Virus Corona
Achmad Yurianto Beberkan Masalah Penanganan Virus Corona di Indonesia: Tidak Asal Periksa
Juru bicara penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengungkapkan mengenai proses identifikasi pasien terinfeksi Virus Corona di Indonesia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Juru bicara pemerintah untuk penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengungkapkan mengenai proses identifikasi pasien terinfeksi Virus Corona di Indonesia.
Achmad Yurianto menyebutkan bahwa sesuai standar WHO, pemeriksaan akan dilakukan setelah menetapkan suspect yang dilakukan dengan cara tracing.
Pemeriksaan lebih lanjut diberikan kepada orang yang terbukti memiliki kontak dengan pasien positif Covid-19 atau yang telah memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara dengan kasus serupa.
• Kritik Penanganan Virus Corona, Fadli Zon Singgung Nama Anies Baswedan: Jangan Buang-buang Waktu
Ia menyebutkan Indonesia memiliki kebijakan untuk tidak akan memeriksa warga tanpa alasan yang jelas.
Seperti yang disampaikannya dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (11/3/2020), Yurianto membeberkan tujuan pemerintah dalam melakukan tracing suspect terinfeksi Virus Corona.
"Bagi kami sebenarnya, menemukan kasus positif tidak dalam kepentingan untuk rawatan pasien. Karena rawatan pasien sudah standarnya ada. Tetapi untuk memastikan bahwa tidak ada sumber penularan yang berada di tengah masyarakat. Tujuannya adalah cari, ditemukan, diisolasi," jelas Yurianto.
Lebih lanjut, Yurianto juga menekankan bahwa pemerintah lebih berfokus pada penelusuran kontak terduga Covid-19 daripada secara acak memeriksa masyarakat.
"Bukan sebanyak mungkin orang diperiksa, sebanyak mungkin orang ditracing. Jadi tidak kemudian tanpa alasan kita melakukan pemeriksaan," kata Yurianto.
Disebutkannya saat ini di Indonesia telah terdapat 765 orang yang diperiksa dari hasil penelusuran yang dikelompokkan dalam beberapa klaster.
Yurianto juga menjelaskan bahwa Indonesia menerapkan uji tes yang lebih mendalam sehingga pemeriksaan pasien suspect terkesan lebih lama.
• Bantah Anies Baswedan, Fadjroel Rachman Klaim Pemerintah Tak Lambat Hadapi Penyebaran Virus Corona
"Kita juga menggunakan metode pemeriksaan yang tidak rapid tes modelnya, karena rapid tes diakui bisa memeriksa cepat dalam jumlah banyak tetapi false positifnya lebih banyak," terangnya.
Dalam melakukan pemeriksaan positif Corona, petugas kesehatan akan mengambil spesimen Virus Corona yang dilakukan dengan cara usap lidi pada dinding belakang hidung dan dinding belakang mulut.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan pemerintah untuk tidak melakukan pemeriksaan dengan skala besar.
Yurianto menegaskan, kebijakan yang diambil pemerintah untuk menyeleksi orang yang akan diperiksa sudah sesuai standar WHO.
Pihaknya menjelaskan bahwa riwayat perjalanan dan riwayat kontak dengan penderita menjadi aspek penting dalam melakukan pemeriksaan.
"Tidak asal orang kemudian panas batuk pilek periksa, ada tracingnya dulu, adakah riwayat dia kontak atau pernahkah dia melakukan perjalanan ke suatu daerah yang kemudian kita yakini endemisitasnya tinggi," pungkas Yurianto.
Simak tayangan selengkapnya dari menit ke 08:17
(TribunWow.com)