Viral Keraton Agung Sejagat
Ngaku Baru Dengar Sunda Empire, Dedi Mulyadi: Kebanyakan Pencari Harta Karun yang Mau Cepat Kaya
Budayawan Sunda Dedi Mulyadi menyebut keberadaan Sunda Empire sebagai fenomena psikologi sosial.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sunda Dedi Mulyadi menyebut keberadaan Sunda Empire sebagai fenomena psikologi sosial.
Awalnya, Dedi mengatakan dirinya baru pertama kali mendengar Sunda Empire.
"Saya baru mendengar yang namanya Sunda Empire, karena bagi orang Sunda kerajaan itu tidak dikenal," kata Dedi dalam tayangan Sapa Indonesia Akhir Pekan di KompasTV, Minggu (19/1/2020).
• Sunda Empire Klaim sebagai Kekaisaran Matahari, Berani Adakan Kegiatan di Dalam Kampus
"Orang Sunda lebih mengenal Kerajaan Padjadjaran, Tarumanegara, kemudian Sumedang Larang," lanjutnya.
Menurut Dedi, kerajaan-kerajaan itu secara historis memiliki catatan yang baik dan memiliki filosofi yang baik.
"Orientasi pada kekayaan tidak terlalu tinggi, malah hampir tidak ada," ucap Dedi.
"Tapi orientasinya membangun peradaban hidup dalam kesetaraan yang dibangun dalam semangat silih asah, silih asih, dan silih asuh," imbuhnya.
Menurut Dedi, banyak warisan dari kerajaan-kerajaan tersebut berpengaruh banyak bagi masyarakat Sunda modern.
"Sebenarnya kan kebanyakan orang yang terobsesi terhadap masa lalu itu tidak memahami sejarah secara utuh," jelas Dedi.
Ia menjelaskan munculnya kerajaan-kerajaan baru itu, termasuk Sunda Empire, sebetulnya adalah euforia semata.
"Tetapi secara umum, sebagian besar, sebuah eksklusivisme berpikir tentang kerajaan-kerajaan hari ini lebih didasarkan pada sebuah euforia," katanya.
Euforia itu termasuk keinginan menggunakan seragam dan keinginan mencari harta secara instan.
"Euforianya, satu, ingin menggunakan seragam yang kadang semi-militer," jelas Dedi.
"Yang kedua, kebanyakan juga pencari harta karun yang terobsesi untuk kaya dengan waktu cepat."
"Dengan seringkali menggunakan transkrip-transkrip yang mungkin juga tidak bisa dipertanggungjawabkan," tambahnya.
• Muncul Berbagai Kerajaan Fiktif, Pengamat: Ada Kaitan dengan Ketidakpuasan terhadap Pemerintah
Fenomena Psikologi Sosial
Dedi menilai fenomena munculnya kerajaan baru adalah obsesi orang-orang memiliki kekayaan atau pangkat tinggi.
"Ya, fenomena psikologi sosial di mana masyarakat Indonesia hari ini secara umum, satu, ingin cepat kaya," kata Dedi.
"Dua, ada yang berobsesi ingin punya pangkat tinggi. Yang ketiga ada yang berobsesi ingin jadi pemimpin," lanjutnya.
Menurut Dedi pemimpin kelompok di Indonesia sangat banyak, misalnya klub hobi berkendara atau klub mobil tertentu.
Namun, selama kelompok tersebut tidak melanggar hukum, sebetulnya tidak masalah.
"Tetapi selama tidak melakukan pelanggaran hukum tidak ada masalah, termasuk juga kelompok yang membentuk komunitas yang bersifat kultural yang tidak memiliki relevansi dengan sejarah perjalanan keberadaban sebuah masyarakat," tegasnya.
"Seringkali ada juga yang masuk ke wilayah penipuan. Secara umum 'kan masyarakat kita hari ini banyak yang tertipu," tambah Dedi.
Ia menyebutkan banyak kasus penipuan dalam berbagai bidang, seperti investasi bodong, penipuan tabungan haji, dan lain-lain.
"Nah, ini kan problem psikologi sosial yang harus ditangani secara bersama," tutupnya.
Lihat videonya dari menit 1:00:
• Solusi Menghindari Kerajaan Fiktif, Pengamat Sosial: Selalu Pertanyakan dan Jangan Mudah Tergiur
Tidak Terdaftar di Pemkot Bandung
Dikutip dari Kompas.com, kemunculan Sunda Empire sempat menghebohkan dunia media sosial.
Kerajaan baru tersebut diduga bermarkas di Bandung, Jawa Barat.
Menurut keterangan Kepala Kesbangpol Kota Bandung Ferdi Ligaswara, kepolisian telah melakukan penelusuran.
Dari hasil penyelidikan ditemukan fakta Sunda Empire tidak terdaftar dalam administrasi Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, baik sebagai organisasi masyarakat (ormas) maupun Organisasi Kepemudaan (OKP).
"Hasil penelusuran secara administratif itu Sunda Empire tidak terdaftar di Pemkot Bandung," kata Ferdi Ligaswara, Jumat (17/1/2020).
Ferdi menjelaskan Pemkot Bandung akan menerima secara terbuka apabila ada ormas atau organisasi yang terdaftar sebagai mitra pemerintah.
Ia menambahkan institusi penegak hukum tidak segan menindak tegas organisasi yang melanggar hukum.
"Jika ia berbuat aneh-aneh, kita punya ketentuan. Kebetulan kali ini mereka tidak terdaftar," kata Ferdi.
Menurut Ferdi, pihaknya sudah memperoleh informasi munculnya kerajaan serupa di Purworejo, Jawa Tengah.
• Roy Suryo Ungkap Dugaan Alasan Adanya Fenomena Keraton Palsu: Berharap Ada Dana Istimewa Pemerintah
(TribunWow.com/Brigitta Winasis)