Iran Vs Amerika Serikat
Soal Serangan Balasan Iran ke AS, Pengamat: Iran Ingin Selamatkan Muka
Menurut pengamat, serangan balasan Iran ke AS adalah upaya menyelamatkan muka.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pengamat Timur Tengah Hasibullah Satrawi menyebutkan serangan balasan Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) merupakan upaya politik menyelamatkan muka.
Hal tersebut disampaikannya dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di KompasTV.
Awalnya, ia mengibaratkan konflik antara Iran dengan AS sebagai minuman panas di musim dingin.
• Tak Terima Disebut Mundur, Iran Janjikan Pembalasan Keras pada AS
"Kalau dalam tradisi negara yang ada musim dingin, ini ibarat minuman panas di musim yang sangat dingin. Jadi tak perlu terlalu lama, (minuman) yang panas itu segera mendingin," kata Hasibullah Satrawi, Kamis (9/1/2020).
"Ini kurang lebih yang bisa kita gunakan untuk mengilustrasikan apa yang terjadi di Irak. Yang awalnya dimulai dengan hal yang panas sekali sampai ke pembunuhan jenderal selevel Soleimani, kemudian diikuti dengan balasan sedemikian rupa," lanjutnya.
Hasibullah mengatakan hubungan di antara kedua negara seakan-akan mendingin dengan cepat.
Hal ini sesuai dengan pidato Presiden AS Donald Trump yang mengatakan akan menghukum Iran melalui jalur ekonomi, bukan militer.
"Tapi hari ini tiba-tiba seakan-akan, oke, kita selesai. Jangan sampai lanjut, cukup sampai di sini selesai. Saya tidak akan membalas lagi serangan militer. Ekonomi, iya. Kalau tidak direspon cukup sampai di sini saja," kata Hasibullah.
Diketahui serangan Iran tersebut tidak menimbulkan satu pun korban jiwa dari pasukan AS.
Membahas hal tersebut, Hasibullah mengatakan sebelumnya memang sudah ada peringatan dari Iran.
Hal ini menjadi ramai diperbincangkan di sejumlah media di Timur Tengah.
"Itu yang saya bilang, ada unsur dramanya. Kalau di koran-koran Timur Tengah, hari ini ramai dibahas soal itu," jelas Hasibullah.
"Seakan-akan ada unsur dramanya. Salah satu sumber mengatakan, sebelum Iran menyerang, sudah dikasih tahu ke Irak. Ke orang Amerika juga, seakan-akan, saya mau menyerang, lho," katanya.
"Jadi diumpetin itu barang-barang biar tidak terlalu banyak dampaknya."
Hasibullah mengatakan, tindakan Iran menjadi semacam anekdot di masyarakat Timur Tengah saat ini.
"Itu yang menjadi semacam anekdot tersendiri di Timur Tengah," kata Hasibullah.
• Serang Pangkalan Militer Amerika Serikat, Kemungkinan Iran Sengaja Menghindari Korban
Iran Menyelamatkan Muka
Hasibullah berpendapat Iran ingin menyelamatkan muka setelah jenderal kenamaannya, Soleimani terbunuh dalam serangan udara yang diperintahkan Presiden AS sendiri.
"Menurut saya, Iran sudah pasti menggunakan politik menyelamatkan muka sendiri. Bayangkan orang yang sangat strategis dan harus mati seperti Soleimani kemudian meninggal dengan cara begitu," jelasnya.
"Ini kerugian luar biasa. Cukup untuk menggambarkan semua itu, bagaimana rakyat melepas Soleimani dengan begitu heroik," lanjut Hasibullah.
Hasibullah menjelaskan alasan Iran melakukan serangan, yaitu agar tidak dipermalukan di dunia internasional.
"Cuma Iran memang butuh cara bagaimana dia tidak terlalu dipermalukan. Maka dia melakukan serangan itu," katanya.
Diketahui sebagian dari misil yang diluncurkan Iran meleset dari tujuannya.
Meskipun demikian, Hasibullah berpendapat Iran sudah mencapai tujuan politiknya.
"Tapi secara politik, walaupun Iran melakukan itu, Iran berhasil. Minimal untuk menunjukan dia punya barang yang selama ini ditakuti orang," terang Hasibullah.
"Kenyataannya, senjata itu dia pencet dari Iran, sampai ke Irak dengan akurasi yang nyaris sempurna. Menurut saya, ini pesan yang secara politik cukup memenangkan Iran," katanya.
Hadir pula dalam acara yang sama Dinna Wisnu sebagai pengamat Hubungan Internasional Universitas Binus.
Awalnya, ia mengomentari tindakan AS dalam isu-isu internasional.
"Amerika tidak mungkin bergerak dalam isu luar negeri tanpa memperhitungkan domestic-audience-nya," kata Dinna Wisnu.
Ia juga menyoroti bagaimana awalnya Donald Trump terpilih dalam Pemilu.
"Donald Trump bukan presiden yang sejak awal sudah sangat pakar di bidang internasional," jelas Dinna.
"Apa yang membuat dia naik itu popularitas dia ketika menunjukan janji-janji politiknya dan hampir semua kontroversial," lanjutnya.
Menurut Dinna, Trump adalah tipe tokoh yang selalu menggunakan isu untuk meningkatkan popularitasnya.
"Trump sebagai satu pribadi, memilih satu strategi untuk selalu muncul di media. Baik itu berita baik atau berita buruk, yang penting dia meningkatkan popularitas," kata Dinna.
• Soal Isu Perang Dunia ke III Amerika dan Iran, Pengamat Militer: Trump Coba Selamatkan Mukanya
Trump sejak awal juga telah menegaskan akan bersikap keras terhadap negara-negara Timur Tengah.
"Waktu kampanye, dia juga menunjukan bahwa dia akan keras di Timur Tengah. AS juga agak kesal dalam hal harga minyak, misalnya, betapa itu masih sering dikendalikan oleh negara-negara di Timur Tengah," jelasnya.
Ia berpendapat AS punya kepentingan dalam mengatur perekonomian dunia.
"AS secara makro punya kepentingan untuk mengatur ulang aturan main di dunia. Saat ini 'kan sudah anteng dan tenang setelah perang dingin ini usai, AS mulai menanjak perekonomiannya, semua negara mempraktekkan kapitalisme, saling bekerja sama," kata Dinna.
"Tapi kemudian, ternyata muncul impact-nya (dampak), salah satunya negara-negara yang Amerika kurang suka untuk naik, ternyata naik. Jadi aturan main akan diubah," sambungnya.
Dinna mengatakan AS akan terus berupaya agar dapat mengatur aturan main di dunia terutama dalam bidang ekonomi.
"Yang perlu diwaspadai bukan perang dunia ketiga, tetapi bahwa aturan main akan diubah dan itu masih akan muncul friksi-friksi yang mengejutkan," katanya.
"Peringatan saya kepada Indonesia, jangan dianggap. Ini diplomasi seperti biasa."
Lihat videonya mulai menil 6:00
• Soal Amerika yang Tewaskan Soleimani, Penyelidik PBB Sebut AS Langgar Hukum HAM Internasional
(TribunWow.com/Brigitta Winasis)