Breaking News:

Virus Corona

Ratusan WNI di Wuhan Dipulangkan, Bagaimana Nasib Buruh Migran di China yang Masuk secara Ilegal?

Puluhan ribu buruh migran Indonesia (BMI) yang bekerja di China, sebagian besar diperkirakan masuk melalui prosedur ilegal atau tidak berdokumen.

Editor: Lailatun Niqmah
Tribun Batam
Ratusan WNI dari Wuhan China yang dipulangkan oleh pemerintah setelah wabah virus corona merebak. 

TRIBUNWOW.COM - Puluhan ribu buruh migran Indonesia (BMI) yang bekerja di China, sebagian besar diperkirakan masuk melalui prosedur ilegal atau tidak berdokumen.

Lembaga advokasi buruh migran mendesak pemerintah Indonesia tak mengabaikan keberadaan mereka dalam kondisi darurat penyebaran virus corona di China.

Namun hingga kini Kementerian Luar Negeri masih fokus mengevaluasi kebijakan pemulangan 238 mahasiswa Indonesia dari kota Wuhan, pusat munculnya virus tersebut.

WNI Pertama Positif Virus Corona Tercatat di Singapura, Terjangkit setelah Kontak dengan Majikan

Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah menyatakan tidak lagi menempatkan buruh migran ke China.

Mayoritas pekerja informal Indonesia di negara itu disebutkan bekerja secara ilegal atau tanpa prosedur resmi.

Uchi, yang sekarang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Shanghai, adalah salah satu buruh migran tak berdokumen tersebut.

Walau berjarak sekitar 800 kilometer dari Wuhan, Uchi menyebut kehidupan kesehariannya di Shanghai terdampak.

Tinggal indekos di luar rumah majikan, Uchi mengaku sulit membeli bahan makanan karena toko dan pasar belum beroperasi secara normal.

"Belanja makanan saja susah. Toko rata-rata tutup semua. Teman saling kontak kalau ada yang buka kita langsung datang ke sana," ujar Uchi saat ditelepon dari Jakarta, Selasa (04/02/2020).

"Masuk mal harus ukur suhu badan. Yang 37 derajat ke atas, tidak akan diizinkan masuk dan harus langsung ke rumah sakit. Ruang gerak kami kecil sekali," tuturnya.

Uchi berkata tidak cemas berlebihan pada potensi terjangkit virus corona.

Kabar Baik, Unair Surabaya Miliki Alat Pendeteksi Virus Corona, Akurasi 99 Persen, Sampel dari Dahak

Namun, karena berstatus buruh ilegal, ia tidak memiliki jaminan kesehatan jika mengalami gejala terinfeksi virus corona.

"Sebagai pekerja tidak berdokumen, saya tidak memiliki jaminan apapun di sini. Jadi kalau sakit, minta bantu teman, minta obat atau tanya beli obat di mana," kata Uchi.

"Sesama pekerja tidak resmi, kami saling bantu. Di Shanghai semua buruh migran tidak ada yang resmi," ucapnya.

Penyebaran virus corona di China juga mempengaruhi Winnie, buruh migran asal Malang, Jawa Timur.

Padahal ia tinggal di rumah majikannya di kota Tianjin, yang berjarak sekitar 1.100 kilometer dari Wuhan.

Winnie berkata, majikannya belum pulang dari luar kota sejak musim libur Imlek lalu.

Ia diminta majikan tidak keluar dari kompleks perumahan, apalagi tanpa masker wajah.

Virus corona yang menjangkiti China tak membuat Winnie khawatir. Namun ia menyebut beberapa kawan buruh migrannya berharap bisa dievakuasi pemerintah Indonesia.

"Saya berharap semua pekerja migran Indonesia terhindar dari virus ini. Saya yakin pemerintah akan lakukan hal terbaik. Kalaupun ada, semoga dia akan baik-baik saja," kata Winnie via telepon.

"Ada sebagian teman yang sangat tidak nyaman karena 10 hari tidak keluar rumah karena majikan khawatir. Mereka berharap bisa pulang, kalau ada evakuasi gratis."

