Virus Corona
Ungkap Cara Penularan Virus Corona, Kemenkes Imbau Masyarakat Tak Panik: Enggak Terbang Kayak Debu
Sesditjen P2P Kemenkes Achmad Yurianto angkat bicara soal wabah Virus Corona.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Sekretaris Ditjen (Sesditjen) Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto angkat bicara soal wabah Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Achmad Yurianto menyatakan Virus Corona tak menular lewat udara.
Namun, ada sejumlah faktor yang menyebabkan seseroang bisa tertulat Virus Corona.
Hal itu disampaikan Achmad Yurianto saat menjadi bintang tamu dalam acara 'Apa Kabar Indonesia Pagi' yang diunggah kanal YouTube Talk Show tvOne, Senin (27/1/2020).
• Ahli Kesehatan Inggris Perkirakan 100.000 Orang di Dunia Terinfeksi Virus Corona: Cepat atau Lambat
• Takut Terkena Virus Corona, Mahasiswa Indonesia di Wuhan Minta Dipulangkan, Begini Kondisinya Kini
Achmad Yurianto mulanya mengungkap cara pemerintah untuk mencegah virus ini masuk ke Indonesia.
"Sebenarnya enggak perlu dibocorkan ya karena kebijakan nasional sudah tegas," kata Achmad Yurianto.
"Yang pertama, cegah tangkal yang artinya mencegah jangan sampai masuk."
Tak hanya itu, Achmad Yurianto juga mengimbau seluruh masyarakat tidak panik mengetahui pemberitaan soal Virus Corona ini.
"Kemudian yang kedua memperdayakan masyarakat agar memiliki pemahaman yang benar terkait dengan penyakit ini supaya tidak panik," kata Achmad Yurianto.
Lantas, Achmad Yurianto pun mengomentari soal sejumlah negara tetangga yang terjangkit Virus Corona.
"Yang pertama, pahami bahwa virus ini enggak terbang-terbang kayak debu gitu," ucap Achmad Yurianto.
"Virus ini ada di penderita yang positif."
Ia menjelaskan, virus ini menular lewat kontak fisik, bukan lewat udara.
"Dia keluar melalui percikan-percikan ludah, cairan dan sebagainya yang menyebar dari pernapasan dan seseorang dan itu bisa semeteran," kata dia.
"Batuk dan sebagainya."

• Virus Corona Ancam Bandung, Ini Penjelasan soal Pekerja PT. KCIC yang Dirawat di RS Hasan Sadikin
Achmad Yurianto pun menegaskan Virus Corona tak beterbangan layaknya debu.
"Ini akan masuk ke orang lain yang sehat," kata Achmad Yurianto.
"Jadi enggak benar beterbangan seperti debu dan sebagainya."
Menurutnya, siapapun yang terkena flu perlu menggunakan masker.
Hal itu dinilainya perlu untuk mencegah terjadinya penularan.
"Yang pertama, sebenarnya kita sudah paham bahwa etika orang kalau batuk, sedang influenza itu pakai masker," kata Achmad Yurianto.
"Tujuannya agar dia tidak menyebar ke orang lain.'
Lebih lanjut, Achmad Yurianto menyebut penggunaan masker tak menjadi jaminan seseorang aman dari virus.
"Kemudian yang kedua, mana kala kita berada di tempat yang crowded ya sebenarnya menjaga diri kita yang pakai masker," ujarnya.
"Tapi ingat, bukan satu-satunya cara pakai masker."
Disebutnya, ada banyak hal yang bisa menjadi perantara virus untuk bisa masuk ke dalam tubuh manusia.
"Karena masuknya virus ini bisa melalui tangan," kata Achmad Yurianto.
"Mungkin ada orang bersin yang sakit, nempel ke meja kemudian tidak sadar kita pegang."
"Setelah itu kita pegang hidung, kita pegang mulut, kita kocak-kocak mata," sambungnya.
