Terkini Daerah
Cerita Cinta Pasutri Tunanetra Penjual Krupuk di Bandar Lampung, Cari Nafkah Jalan Kaki Berdua
Sebagai penyandang tunanetra, Setiawan dan Putri hanya saling mengenal dari nada bicara dan intonasi suara ketika mereka belum menikah.
Editor: Lailatun Niqmah
“Dia (Setiawan) sering ngegombalin saya. Namanya perempuan, apalagi saya masih muda, ya luluh juga,” kata Putri.
Putri pun menerima lamaran Setiawan.
Mereka menikah secara sederhana.
Urusan makan dan kebutuhan rumah tangga, mereka serahkan kepada Empunya Alam Semesta. Keduanya memutuskan berjualan keripik dan kerupuk.
Dengan bersama-sama, mereka bisa saling menjaga.
“Jualan bareng, jalan kaki. Jadi nggak sepi, ada teman ngobrol di jalan,” kata Putri.
Selayaknya rumah tangga, Setiawan dan Putri mengaku pernah bertengkar.
Namun, karena sudah sangat hafal karakter istrinya, Setiawan punya trik sendiri.
“Berantem pasti, namanya rumah tangga. Tapi nggak pernah lama.
Nggak boleh suami istri marahan lama-lama. Biasanya kalau habis berantem, saya kasih cokelat, baikan lagi,” kata Setiawan sambil terkekeh.
Setiawan dan Putri membatasi lama mereka berjualan hingga pukul 13.00 WIB.
Setelah itu pulang dan mengasuh buah hati mereka yang masih berusia 3 tahun.
“Alhamdulillah, matanya normal, bisa melihat. Lagi lucu-lucunya,” kata Setiawan.
(Kompas.com/Tri Purna Jaya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Cinta Pasutri Tunanetra Penjual Kerupuk, Setiap Bertengkar, Istri Luluh dengan Cokelat"