"Tapi bagi saya, kalau masih sehat dan ada kesempatan bekerja, kenapa harus pulang," tuturnya.

Viral Kemasan Cairan Dettol Bertuliskan Bisa Bunuh Virus Corona, Ini Kata Pakar Kesehatan

Senin lalu (03/02/2020), di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian di Jakarta, Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah, mengklaim belum ada satupun pekerja migran Indonesia di China dan negara sekitarnya yang terinfeksi virus corona.

Ida sejauh ini telah mengeluarkan surat edaran untuk meminta dinas ketenagakerjaan serta perusahaan pengirim buruh migran untuk mewaspadai potensi virus corona.

Ida mengklaim telah mengirim bantuan masker untuk para buruh migran di luar negeri.

Meski begitu, Wahyu Susilo, aktivis Migrant Care, sebuah lembaga advokasi buruh migran, mendesak pemerintah tetap mengambil kebijakan nyata untuk para pekerja Indonesia itu.

Menurut Wahyu, posko pelaporan keberadaan pekerja migran di China adalah hal paling minimal yang dilakukan Kedutaan Besar Republik Indonesia.

"KBRI di Beijing harus membuat posko pelaporan untuk WNI, siapapun dia, baik mahasiswa, pekerja, atau yang kebetulan ada di sana, untuk melaporkan posisi mereka," kata Wahyu.

"Yang paling sulit didata adalah pekerja migran karena tidak semua pekerja migran Indonesia yang secara prosedural bekerja di kawasan ini," ucapnya.

Wahyu mengatakan, Kementerian Luar Negeri semestinya juga membuka posko aduan di dalam negeri. Tujuannya, kata dia, orang-orang yang sanak familinya berada di China bisa melapor ke pemerintah.

"Basis data pemerintah adalah data yang resmi. Tapi dalam mobilitas manusia, ada mobilitas yang tidak terdaftar," katanya.

Deputi Penempatan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Teguh Hendro Cahyono, menyatakan tidak ada lagi penempatan pekerja migran secara resmi ke berbagai kota di China, apalagi Wuhan.

Walau begitu, Teguh berkata pemerintah tidak akan mengabaikan WNI yang kehidupannya terdampak virus corona, termasuk pekerja ilegal di China.

"Hak sebagai pekerja kembali ke peraturan yang berlaku di negara itu, ditanggung asuransi kesehatan atau tidak," kata Teguh.

"Kalau tidak resmi, tentu saja mereka tidak serta merta dilindungi. Tapi sebagai WNI, kewajiban pemerintahlah untuk memperhatikan dan melindungi mereka selaku warga negara Indonesia," tuturnya.

Di sisi lain, Kemlu menyatakan masih fokus mengevaluasi evakuasi 238 mahasiswa asal Indonesia dari Wuhan. Teuku Faizasyah, juru bicara Kemlu, belum dapat memastikan kebijakan lanjutan yang akan diambil lembaganya ke depan.

"Sekarang sedang ada evaluasi pelaksanaan pemulangan kemarin, hal-hal apa yang jadi perhatian kami."

"Berangkat dari pengalaman itu kita akan lihat opsi ke depan terkait WNI kita yang masih ada di sana," kata Faizasyah.

Merujuk data Badan Pusat Statistik tahun 2017, buruh migran Indonesia di China mencapai 900.000 orang atau 10% dari sembilan juta WNI yang bekerja di luar negeri.

Belum satupun dari mereka dilaporkan terjangkit virus corona hingga berita ini diturunkan.

Namun pada Selasa (04/02/2020), pemerintah Singapura memastikan satu buruh migran Indonesia di negara itu secara medis tertular virus tersebut.

Sampai pukul 20.00 WIB, 4 Februari 2020, virus corona menginfeksi lebih dari 20.000 orang di lebih dari 25 negara. Setidaknya 427 orang meninggal dunia akibatnya.

(BBC Indonesia/Abraham Utama)

Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul "Virus corona: Puluhan ribu buruh migran Indonesia kerja di China, 'juga perlu ditangani pemerintah'"

Sumber: Bola Indonesia
Tags:
Virus CoronaWarga Negara Indonesia (WNI)Evakuasi WNI di China
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved