Virus Corona
Masjid Istiqlal Tiadakan Salat Jumat 2 Pekan, Nasaruddin Umar Punya Alasan Objektif dan Subyektif
Masjid Istiqlal Jakarta tiadakan ibadah Salat Jumat selama 2 pekan ke depan, terhitung mulai hari ini, Jumat (20/3/2020). Nasaruddin ungkap alasannya
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Masjid Istiqlal Jakarta akan meniadakan ibadah Salat Jumat selama dua pekan ke depan, terhitung mulai hari ini, Jumat (20/3/2020).
Dilansir TribunWow.com, keputusan tersebut dilakukan untuk pencegahan penyebaran Virus Corona.
Hal itu disampaikan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar seperti yang dikutip dari tayangan Youtube BNPB Indonesia, Jumat (20/3/2020).
Nasaruddin Umar mengatakan ada beberapa hal yang mendasari keputusan tidak menggelar Salat Jumat di Masjid Istiqlal.

• Kabar Baik dari Wuhan, Pertama Kali Diumumkan 0 Positif Domestik Virus Corona, Tim Medis Dipulangkan
Pertama yaitu mengikuti Fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), kemudian berdasarkan imbauan dari Presiden Joko Widodo serta dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Ditambah lagi dengan komunikasi dengan imam-imam besar dari sejumlah negara Islam.
"Setelah kami komunikasi dengan imam-imam besar di sejumlah negara Islam yang juga melakukan hal yang sama, maka barulah kami menetapkan bahwa hari ini untuk dua Jumat yang akan datang Masjid Istiqlal itu kita tak menggunakannya untuk salat Jumat," ujar Nasaruddin dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jumat (20/3/2020).
Selain itu, Nasaruddin Umar juga mengatakan ada alasan objektif dan subjektif untuk memutuskan hal tersebut.
Untuk alasan objektif yaitu seperti yang sudah dijelaskan di awal, seperti beberapa imbauan dan juga fatwa dari MUI yang tentu menjadi patokan utama.
Dirinya berharap, logika dari fatwa MUI bisa dicerna dengan baik, sehingga tidak menimbulkan kontra.
"Alasan obyektifnya seperti tadi, ada imbauan dari MUI dan fatwa MUI. Saya harap tokoh-tokoh umat Islam khususnya betul-betul membaca logika MUI ini," kata Nasaruddin Umar.
"Yang kedua, imbauan Pak Presiden dan Gubernur DKI Jakarta," imbuhnya.
• Sebut akan Ada Kemungkinan Buruk, Kemenlu Minta WNI yang Masih di Luar Negeri Segera Pulang
Adapun untuk alasan subyektifnya, lanjut Nasaruddin, pihaknya telah mempelajari perkembangan penularan Covid-19 secara internasional.
Yaitu dengan melihat kondisi negara-negara lain yang juga sedang dalam keadaan sama, bahkan lebih parah.
Maka dari itu, Nasaruddin menegaskan alasan meniadakan Salat Jumat tersebut tujuannya tidak lain untuk keselamatan umat muslim dari penyebaran Virus Corona.
"Termasuk misalnya di Iran, Korea Selatan, dan utamanya di Italia yang dua-tiga hari terakhir ini sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, supaya untuk mencegah jangan sampai terjadi di Tanah Air tercinta ini," tuturnya.
Simak videonya:
Fatwa dari MUI soal Aktivitas Ibadah Puasa dan Tarawih di Tengah Wabah Corona
Menjelang hadirnya bulan Ramadhan, semua umat muslim masih dicemaskan oleh pandemi Virus Corona.
Virus dengan nama lain Covid-19 sudah memiliki dampak yang sangat besar pada aktivitas masyarakat di seluruh dunia.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia, juga sudah memberikan imbauan untuk mengurangi kontak ataupun interaksi sosial.
Semua sekolah, pekerjaan, bahkan ibadah, dianjurkan untuk dilakukan di rumah.
• Menkes Didesak Mundur karena Dinilai Anggap Enteng Corona, Seskab: Sudah Disampaikan ke Pak Presiden
Lantas bagaimana dengan ibadah puasa dan juga Salat Tarawih di bulan Ramadhan?
Dilansir TribunWow.com, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa menyikapi hal tersebut.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Niam Sholeh dalam unggahan Youtube KompasTV, Kamis (19/3/2020) mengingatkan kepada semua masyarakat Indonesia, khususnya umat muslim untuk tetap memberikan kewaspadaan dengan penyebaran Virus Corona.

Asrorun Niam meminta semuanya untuk ikut berperan bersama pemerintah untuk pencegahan penyebaran Virus Corona.
"Yang pertama kita semua memiliki tanggung jawab untuk mencegah peredaran penyebaran wabah Covid-19 ini terus meluas, tidak bisa hanya dibebankan kepada satu komunitas, kepada pemerintah semata tanpa kontibusi dan juga partisipasi publik secara keseluruhan," ujar Asrorun Niam.
Meski begitu Virus Corona tidak menjadi penghalang bagi semua umat muslim untuk menjalankan kewajiban ibadah di bulan Ramadan.
Namun tetap harus memperhatikan bagaimana potensi penyebaran Virus Corona.
• Kesigapan Ridwan Kamil Atasi Corona Diapresiasi Mendagri Tito Karnavian: Bisa Ditiru Daerah Lain
"Dalam konteks ini, umat islam yang akan menjalankan ibadah puasa, tentu kewajiban puasa tetap dijalankan sebagaimana biasa," katanya.
"Tetapi dengan catatan memberikan perhatian secara khusus terhadap potensi penyebaran seluruh potensi yang menyebabkan penyebaran virus covid secara meluas ke tengah masayarakat, itu harus dicegah dan juga diminimalisir," jelas Asrorun Niam.
Lebih lanjut Asrorun Niam menjelaskan untuk pelaksanaan salat berjamaaf, termasuk Salat Tarawih.
Dirinya mengatakan bagi yang berada di daerah dengan resiko penularan tinggi atau zona merah mendapat keringanan untuk lebih baik menjauh kerumunan.
Namun untuk yang berada di daerah dengan resiko penularan rendah atau zona hijau diusahakan tetap berjalan normal.
"Pada satu kawasan yang berada pada zona merah, maka kita bisa melaksanakan aktivitas ibadah di batasi ditempat-tempat yang bebas kerumunan fisik, yang mpunyai potensi penyebaran secara lebih meluas," ungkapnya.
"Sementara kalau berada di dalam daerah zona hijau, maka aktivitas berjalan sebagaimana biasa, tetapi dengan mengurangi tensi konsentrasi masa, sekaligus juga mengoptimasi kesehatan dan kebersihan," imbuh Asrorun Niam.
• Lihat Foto Perbandingan Situasi di Indonesia dengan Negara Lain akibat Virus Corona, Masih Ramai?
Selain itu, dirinya kembali mengingatkan untuk terus berhati-hati karena resiko penularan tetap ada.
Maka dari itu, Asrorun Niam menyarankan kepada umat muslim yang akan melakukan salat berjamaah untuk menyikapi dengan baik.
Seperti misalnya wudhu dari rumah, menjaga tempat ibadah, ataupun jika perlu membawa sajadah sendiri dari rumah.
Dan terakhir yaitu untuk tidak lupa berdoa meminta keselamatan.
"Kita cuci tangan untuk meminimalisir potensi penyebaran, membersihkan tempat ibadah, membawa sajadah sendiri, dan meminimalisir kontak secara fisik," bebernya.
"Ini bagian dari ikhtiar, ketika ikhstiar sudah kita dilaksanakan, kita kuatkan dengan doa, dengan munajad."
"Ini bagian dari ikhtiar dhohir dan juga batin yang perlu ditempuh sebagai umat beragama," pungkasnya.
Simak videonya:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)