribunWow.com)