Banjir di Jakarta
Tak Setuju Anies Baswedan Digugat akibat Banjir, Anggota TGUPP Muslim Muin: Harusnya Dihargai
Anggota TGUPP DKI Jakarta Muslim Muin berpendapat harusnya hasil kerja Anies Baswedan dihargai.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Rekarinta Vintoko
"Ini persoalannya. Persiapan ini tidak ada," lanjut Tigor.
Tigor melanjutkan gugatan yang diajukan merupakan bentuk apresiasi kepada Anies, yakni agar dapat melakukan tugasnya lebih baik.
Ia menggarisbawahi kelalaian Anies dalam memberi peringatan dini bagi warga Jakarta.
"Yang digugat oleh warga, itu bukan menanggulangi banjir secara teknis, tapi dia lalai mempersiapkan warganya," katanya.
"'Kan dia baru ribut sekarang, mau pasang TOA, kentongan. Zaman seperti ini? Kacau juga," kata Tigor sambil menggelengkan kepala.
Ia membandingkan dengan kerja gubernur sebelumnya yang melakukan persiapan sejak awal musim hujan.
"Kalau gubernur-gubernur sebelumnya, November itu sudah ada persiapan. Ada latihan di Ciliwung. Sudah diatur di mana titik evakuasi. Sudah dibangun sistem aparat," jelasnya.
"Early warning system dan emergency response tidak dilakukan," tegas Tigor.
Menurutnya, apabila kedua hal tersebut dilakukan, warga akan lebih siap menghadapi curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir tersebut.
• Pro Kontra Massa Pascabanjir di Jakarta: Demo Dukung Anies Baswedan hingga Gugat Rp 42,3 Miliar
Penjelasan Eks Gubernur
Dikutip dari Kompas.com, salah satu tokoh yang pernah membahas persoalan banjir di Jakarta adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto.
Dalam bukunya Catatan Seorang Gubernur, ia menyebutkan rendahnya topografi Jakarta membuat air dari Jawa Barat mengalir ke Jakarta untuk bermuara di Laut Jawa.
"Sebab, banjir antara lain karena topografi wilayah DKI lebih rendah dari wilayah Jawa Barat. Akibatnya, sungai-sungai yang berhulu di Jawa Barat mengalir ke DKI untuk membuang airnya ke laut Jawa," tulis Wiyogo dalam buku tersebut.
Menurut Wiyogo, permukaan Jakarta seharusnya berada tujuh meter di atas permukaan laut.
Meskipun demikian, seiring pembangunan yang terus dilakukan permukaan Jakarta menjadi semakin rendah.