Virus Corona
Ahli Sebut Klorokuin Tak Bisa Jadi Satu-satunya Pilihan untuk Corona: Tak akan Selesaikan Masalah
Ahli Biologi Molekuler menyebut klorokuin tidak menjadi solusi dalam penanganan Virus Corona yang kini telah mewabah.
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Meski sudah ada sejumlah penelitian yang menilai bahwa klorokuin atau anti-malaria bisa digunakan untuk mengobati Covid-19, tapi anggapan sebaliknya juga masih ditemukan.
Seperti halnya yang diungkapkan Ahli Biologi Molekuler di Montreal Clinical Research Institute (IRCM), Nabil Seidah.
Seidah dan satu rekannya sempat meneliti obat ini untuk menanggulangi SARS-CoV pada 2005 lalu.
• Ogah Komentar soal Corona, Mahfud MD Bongkar Larangan Jokowi pada Menteri: Jangan Bicara Sendiri
Seidah saat ini sedang bereksperimen dengan sejumlah obat-obatan termasuk diantaranya klorokuin sebagai upaya potensial melawan SARS-CoV-2 dan menggunakan bahan yang dikirim farmasi kepadanya.
Penelitiannya pada 2005 lalu menghasilkan efek antivirus kuat dalam sel hewan vitro.
Hasil Penelitian Terkait Cara Kerja Klorokuin
Melansir The Scientist, mekanisme dimana klorokuin menahan infeksi Covid-19 masih belum jelas.
Klorokuin bisa meningkatkan pH endosom, yakni vesikel di dalam sel sebagai tempat masuknya virus.
Endosom memiliki pH agak asam, sedangkan pH yang agak asam dapat membantu proses masuknya virus.
Seidah menjelaskan bahwa klorokuin dapat sedikit meningkatkan pH endosom, sehingga dapat mencegah fusi (penggabungan virus) dan menghentikan virus memasuki sel.
Seidah juga mengatakan klorokuin juga dapat memblokir enzim yang terlibat dalam fusi (penggabungan) antara virus dan sel paru-paru sehingga menghambat dalam proses replikasi (penggandaan) virus.
Sehingga apapun mekanismenya, kemungkinan kombinasi beberapa jenis obat yang pada akhirnya diperlukan untuk bisa melawan Covid-19.
"Klorokuin saja tidak akan menyelesaikan masalah," katanya.
• Blak-blakan, Ganjar Pranowo Tanggapi Video Viral Pejabat yang Ogah Diperiksa Corona: Harus Diperiksa
Sedangkan Rossman masih berharap dengan klorokuin karena kemampuannya untuk meningkatkan pH endosomik.
"Tapi seringkali ada celah besar antara cara kerjanya di sel-sel laboratorium (saat penelitian) dan cara kerjanya di dalam tubuh," katanya.