Virus Corona
Kondisi Terkini di Wuhan China setelah Kota Tersebut Ditutup karena Wabah Virus Corona
Kasus Virus Corona di China terbanyak dilaporkan terjadi di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei.
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Kasus Virus Corona di China terbanyak dilaporkan terjadi di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei.
Dari total 1.287, Wuhan telah melaporkan 572 kasus Virus Corona.
Dilansir South China Morning Post, jumlah korban meninggal akibat virus tersebut mencapai 41 orang hingga Sabtu (25/1/2020) pagi waktu setempat.
Sebanyak 39 korban berasal dari Hubei, dua lainnya dari Provinsi Hebei dan Heilongjiang.
Provinsi Hebei diketahui berada di dekat Beijing, sedangkan Heilongjiang berada sekitar 2.400 km dari Wuhan.
• Pasien di RSPI yang Diduga Terjangkit Virus Corona Dipastikan Negatif oleh Kementerian Kesehatan
Untuk mencegah penyebaran Virus Corona, 13 kota dilaporkan ditutup.
Perjalanan kendaraan pribadi menuju dan dari Wuhan juga diketahui telah dibatasi.
Bahkan pemerintah Kota Chibi, yang terletak di sebelah Wuhan, melarang kendaraan berplat nomor Wuhan untuk masuk stasiun pengisian bahan bakar di kota tersebut.
Awal penyebaran Virus Corona diduga berasal Pasar Seafood Huanan di Wuhan yang juga menjual banyak satwa liar secara ilegal untuk dikonsumsi.
Seorang guru bahasa Inggris yang sudah mengajar di Wuhan selama lima tahun, James mengatakan, Pasar Seafood Huanan memang dikenal menjual hewan-hewan aneh.
"Pasar itu sangat terkenal menjual banyak hewan-hewan hidup yang aneh," ujar James, dilansir TIME.
"Jadi, banyak orang tidak terkejut sama sekali saat muncul kabar virus itu mungkin berasal dari hewan yang tak biasa," imbuh dia.
Di China, mengonsumsi hewan liar dianggap mewah karena langka dan menelan biaya besar.
Tak hanya itu, mengonsumsi hewan-hewan eksotis dan ekstrem juga disebut-sebut bisa menyembuhkan penyakit tertentu dan meningkatkan vitalitas pria.
• Daftar 12 Negara yang Positif Terjangkit Virus Corona dari China, Mulai Malaysia hingga Australia
"Ini merupakan bagian dari budaya Tiongkok," jelas Yanzhong Huang, ahli kesehatan publik dari Dewan Hubungan Luar Negeri.