Simak video berikut ini menit ke-4.30:
Mahasiswa Indonesia di Wuhan Minta Dipulangkan
Jumlah korban meninggal akibat Virus Corona semakin meningkat.
Puluhan mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Wuhan, China, pun meminta pemerintah untuk segera memulangkan mereka.
Dilansir TribunWow.com dari bbc.com, Senin (27/1/2020), Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Wuhan, Nur Musyafak mengaku sudah menguhubungi pihak KBRI.
Namun, hingga kini Kementerian Luar Negeri belum juga mengambil keputusan terkait permintaan pemulangan mahasiswa Indonesia di Wuhan itu.
• Temukan Fakta Baru, Pemerintah China Prediksi Virus Corona akan Menyebar Semakin Cepat dan Besar
Nur Musyafak mengatakan, setidaknya masih ada 96 mahasiswa Indonesia yang masih tinggal di asrama kampus Wuhan.
Para mahasiswa itu kini tengah dilanda rasa khawatir luar biasa sejak pemerintah China menutup akses transportasi menuju Wuhan.
Tak hanya itu, pemerintah China juga melarang orang-orang yang ada di Wuhan untuk keluar dari daerah tersebut.
"Ya teman-teman ada yang minta pulang ke Indonesia, tapi sebenarnya semuanya ingin keluar dari Wuhan. Apalagi keluarga selalu telepon," ucap Nur Musyafak, Minggu (26/1/2020).
Meski permintaan pemulangan sudah disampaikan, Nur Syafak mengaku hingga kini belum diberi jawaban dari KBRI Wuhan.
"(KBRI) belum kasih janji (mengevakuasi), cuma ada arah ke sana. Cuma belum fix saja karena mereka harus koordinasi dengan pemerintah Wuhan," kata Nur Musyafak.
Sejauh ini, kondisi kesehatan mahasiswa Indonesia di Wuhan menurutnya baik-baik saja.
Nur Musyafak menyatakan, pemeriksaan yang dilakukan di pertengahan Januari lalu menunjukan mahasiswa Indonesia tak ada yang terjangkit Virus Corona.
Kebutuhan makanan mahasiswa Indonesia di Wuhan pun masih tercukupi sebab banyak toko di sekitar kampus yang masih buka.
"Sampai saat ini supermarket di dalam kampus masih buka, jadi logistik masih aman," ujarnya.
Kepada bbc.com, Nur Musyafak pun menceritakan awal mula dirinya mengetahui merebaknya Virus Corona.
Nur Musyafak mengaku mengetahui adanya Virus Corona itu melalui pemberitaan media massa.
"Awal-awal (pemberitaan ada Virus Corona) tak ada kekahwatiran soalnya kita mikirnya ini virus biasa dan tidak akan bertahan lama," kata Nur Musyafak.
"Dan waktu itu juga liburan musim dingin, jadi teman-teman sudah banyak yang pulang ke Indonesia atau traveling ke luar Wuhan, jadi tak terlalu mikirin ini," imbuhnya.
• Kedutaan Besar Berlomba Keluarkan Warganya dari China dan Wuhan demi Hindari Virus Corona
Menurutnya, semenjak transportasi menuju Wuhan ditutup, suasana di kota itu sangat sepi.
Bahkan, Nur Musyafak menyebut hanya ada satu atau dua orang yang berani keluar di daerah Wuhan.
"Tidak ramai lagi, karena transportasi ditutup, cuma mobil pribadi yang lewat soalnya masih ada supermarket yang buka," kata dia.
"Sejauh ini juga tak ada pengetatan jam keluar, cuma kita diinstruksikan untuk jangan terlalu sering keluar."
Ia menambahkan, kondisi di Wuhan tak semenyeramkan seperti yang diberitakan.
"Kalaupun keluar kampus paling satu sampai dua jam saja, itupun pagi atau siang," ucap Nur Musyafak.
"Jadi bukan kayak di penjara, kalau butuh makanan bisa keluar."
(TribunWow.com)