Virus Corona
Penderita Corona di Luar 'Higher Risk Group' Bisa Lakukan Perawatan Mandiri, Bagaimana Caranya?
Ahli Virologi, drh Indro Cahyono mengatakan penderita Virus Corona di luar grup 'higher risk group' bisa melakukan perawatan mandiri.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Ahli Virologi, drh Indro Cahyono mengatakan penderita Virus Corona di luar grup 'higher risk group' bisa melakukan perawatan mandiri.
'Higher risk group' adalah kelompok yang memiliki risiko kematian yang tinggi.
Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Kabar Khusus tvOne pada Kamis (19/3/2020), mulanya Indro menjelaskan status pasien itu dinyatakan positif atau negatif adalah dinamis (berubah-ubah).
• Jokowi Sebut akan Didistribusi Obat Covid-19 pada Pasien Positif Corona, Sudah Diuji Sejumlah Negara
"Pertama kita akan berbicara dua hal yang pertama adalah mengenai positif, sebelum kita lanjut ke higher risk group."
"Status positif yang harus diketahui adalah sifat status positif ini tidak bersifat statis, jadi bukan sekarang kita dinyatakan positif sampai setahun ke depan tetap positif, salah sama sekali,"
"Sifat positif di situ, sifat pernyatan positif di situ adalah status yang dinamis," jelas Indro.
Indro menjelaskan, status positif biasanya terjadi pada hari pertama hingga hari ke tujuh.
Sedangkan, di antara hari ke-8 hingga ke-14 bisa berubah menjadi negatif.
"Hari pertama kita terinfeksi akan terdeteksi positif, hari ke-6 terinfeksi akan terdeteksi positif."
"Tapi sesudah dimulai pada hari ke-8, ke-10 ke-14 kita akan berubah statusnya menjadi negatif itu yang terjadi pada pasien 01, 02, dan 03 di mana mereka masuk pada saat awal terdeteksi positif," kata Indro.
Lalu pada hari-hari berikutnya, pasien bisa kembali normal.
• Bisakah Ibu Hamil Menularkan Virus Corona ke Janinnya? Simak Faktanya, Termasuk untuk Ibu Menyusui
"Kemudian 16 hari kemudian mereka terdeteksi negatif dan bisa kembali ke rumah masing-masing dengan kondisi yang sehat," sambungnya.
Lalu, Indro menjelaskan kelompok mana saja yang memiliki risiko kematian lebih tinggi.
Orang-orang yang memiliki risiko lebih tinggi adalah orang-orang usia lanjut, penderita yang memiliki penyakit bawaan.
Orang-orang dengan golongan tersebut disebut memiliki antibodi yang rendah sehingga lebih tinggi terancam Virus Corona.
"Nah kita akan berlanjut ke usia lanjut tadi, higher risk group yang secara statistik memang akan lebih banyak yang terkena buat orang-orang berusia lanjut."
"Yang kedua golongan komplikasi penyakit yang menyebabkan kesulitan mendapatkan antibodi dalam melawan virus," jelasnya.
Selain itu, yang masuk dalam golongan 'higher risk group' adalah orang yang memiliki penyakit saluran pernafasan sebelumnya karena reseptor yang mereka miliki sudah rusak dan dapat lebih mudah dimasuki virus.
• Kabar Duka, Lee Chi Hoon Meninggal Dunia, Sempat Tes Corona dan Hasil Negatif
"Yang ketiga orang-orang yang memiliki gangguan saluran pernafasan sebelumnya, misalnya TBC, misalnya pneumonia kronis sehingga sebelum dia mengalami penempelan antara virus dengan reseptornya, saluran pernapasannya juga mengalami kerusakan dan akan bertambah parah," ucap Indro.
Sehingga, Indro mengungkapkan bahwa seharusnya yang dirawat di rumah sakit adalah kelompok-kelompok tersebut.
"Nah orang-orang yang ada di dalam higher risk group ini yang harusnya merupakan prioritas dirawat di rumah sakit, karena akan mengacu kepada gangguan pernapasan dan mengacu pada kegagalan bernapas."
"Sekali lagi higher risk group yang seharusnya dirawat di rumah sakit," ujar Indro,
Sementara itu, orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik bisa melakukan perawatan secara mandiri.
"Tapi kalau ini terjadi pada manusia dengan sistem kekebalan yang normal atau yang mampu mengembangkan kemampuan antibodi dia normal, seperti kebanyakan manusia."
"Seperti 97 persen pasien yang kemudian bisa menjadi negatif, kemudian bisa menjadi sembuh maka kita bisa melakukan perawatan kesehatan secara mandiri," jelasnya.
Saat ditanya bagaimana cara merawat diri sendiri dalam menghadapi virus, awalnya Indro mengatakan bahwa virus bisa hidup di dua di tempat.
Ada di dalam tubuh manusia dan di luar tubuh manusia.
Khusus di luar tubuh manusia, virus bisa dibersihkan dengan pembersih-pembersih rumah tangga, seperti sabun hingga cairan pembersih piring.

• Sebut Pemerintah Tutupi Informasi soal Corona, Haris Azhar: Rakyatnya Bersuara Baru Negara Ngakuin
"Kita akan melihat dua hal di sini bahwa setiap virus selalu ada di dua lokasi."
"Yang pertama ada di dalam tubuh yang kedua di luar tubuh, yang di luar tubuh kita bisa menghancurkan virusnya dengan cara apa, dengan cara membiasakan hidup bersih."
"Kita sering cuci tangan dengan sabun, enggak masalah kita enggak punya hand sanitizer, kita masih punya sabun, kita masih punya pembersih lantai, kita masih punya bahkan pembersih pakaian, cairan untuk cuci piring juga bisa dipakai," jelasnya.
Menurut Indro, apapun pelarut lemak bisa menghancurkan virus di luar tubuh manusia.
"Apapun bisa dipakai untuk menghancurkan lemak, bisa dipakai untuk menghancurkan virus di luar tubuh," lanjutnya.
Sementara itu, virus di dalam tubuh bisa diatasi oleh imunitas tubuh.
Pada hari ke-tujuh terinfeksi, biasanya antibodi tubuh akan keluar melawan semua virus yang masuk.
"Sementara yang di dalam tubuh bisa di handdle dengan antibodi."
"Di hari ketujuh antibodi akan keluar untuk melawan apapun yang masuk di badan kita di hari pertama," kata dia.
• Dokter di RSUP Persahabatan Ungkap Keluh Kesahnya: Berlari Maraton sampai Nanti Menang Lawan Corona
Agar antibodi lebih banyak dari biasanya, maka dianjurkan untuk mengosumsi vitamin E dan C.
"Dan produksi akan meningkat hingga ke hari 14 dan jika kita memberikan vitamin E dan vitamin C satu butir sehari maka antibodi kita akan naik dua sampai tiga kali lipat dari produksi antibodi yang biasa diproduksi tubuh kita."
"Sehingga apa semakin banyak antibodi, semakin banyak diproduksi maka virus akan semakin cepat disingkirkan dari tubuh kita," jelas Indro.
Lihat videonya mulai menit ke-5:20:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)