Breaking News:

Terkini Nasional

Di ILC, Mahfud MD Bahas Luka SARA Prabowo Vs Jokowi sejak 2014: Itu Hanya Jualan Saja

Mahfud MD mengulas kembali perpecahan di Indonesia yang terjadi akibat politik SARA yang dimulai sejak Pilgub 2017

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Kolase (TRIBUNNEWS/HERUDIN), (TRIBUNNEWS/THERESIA FELISIANI), dan (youtube Indonesia Lawyers Club)
Menhan Prabowo (kiri), Menko Polhukam Mahfud MD (tengah), Presiden RI Joko Widodo (kanan) 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengulas kembali perpecahan di masyarakat yang menurutnya terjadi karena peristiwa Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2017.

Mahfud mengatakan perpecahan terjadi akibat adanya pihak-pihak yang menggunakan isu keagamaan untuk meraih kepentingan politik.

Ia berharap agar Suku Agama, Ras dan antar Golongan (SARA) tidak lagi digunakan dalam perpolitikan di Indonesia.

Di ILC, Rizal Ramli Sindir Praktik Hadiah Jabatan, Puji Sistem Komunis China: Orang Dites Dulu

Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (11/2/2020), mulanya Mahfud menceritakan kejadian Pemilu tahun 2014.

Kala itu Mahfud mengatakan rivalitas antara Prabowo dan Jokowi yang memperebutkan kursi RI 1 berjalan secara sehat.

Isu yang diperdebatkan adalah perbandingan pendekatan politis antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

"Begini Bang Karni, tahun 2014 itu terpecah antara calon Pak Prabowo dan Pak Jokowi, Jokowi-Jusuf Kalla, Prabowo-Hatta Rajasa, itu terpecah," kata Mahfud.

"Tapi terpecahnya saat itu enggak pakai politik SARA, itu pendekatan program saja."

"Kalau saya melihat Pak Jokowi itu pendekatannya populis, langsung ke rakyat bawah, ke rakyat kecil, ke gorong-gorong."

"Kalau Pak Prabowo, pendekatannya itu strukturalis, dia mau memperbaiki sistem, dan itu memang pendekatannya begitu," lanjutnya.

Mahfud mengatakan permasalahan SARA mulai terjadi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta yang melibatkan Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa dengan Ahok.

Isu SARA berkembang karena kedua calon gubernur DKI kala itu menganut kepercayaan ynag berbeda dan hal tersebut digoreng oleh para pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.

"Tapi tahun 2019, yang didahului dengan pemilihan gubernur, Pilgub, itu memang lalu politik identitas yang muncul, politik keagamaan, yang sebenarnya sih ndak ada yang lebih benar antara yang satu dengan yang lain, itu hanya jualan saja," ujar Mahfud.

Mahfud menegaskan penggunaan isu SARA tidak bisa dibenarkan dan ia berharap agar ke depannya tidak lagi terjadi.

"Sehingga bagi saya sebenarnya ndak ada yang punya dasar untuk menyatakan menjadi paling benar, membawa nama agama, oleh sebab itu ke depannya menurut saya yang penting itu bagaimana masalah ideologi ini diperkuat," jelasnya.

Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua MK tersebut menjelaskan bahwa tidak ada yang salah dan benar dalam urusan agama.

"Ndak usah lagi politik identitas, karena semua kalau bicara agama, masing-masing punya dalil," ujarnya.

Wejangan Anies Baswedan di ILC soal Masa Depan Negara: Saya Optimis Indonesia Selalu Mengecewakan

Pendukung Anies Banyak Juga yang Enggak Salat

Ia kemudian menunjukkan fakta bahwa isu SARA yang berkembang kala itu tidak mencerminkan keseluruhan pendukung kedua calon.

"Taruhlah kalau pandangannya Ahok yang dianggap tidak Islam dan sambungannya, kemudian yang satu yang Islam Pak Anies dan sambungannya, itu pendukung Pak Anies banyak juga yang enggak sholat kalau waktu kampanye itu, tapi banyak yang sholat juga, pendukung Ahok juga ada yang sholat waktu kampanye, jadi itu bukan urusan agama," papar Mahfud.

"Yang begitu-begitu itu ke depannya dikurangi, atau kalau bisa bukan hanya dikurangi tapi dihilangkan, sehingga politik ke depan itu, taruhlah politik identitas tidak bisa dihindari."

Mahfud tidak melarang apabila seseorang memilih pilihannya karena identitas, namun ia menentang keras apabila terjadi perpecahan karena hal tersebut.

"Orang memilih karena kesamaan agama, kesamaan suku, itu silahkan, tapi kalau sampai menimbulkan perpecahan ideologis, itu amat sangat berbahaya," tandasnya.

Sudjiwo Tedjo Sindir ILC Hilang seusai Pilpres 2019, Karni Ilyas: Tak Ada Hubungannya dengan Takut

Lihat videonya di bawah ini mulai menit awal:

Luhut Sebut Prabowo Nyaman Kerja dengan Jokowi

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto nyaman bekerja dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dilansir TribunWow.com dari tayangan KompasTV, Selasa (4/2/2020), Luhut Pandjaitan bahkan memuji Prabowo kini bersikap ksatria, lantaran memuji Jokowi.

"Beberapa kali Pak Prabowo itu bilang ke saya," tutur Luhut Pandjaitan.

"Kemarin pagi kami berdua lagi ketemu, dia bilang 'Bang, enak kerja sama Pak Jokowi'," imbuhnya.

Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo berjabat tangan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto usai pelantikan Menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Presiden Joko Widodo resmi melantik 34 Menteri, 3 Kepala Lembaga Setingkat Menteri, dan Jaksa Agung untuk Kabinet Indonesia Maju. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo berjabat tangan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto usai pelantikan Menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Presiden Joko Widodo resmi melantik 34 Menteri, 3 Kepala Lembaga Setingkat Menteri, dan Jaksa Agung untuk Kabinet Indonesia Maju. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Di ILC, Sudjiwo Tedjo Sindir Dinasti Politik Pemimpin: Di Indonesia Enggak Aman kalau Enggak Kaya

Luhut Pandjaitan juga menyebut Prabowo tidak minta apa-apa saat bertemu dengannya.

"Enggak minta apa-apa," kata dia.

"Pokoknya, Pak Prabowo jangan korupsi itu saja."

"Dan kita bebas untuk membuat yang bagus," sambungnya.

Luhut Pandjaitan kemudian menyebut Prabowo adalah orang yang ksatria.

Hal itu lantaran Prabowo merupakan rival Jokowi pada Pilpres 2019 lalu.

Akan tetapi, sekarang Prabowo ada di pemerintahan, dan memuji kepemimpinan Jokowi.

"Ini satu pernyataan, satu statement dari seorang rival, yang menurut saya ksatria," kata Luhut Pandjaitan.

"Saya bilang 'Wo, kamu terusin saja."

"Karena Prabowo itu dulu wakil saya, jadi saya manggilnya begitu kalau lagi berdua, di depan publik ya Pak Prabowo," imbuhnya sembari tertawa.

Ia pun mengaku sepakat, meski berbeda, tapi tidak boleh ada kebencian.

"Tapi itulah seorang ksatria menurut saya," tuturnya.

"Nah, kami sepakat, bahwa kita ini boleh berbeda, tapi tidak perlu musuhan, apalagi membenci," pungkasnya.

Bicara Keadilan, Sujiwo Tejo Soroti Arloji Erick Thohir di ILC: Jauh Banget, Gimana Persamaan Nasib?

Simak selengkapnya dalam video di bawah ini:

(TribunWow.com/Anung Malik)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Mahfud MDPrabowo SubiantoJokowiIndonesia Lawyers Club (ILC)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved