Virus Corona
Ditanya Keefektifan Rapid Test Virus Corona, Dokter RSUP Persahabatan: Lihat Dulu Pakai yang Mana
Pemerintah Indonesia mengambil langkah untuk melaksanakan rapid test atau tes secara massal dan cepat untuk menangani penyebaran Virus Corona.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Indonesia mengambil langkah untuk melaksanakan rapid test atau tes secara massal dan cepat untuk menangani penyebaran Virus Corona.
Rapid test tersebut bertujuan untuk dapat mengidentifikasi lebih awal warga yang terjangkit Virus Corona, sehingga bisa dilakukan tindakan lebih lanjut sebelum menyebar luas.
Dilansir tvOneNews, Sabtu (21/3/2020), Juru Bicara Tim Dokter Pasien Covid-19 RSUP Persahabatan, Jakarta, dr. Erlina Burhan, mengungkapkan efektifitas rapid test tersebut.
• Sempat Viral, Begini Curhatan Dokter Handoko Gunawan saat Ditelepon Ganjar: Situasi Buruk Sekali
"Kita lihat dulu rapid test-nya ini cerologi atau yang antigen," ujar Erlina.
Ia menyebutkan rapid test cerologi kurang efektif karena dapat menghasilkan false negative atau mengeluarkan hasil negatif padahal sebenarnya positif.
"Karena kalau rapid test yang dasarnya adalah cerologi, yang periksa darah, itu baru positif kalau ada antibodi, dan antibodi ini baru ada kalau sudah ada gejala," jelas Erlina.
"Nah, jadi kalau di awal-awal kita memakai rapid test yang cerologi atau antibodi ini, maka akan false negative," sambungnya.
Erlina menyarankan agar pada fase awal pemeriksaan, pemerintah menggunakan rapid test antigen.
Rapid test antigen tersebut mendeteksi virus yang ada di spesimen cairan tenggorokan pasien, sehingga lebih efektif.
Namun ia mengatakan tes paling efektif adalah Tes PCR yang digunakan Indonesia saat ini.
• Soal Rapid Test Corona, Jokowi Sebut Sudah Dimulai dan Daerah Ini yang Diprioritaskan Lebih Dulu
Tes PCR adalah tes yang juga dilakukan dengan menguji spesimen cairan tenggorokan pasien.
Tes ini lebih akurat mendeteksi Virus Corona, namun membutuhkan beberapa waktu untuk mengetahui hasilnya.
"Butuh waktu sampai satu hari, dan itu sifatnya harus di lab. Sementara rapid test ini dapat dilakukan di setiap faskes (fasilitas kesehatan)," kata Erlina.
Erlina menyebutkan pemerintah bisa menggunakan kedua jenis rapid test, namun ia mewanti-wanti untuk lebih memperhatikan masyarakat yang akan dites.
Apabila belum muncul gejala, jangan dilakukan tes secara cerologi, namun dengan tes antigen.