Breaking News:

Virus Corona

Daging Kelelawar Disebut sebagai Asal Virus Corona, Warga Manado Tetap Konsumsi Paniki

masyarakat dianjurkan tidak mengonsumsi daging kelelawar maupun hewan liar lain menyusul wabah penyakit pernapasan, yang timbul akibat virus corona.

dwnews.com via Tribunnews.com
Seleb Internet Minta Maaf karena Unggah Video Makan Sup Kelelawar, Tak Sadar Bahayanya Virus Corona 

Sementara itu, konsumen tongseng kelelawar, atau yang biasa disebut codot di Yogyakarta, tak berkurang, menurut pemilik warung makan di Yogyakarta Wanti.

Wanti mengatakan kelelawar, yang diambilnya dari daerah laut, digemari karena konsumen percaya akan khasiatnya, meski hal ini tidak didukung bukti ilmiah.

"Itu untuk obat asma, asam urat, gula, gatal-gatal. Sehari-hari jumlah konsumen tidak tentu, bisa 20 sampai 40 pembeli," ujar Wanti.

Sebelumnya, peneliti China, menduga virus corona baru berasal dari kelelawar, sebagaimana dikutip dari laman website berita resmi yang dikelola pemerintah Cina.

Laporan itu juga menyebut kemungkinan ada perantara lain sebelum virus dari kelelawar sampai ke manusia.

'Kelelawar reservoir virus'

Ketua Umum Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Aquatik, dan Hewan Eksotik Indonesia, Dokter Huda Darusman, mengatakan kelelawar berpotensi menyebarkan penyakit virus pada manusia.

Huda, yang merupakan pengajar di IPB itu, menjelaskan kelelawar memiliki daya tahan tubuh yang spesifik, yang mampu berperan sebagai reservoir atau penyimpan agen penyakit.

Sebelumnya, kata Huda, kelelawar merupakan reservoir virus corona lainnya penyebab SARS dan MERS.

Ketika dimakan, ujar Huda, virus itu bisa ditransmisikan ke manusia, meski virus sangat mudah dinonaktifkan dengan pemanasan atau bahan tertentu dalam proses pemasakan.

Penyebaran lewat udara, ujar Huda, juga membuat virus ini berbahaya.

98 WNI Ingin Tinggalkan Wuhan karena Virus Corona, Ketua PPI: Kalau Ada Surat dari KBRI, Bisa Keluar

"Corona ini yang jadi concern, menular melalui udara. Kami melihatnya nggak serta merta makan sop kalelawar kena corona, namun di udara sendiri sudah ada (virusnya)," ujar Huda.

"Mungkin dengan masakan nggak tepat, nggak panas, mungkin memudahkan hewan itu menyimpan penyakitnya."

Namun, dengan proses masak yang benar, Peneliti Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB, Joko Pamungkas, mengatakan virus yang ada kemungkinan tidak aktif, seperti apa yang diamatinya dilakukan oleh sejumlah warga di daerah Minahasa, Sulawesi Utara, dalam proses memasak mereka.

"Mereka memasaknya sedemikian rupa, ada belasan bumbu yang dimasukkan yang mungkin akan menonaktifkan virus tersebut. Suhu mendidih lama itu berandil untuk menonaktifkan virus tersebut," ujar Joko.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
ManadoKelelawarVirus CoronaPaniki
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved