Breaking News:

Virus Corona

Antisipasi Masuknya Virus Corona, Pihak Bandara Soekarno-Hatta Jelaskan Cara Kerja Thermal Scanner

Kepala KKP Bandara Soekarno-Hatta Anas Ma'ruf menjelaskan cara kerja pemindai panas tubuh (thermal scanner) di pintu masuk kedatangan.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Atri Wahyu Mukti
Capture Youtube KompasTV
Kepala KKP Kelas I Bandara Soekarno-Hatta, Anas Ma'ruf, menjelaskan cara kerja thermal scanner, dalam tayangan KompasTV, Senin (27/1/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta, Anas Ma'ruf menjelaskan cara kerja pemindai panas tubuh (thermal scanner) di pintu masuk kedatangan.

Pemasangan alat tersebut bertujuan mencegah masuknya Virus Corona yang mungkin terbawa dari penumpang melalui penerbangan internasional.

Diketahui, virus yang telah menyebabkan korban jiwa tersebut pertama kali mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Suasana pengecekan kondisi kesehatan penumpang di pintu masuk Bandara Soekarno-Hatta, Senin (27/1/2020).
Suasana pengecekan kondisi kesehatan penumpang di pintu masuk Bandara Soekarno-Hatta, Senin (27/1/2020). (Capture Youtube KompasTV)

"Alat ini disebut thermal scanner untuk melakukan pemindaian suhu," jelas Anas Ma'ruf, dalam tayangan KompasTV, Senin (27/1/2020).

Anas meyakinkan bahwa pemindai suhu tersebut sangat sensitif.

"Jadi bagi orang yang tertangkap sensor kamera, siapapun dia pelaku perjalanan baik penumpang maupun kru kalau yang demam pasti akan tertangkap ini," kata Anas.

Apabila pemindai tersebut menangkap suhu tubuh yang lebih tinggi dari 38 derajat Celcius, alarm akan berbunyi.

"Kalau thermal scanner ini sifatnya statis, jadi massal. Orang tidak perlu berhenti menghentikan langkah," kata Anas.

Selain alat pemindai suhu tubuh massal, pihak bandara juga menyediakan pemindai suhu individu, yakni thermo gun.

"Thermo gun ini digunakan untuk orang yang agak sakit, orang yang pakai kursi roda," katanya.

Selanjutnya Anas menjelaskan kinerja thermo gun untuk pemeriksaan suhu tubuh secara individual.

"Itu harus berhenti karena perlu waktu sebentar, beberapa detik untuk diperiksa suhunya tanpa menempel pada orang yang bersangkutan," jelas Anas.

Selain kedua alat tersebut, bandara telah menyediakan health alert card (kartu kewaspadaan kesehatan).

"Health alert card ini adalah bagi mereka yang tidak tertangkap dalam keadaan demam, yang tidak tertangkap ada gejala batuk, pilek, sesak nafas, maka mereka kita anggap sehat," terangnya.

Meskipun dianggap sehat, mereka tetap dapat terindikasi sedang dalam masa inkubasi virus sehingga tidak terdeteksi menderita demam.

"Sehat itu dalam artian mereka saat masuk pintu negara ini dalam keadaan tidak demam, tidak gejala apapun," kata Anas.

"Tetapi bisa saja 'kan seseorang dalam masa inkubasi, artinya di dalam tubuhnya ada virusnya tetapi belum muncul gejala," tambahnya.

Anas menjelaskan sistem pengisian kartu tersebut.

"Sekarang ini sudah mulai diisi di pesawat. Kemudian begitu sampai di bawah kita minta sobekannya dan kemudian sobekan yang besar dibawa penumpang atau kru pesawat tersebut," katanya.

Apabila dalam masa 14 hari setelah masa kedatangannya ia mengalami gejala batuk, pilek, dan sesak nafas, maka orang tersebut harus datang ke fasilitas kesehatan dan menunjukkan kartu kesehatan.

Menurut Anas, sejauh ini KKP Bandara Soekarno-Hatta belum menemukan penumpang atau kru yang memiliki gejala Virus Corona.

Lihat videonya mulai menit 1:30:

Dua Pasien Terindikasi di Bandung

Dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, mengungkap kronologi dua pasien suspect Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com dari Kompas TV pada Senin (27/1/2020), pasien pertama WNA China masuk ke Indonesia pada 12 Januari 2020.

Selama rentang 12 hari, yakni pada 12 hingga 24 Januari tidak ada gejala yang menunjukkan bahwa pasien itu mengalami sakit.

 Korban Virus Corona Semakin Bertambah, Tenaga Medis di Wuhan Alami Frustrasi, Ini Penyebabnya

Pada 25 Januari, pasien mulai dirawat di RSHS Bandung.

Pasien itu datang dengan kondisi demam, sakit kepala, serta sakit tenggorokan.

Sementara itu, pasien kedua memiliki penyakit bawaan yaitu epilepsi.

Ia baru datang dari Singapura ke Bandung pada 22 Januari.

Namun, ia mengalami batuk dan demam pada 23 Januari.

Ia mulanya dirawat di Rumah Sakit Borromeus, Bandung baru kemudian dirujuk ke RSHS Bandung pada 25 Januari.

Pasien itu dipindah ke RSHS Bandung lantaran mengalami demam, batuk disertai kejang hingga tak sadarkan diri.

Sementara itu, dokter mengungkapkan bahwa kini pasien yang ter-suspect Virus Corona masih dipasangi alat bantu bernapas.

"Pada saat ini kondisi pasien memang dilihat masih dalam kondisi terpasang alat bernapas," kata dokter.

 Kumpulan Video Viral Kengerian Virus Corona, Dokter Nangis hingga Mayat-mayat Tergeletak di Lantai

Selain itu, mereka juga masih diberi obat-obatan oleh dokter.

Namun dokter mengatakan bahwa obat bukan untuk menaikkan tekanan darah.

"Tapi dengan tanpa pemberian obat artinya tidak menggunakan obat-obat yang mensuport tekanan darah," ujar dokter.

Meski tekanan darahnya stabil, namun dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan ada perburukan.

"Tekanan darah stabil, yang lainnya secara umum kondisi stabil tapi hanya memang dilihat dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa ada perburukan," jelas dokter.

Kini, dokter tengah memantau lebih lanjut keadaaan pasien tersebut.

"Mungkin itu saja, dari pasien ini kamu juga sudah lakukan pengambilan spesifen dari tenggorokan untuk diobservasi lanjut," lanjutnya.

(TribunWow.com/Brigitta Winasis/Mariah Gipty)

Sumber: Kompas TV
Tags:
Virus CoronaBandara Soekarno-HattaWuhan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved