Pemulangan WNI Eks ISIS
Guru Besar UI Sebut Deradikalisasi WNI Eks ISIS Tak akan Berhasil: Kita Bicara Surga
Guru besar Hukum Internasional UI mengatakan akan sulit melawan janji-janji surga yang telah tertanam pada pola pikir bekas-bekas anggota teroris ISIS
Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menjelaskan pendapatnya soal upaya pemerintah dalam program deradikalisasi bekas-bekas anggota teroris.
Hikmahanto mengatakan deradikalisasi tidak akan bisa ampuh untuk mengembalikan pola pikir para teroris yang telah didoktrin dengan janji-janji surga yang tertancap kuat dalam pikiran mereka.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal YouTube Kompastv, Sabtu (8/2/2020), mulanya Hikmahanto membahas soal status kewarganegaraan anak-anak Warga Negara Indonesia (WNI) eks ISIS.
• Pesan Guru Besar UI ke Jokowi soal Pemulangan WNI Eks ISIS: Stop Jangan Wacanakan Hal Ini Lagi
Ia menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat menghilangkan status kewarganegaraan anak-anak tersebut.
"Kalau dia (anak-anak WNI eks ISIS) masuk dalam dinas militer asing karena di usia belia, dia bisa saja kehilangan kewarganegaraannya," ujarnya.
"Kedua kalau misalnya dia sudah mengangkat sumpah untuk tunduk pada apa yang ada di ISIS, tentu dia juga bisa kehilangan kewarganegaraan," tambahnya.
Hikmahanto mengatakan masih ada kemungkinan anak-anak WNI eks ISIS tetap memiliki status WNI.
"Tapi kalau misalnya dia tidak, mungkin saja kewarganegaraannya ada," katanya.
Meskipun masih ada kemungkinan untuk mengevakuasi, Hikmahanto tetap menolak negara melakukan evakuasi WNI eks ISIS, karena memang tidak memiliki kewajiban untuk melakukan hal tersebut.
"Harus ada keikhlasan dari anak tersebut mau kembali atau tidak, baru kemudian pemerintah melakukan seleksi yang sangat-sangat ketat," katanya.
Doktrin Janji Surga
Hikmahanto kemudian membahas soal pencucian otak yang dilakukan oleh ISIS.
Pola pikir yang ditanamkan oleh ISIS kepada anggota-anggotanya disebut Hikmahanto telah tertanam begitu kuat pada anggotanya.
Sulit bagi pemerintah Indonesia untuk menghilangkan pola pikir ekstremis tersebut.
Terlebih apabila pemerintah Indonesia tidak memilki doktrin yang lebih kuat dibandingkan milik ISIS.
"Kalau mereka sudah terdoktrinasi, indoktrinasi bahwa untuk bisa masuk surga, kita bicara surga, bahwa kamu harus membunuh, kamu harus begini," ujar Hikmahanto.
"Maka di kepala mereka sampai mereka di Indonesia pun akan ada seperti itu, mungkin awal-awal mereka tidak muncul, tapi karena sudah by reflect (reflek), mereka akan muncul," lanjutnya.
Ia kemudian mengibaratkan doktrin ISIS mirip seperti rasa nasionalisme yang diajarkan kepada warga Indonesia sedari kecil.
Seiring bertambahnya usia, rasa nasionalis juga akan semakin besar.
Selama pemerintah Indonesia belum memiliki doktrin yang mampu melawan janji surga yang ditawarkan oleh ISIS, walaupun para bekas anggota teroris tersebut tercukupi secara ekonomi, hal tersebut tidak menjamin mereka akan kembali ke jalan yang benar.
"Masalahnya yang harus dilawan adalah doktrinasi yang kita sebut sebagai surga, ada enggak program yang bisa melawan bahwa itu surga, bukan cuma sekadar uang," tandasnya.
• Sutiyoso Sebut Biarkan Eks ISIS Pulang, Ceritakan Kekesalannya saat Bom Thamrin: Sebenarnya Dongkol
Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-0.40:
Mantan Teroris Curiga Penyesalan WNI Eks ISIS
Di Indonesia, seseorang yang pernah tergabung dalam praktik terorisme justru menyuarakan penolakannya terhadap kembalinya WNI eks ISIS.
Dikutip TribunWow.com dari kanal YouTube Talk Show tvOne, Jumat (7/2/2020), mantan napi terorisme Sofyan Tsauri khawatir soal masuknya WNI eks ISIS ke Indonesia.

• Bantah Rencanakan Pemulangan WNI Eks ISIS, BNPT: Mengaku sebagai WNI, Kita juga Enggak Tahu Ini
Ia menduga apa yang dilakukan oleh WNI eks ISIS merupakan langkah yang memanfaatkan simpati dan empati dari masyarakat serta pemerintah agar bisa kembali ke Indonesia.
"Yang kita khawatirkan sebetulnya bentuk pragmatisme atau oportuniti," kata Sofyan.
Sofyan kemudian menjelaskan beberapa istilah ajaran di dalam Islam yang membolehkan seseorang bersandiwara atau berbohong apabila sedang dalam kondisi darurat atau genting.
"Artinya mereka berpura-pura mengadakan Tauriah atau Kitman atau disebut juga dengan Takiyyah," paparnya.
Penyesalan dan kesedihan WNI eks ISIS diduga Sofyan merupakan salah satu bentuk kebohongan.
Mereka berbohong agar mendapat simpati sehingga kemungkinan untuk kembali ke Indonesia semakin besar.
"Mereka berpura-pura menyesal, lalu kemudian mereka masuk, ini yang kita khawatirkan," ungkap Sofyan.
Berdasarkan pengalamannya sebagai napi teroris, Sofyan telah menemui banyak orang yang tetap menjadi ekstremis bahkan setelah mendapat rehabilitasi.
Ia kemudian menyebutkan beberapa kasus pemboman yang pelakunya adalah orang-orang yang dideportasi dari Turki kembali ke Indonesia, kemudian mendapat rehabilitasi di Indonesia.
Di antara kasus-kasus yang disebutkan oleh Sofyan, salah satunya adalah kasus pasangan bom bunuh diri dari Indonesia yang melancarkan aksinya di Filipina.
Aksi tersebut dilakukan oleh suami istri WNI bernama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh.
Pasangan suami istri tersebut melakukan aksi bom bunuh diri di sebuah katedral di Jolo, Filipina yang menewaskan lebih dari 20 orang.
• Beda Sikap Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil soal Polemik Pemulangan WNI Eks ISIS

Sofyan mengakui mengenal kedua orang tersebut, bahkan pernah menjalani rehabilitasi bersama.
Berkaca dari peristiwa mengerikan tersebut, Sofyan sangat khawatir akan wacana masuknya WNI eks ISIS ke Indonesia.
"Dari kejadian-kejadian ini mengkhawatirkan kita semua," tandasnya.
Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-1.35:
(TribunWow.com/Anung Malik)