Kerajaan Galuh di Ciamis
Babe Ridwan Tertangkap Kamera Berbisik ke Presenter saat Dedi Mulyadi Tegaskan Kerajaan Galuh Nyata
Dedi Mulyadi membantah pernyataan Budayawan sekaligus Sejarawan Ridwan Saidi yang menyebut tak ada kerajaan Galuh.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi angkat bicara soal kontroversi Kerajaan Galuh di Ciamis.
Dedi Mulyadi membantah pernyataan Budayawan sekaligus Sejarawan Babe Ridwan Saidi yang menyebut tak ada Kerajaan Galuh.
Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Talk Show tvOne pada Minggu (16/2/2020), Dedi Mulyadi mengatakan Babe Ridwan Saidi berhak memiliki pendapat tersendiri terkait Kerajaan Galuh.
• Diungkit-ungkit Masalah Umur, Babe Ridwan Berpesan agar ILC Angkat Tema Kontroversi Kerajaan Galuh
Namun, ia merasa sudah biasa bahwa pernyataan-pernyataan Babe Ridwan sering menimbulkan kontroversi.
"Ya Babe punya argumentasi dalam landasan berpikir sejarah yang Babe miliki, dan itu hak Babe untuk punya pikiran seperti itu."
"Dan bagi kita bukan hal baru mendengar Babe memberikan pernyataan yang kontroversial, yang seringkali menimbulkan reaksi dari masyarakat atau tokoh-tokoh yang menjadi subjek ucapannya," kata Dedy.
Ia memiliki dua pandangan terkait Kerajaan Galuh.
Dedy menjelaskan bahwa prasasti di Ciamis itu benar adanya.
Bahkan, ia pernah mengusulkan nama Ciamis diganti menjadi Galuh.
"Tetapi dalam pandangan saya berbicara persoalan Galuh itu bicara tentang dua hal. Yang pertama adalah persoalan prasasti, prasastinya sampai hari ini masih ada di Ciamis, di Galuh."
"Saya termasuk orang yang mendorong nama Ciamis menjadi namanya Kabupaten Galuh," jelas Dedy.
• Rektor Universitas Galuh Marah Dengar Pernyataan Ridwan Saidi soal Kerajaan Galuh: Terkoyaklah Semua
Saat Dedi mengungkap hal itu, Babe Ridwan tertangkap kamera berbisik pada presenter yang ada di sampingnya.
Namun belum dapat dipastikan apa yang diungkapkan oleh Babe Ridwan.

Lalu, Dedi kemudian menjelaskan terkait prasasti di Kerajaan Galuh.
"Yang kedua prasasti itu bukan bersifat ujug-ujug yang menjadi landasan argumentasi yang dibuat," lanjutnya.
Selain itu, Dedy mengatakan bahwa dari penelitian seorang Sejarawan dari Universitas Padjajaran itu memang ada.
"Lima tahun saya ikut membiayai Sejarawan dari Universitas Padjajaran untuk melakukan penelitian, sisa-sisa peninggalan Kerajaan Galuh dan bisa disimpulkan bahwa apa yang ditinggalkan adalah otentik peninggalan sejarah Kerajaan Galuh," katanya.
• Ridwan Saidi Diminta Minta Maaf soal Kerajaan Galuh, Babe: Bapak Benar Mustinya Saya Tidur di Masjid
Tak berhenti di sana, dari segi bahasa Galuh berarti 'hati' dalam bahasa Sunda.
"Itu yang pertama, yang kedua kalau dari sisi tata bahasa dalam Kamus Bahasa Sunda yang saya baca, Galuh itu bisa diartikan berarti berasal dari kata Galuh, Galuh itu 'hati'," ucap Dedi.
Kata Galuh memiliki filosofi yang dalam bagi warga Ciamis.
"Nah sehingga karena hati itu maka sangat respon terhadap apa yang menjadi filsafatnya orang Galunggung bahwa pulung akan turun dari Galunggung."
"Pulung itu cahaya kemudian Galunggung berasal dari kata Galuh Agung."
"Orang Sunda meletakkan hati sebagai kekuatan fundamen utama dalam membentuk karakter manusia," jelas Dedi.
Lihat videonya mulai menit ke-4:20:
Argumen Babe Ridwan soal Kerajaan Galuh
Budayawan Babe Ridwan Saidi angkat suara soal pernyataannya terkait Kerajaan Galuh yang menimbulkan kontroversi.
Hal itu diungkapkan Babe Ridwan Saidi dalam acara 'Apa Kabar Indonesia Malam' tv One pada Minggu (17/2/2020).
Babe Ridwan Saidi sempat mengatakan bahwa Kerajaan Galuh itu tak ada.

• Ridwan Saidi Diminta Minta Maaf soal Kerajaan Galuh, Babe: Bapak Benar Mustinya Saya Tidur di Masjid
Ia juga menyebut Galuh yang berarti brutal.
Babe Ridwan mengatakan, bahwa kata itu berasal dari Kamus Bahasa Armenia-English.
Ia mengacu kamus tersebut lantaran orang-orang dari ras Kaukasia sempat berimigran ke wilayah Indonesia, khususnya daerah Sunda.
Mereka menggunakan bahasa Armenia saat itu.
"Itu dari Kamus Armenia-English akhir abad 19 artinya sebab begini orang-orang Kaukasia yang migran ke mari abad 89 Samarkan, Tajskan, itu berbahasa Armenia," kata Babe Ridwan.
Selain itu, prasasti di Bogor dan Cikapundung Lembang disebut belum dapat diterjemahkan hingga sekarang.
• Rektor Universitas Galuh Marah Dengar Pernyataan Ridwan Saidi soal Kerajaan Galuh: Terkoyaklah Semua
"Di samping itu juga ada orang-orang dari Asia Barat mereka membawa aksara nabatein, aksara nabatein digunakan di prasasti di kebun raya Bogor juga prasasti di Cikapundung."
"Kan enggak bisa diterjemahkan prasasti itu karena aksaranya enggak dikenali," jelasnya.
"Menurut budayawan sekaligus sejarawan ini, kalau ingin mengamati suatu sejarah secara lengkap seharusnya juga dilihat dari aspek bahasa atau linguistiknya."
"Jadi kita kalau mendekati sejarah, dalam metode total history itu lingusitik enggak bisa diabaikan musti pake pendekatan linguistik," jelasnya.
Sehingga, jika penafsirannya soal bahasa tersebut tidak membuat semua orang setuju, ia mengaku minta maaf.
"Kalau kutipan saya terhadap kamus itu salah atau artinya tidak mengenakkan saya sudah berkali-kali di berbagai media minta maaf."
"Dan kalau apa yang saya hidangkan itu menimbulkan ketidak enakan dan gaduh saya juga minta maaf berkali-kali."
"Jadi karena itu menurut hemat saya ini perbincangan," ungkapnya.
• Kata Budayawan Ridwan Saidi soal Viral Keraton Agung Sejagat, Sebut Ada Penyimpangan Sejarah
Sementara itu sebelumnya pernyataan Babe Ridwan Saidi soal tidak ada Kerajaan Galuh itu pertama kali diungkapkan di channel YouTube Macan Idealis pada Rabu (12/2/2020).
"Mohon maaf ya dengan saudara-saudara di Ciamis. Di Ciamis itu enggak ada kerajaan," ujar Babe Ridwan seperti dikutip dari Kompas.com
Babe Ridwan berkata demikian berdasarkan indikator ekonomi warga Ciamis.
Ia mempertanyakan dari mana penghasilan warga Ciamis.
"Ciamis penghasilannya apa? Pelabuhan di selatan kan bukan pelabuhan niaga. Sama dengan pelabuhan di Teluk Bayur. Bukan pelabuhan niaga. Hanya pelabuhan penumpang. Di Ciamis juga sama, lalu dagang apa?" ujarnya.
• Bahas Revitalisasi Monas, Azas Tigor Langsung Didebat Ridwan Saidi: Dengar kalau Orang Ngomong
Padahal menurutnya untuk membiayai sebuah kerajaan harus ada indikatro ekonomi, seperti pelabuhan.
Bahkan, Babe Ridwan menyebut Galuh artinya brutal.
"Sunda Galuh saya kira agak keliru penamaannya," lanjut dia.
Akibat pernyataan tersebut, warga Ciamis, Herdiat mengancam akan melaporkannya pada pihak berwajib.
Ia akan mempolisikan Babe Ridwan jika tak ada klarifikasi dan minta maaf.
"Kita tak boleh brutal, tapi tuntut secara hukum. Setuju semua ya," ungkapnya.
Sementara itu, dirinya bangga bisa menjadi bagian dair Kerajaan Galuh.
"Saya bangga pin (bertuliskan) Galuh tiap hari saya pakai. Bangga sebagai masyarakat Tatar Galuh Ciamis yang pernah punya kejayaan, masa keemasan. Maka kita ingin bangkitkan semangat Galuh," ungkapnya. (TribunWow.com/Mariah Gipty)