Konflik RI dan China di Natuna
Cerita Nelayan Pantura yang Bertemu Kapal China sejak 1994 hingga Terlibat Bentrok: Bawa Pistol Mbak
Rasmijan, Nelayan Pantura mengungkap kisahnya berseteru dengan kapal-kapal milik China.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
"Dipecah, dilemparkan ke sana, habis botol 30 kerat itu."
Tak hanya menggunakan pecahan botol kaca, Rasmijan bahkan juga menggunakan balok es untuk melempari kapal China.
"Langsung bongkar es, es dipukul sama palu kayu itu ya langsung buat lempar-lempar," ucap Rasmijan.

• Soal Polemik Natuna, Presiden Jokowi: Kedaulatan Tak Ada Tawar Menawar
Namun, ternyata nahkoda kapal China membawa peralatan yang jauh lebih canggih, yakni sebuah pistol.
"Kapal Taiwan nahkodanya bawa senjata pistol mbak," ujar Rasmijan.
"Enggak ditembak, tapi untuk menakut-nakuti. Begitu dia merasa minder akhirnya talinya itu diputus dia lari."
Namun, setelah kapal China kabur, mereka justru kembali dengan pasukan yang lebih banyak.
"Saya pikir dia lari itu ya sudah lari, tahunya datang banyak kapal, 19 itu saya hitung," ungkapnya.
"Aku ketakutan, langsung aku kontak teman-teman. 90 kapal porsen itu datang, bertengkar itu."
Rusmijan melanjutkan, kala itu bahkan terjadi saling lempar api antara kapal nelayan Indonesia dan China.
"Sampai pakai api diisi minyak tanah, bensin, dilemparkan semalaman itu," ucapnya.
Tak hanya itu, pada 2010 lalu Rasmijan juga mengaku kembali bertemu dengan kapal China di wilayah Natuna.
"Makanya saya 2010 itu terjadi di Pulau Subi, Timurnya Natuna itu kan Pulau Subi," bebernya.
"Itupun banyak Taiwan juga itu, saya bersaing sampai ketakutan rasanya."
Lantas, ia pun menyinggung soal rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendatangkan nelayan Pantura di perairan Natuna.