Breaking News:

Iran Vs Amerika Serikat

Pengamat Militer Ungkap Motif Donald Trump Picu Peperangan dengan Iran, karena Dimakzulkan?

Pengamat Pertahanan dan Militer Universitas Pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie mengungkap dugaan soal memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Iran.

Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
YouTube Kompas TV
Pengamat Pertahanan dan Militer Universitas Pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie dalam channel YouTube Kompas TV, Selasa (7/1/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Pengamat Pertahanan dan Militer Universitas Pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie mengungkap dugaan soal memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran.

Dilansir TribunWow.com, Connie Rahakundini Bakrie menduga adanya upaya Donald Trump untuk mempertahankan posisi sebagai Presiden AS.

Diketahui, beberapa waktu lalu Donald Trump dimakzulkan oleh DPR AS.

Terkait hal itu, Connie menduga Donald Trump tengah berusaha mempertahankan posisinya dengan cara memicu peperangan dengan Iran.

Ancam Serang Gedung Putih, Iran Siapkan Hadiah Rp 1,1 Triliun untuk Kepala Donald Trump

Tanggapan Pemerintah Amerika Serikat setelah Iran Luncurkan Serangan ke Pangkalan Militer

Hal itu disampaikan Connie melalui tayangan YouTube Kompas TV, Selasa (8/1/2020).

Mulanya Connie menjelaskan, ada sejumlah negara yang mencoba membujuk Iran untuk menghentikan serangan terhadap AS.

"Tapi yang paling penting adalah bagaimana supaya tidak terjadi," kata Connie.

"Ada 16 negara mendekati Iran agar tak bereaksi terhadap serangan itu."

"Kemudian bagaimana gerakan Islam global juga menurut saya akan bereaksi meskipun berbeda," ujar Connie.

"Sekarang kan era sosial media dan sebagainya."

Pengamat Pertahanan dan Militer Universitas Pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie dalam tayangan YouTube Kompas TV, Selasa (7/1/2020).
Pengamat Pertahanan dan Militer Universitas Pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie dalam tayangan YouTube Kompas TV, Selasa (7/1/2020). (YouTube Kompas TV)

Prestasinya sebagai Artis di Amerika Diragukan Hotman Paris, Cinta Laura Beri Jawaban Begini

Lantas, Connie pun mengungkap sederet tindakan AS yang memicu Iran melancarkan serangannya.

"Nah kalau dilihat memang agak sulit ya," ujar Connie.

"Kalau dilihat dari kaca matanya Iran karena dia sepanjang tahun 2018 sudah banyak cerita."

Connie menyatakan, AS sempat menuduh tentara Iran sebagai teroris.

"Yang tentara gardanya (Iran) dianggap teroris lah, untuk sebuah negara kan fatal itu," bebernya.

"Itu kalau enggak salah bulan Juli 2018."

Terkait pembunuhan Qasem Soleimani, Connie menilai AS terlalu terburu-buru.

"Kemudian menurut saya Amerika agak terburu-buru ya," kata Connie.

Ia menduga, tindakan AS memancing peperangan dengan Iran itu ada kaitannya dengan pemakzulan Donald Trump beberapa waktu lalu.

Disebutnya, Trump kini tengah berusaha menyelamatkan posisi sebagai presiden dengan cara memicu peperangan dengan Iran.

"Mungkin Trump itu mencoba menyelamatkan mukanya ketika dia di-impeach lalu mengkondisikannya dengan perang," ungkapnya.

"Karena kalau dalam kondisi perang kan enggak boleh enggak ada kepala negara."

Simak video berikut ini menit

Dampak Konflik AS dan Iran

Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran semakin panas pasca-serangan Amerika Serikat yang mengakibatkan pimpinan militer Iran, Qasem Soleimani tewas, Jumat (3/1/2020) lalu.

Terbaru, Iran memulai misi balas dendam dengan merudal markas militer AS di Irak, Rabu (8/1/2020).

Lantas apa pengaruh ketegangan AS dengan Iran terhadap Indonesia?

Dikutip dari kanal YouTube Kompas TV, Selasa (7/1/2020), pengamat Timur Tengah, Trias Kuncahyono mengatakan bahwa ketegangan itu bisa jadi berdampak pada Indonesia.

Misalnya dampak ekonomi terkait Selat Hurmuz yang bisa saja ditutup oleh Iran.

Bunuh Jenderal Iran, Presiden Donald Trump Kini Didemo Rakyat Amerika Serikat

Selat Hurmuz merupakan jalan keluar bagi Iran mengekspor minyak berbagai negara.

Meski demikian, kemungkinan kecil hal tersebut terjadi.

Pasalnya, sepanjang sejarah Selat Hurmuz tak pernah ditutup.

"Memang, kalau itu terjadi orang bayangkan Selat Hurmuz ditutup. Tapi itu belum pernah terjadi pengalaman seperti itu."

"Ekspor minyak Iran kan lewat situ keluar tapi dalam pengalaman sejarah itu belum pernah terjadi," ungkap Trias.

Jika Selat Hurmuz ditutup maka harga BBM di seluruh dunia akan naik.

Meski demikian, hal itu kecil terjadi apalagi Iran bukan satu-satunya pengguna Selat Hurmuz.

"Jika itu ditutup oleh Iran maka cadangan minyak dunia akan berkurang, harganya naik tapi itu kemungkinan kecil terjadi karena belum pernah terjadi."

"Tidak hanya Iran yang menggunakan Selat itu, negara lain akan lewat itu, Kuwait, Qatar juga menggunakan itu mereka tentu akan protes," jelas Trias.

Apalagi, Iran akan rugi tak bisa mengekspor minyaknya.

"Kalau itu dilakukan Iran, Iran sendiri akan rugi karena dia tidak bisa mengekspor juga," lanjutnya.

Kemunculan Kim Jong Un setelah Konflik Iran Vs AS di Kematian Qasem Soleimani, Lihat Penampilannya

Lebih lanjut, Trias mengaku khawatir akan terjadi demo-demo di Indonesia terkait perang tersebut.

"Tapi saya khawatirkan kalau itu terjadi, paling demo-demo itu yang terjadi."

"Demo-demo mungkin karena Amerika lawan salah satu negara teluk," kata Trias.

Lantas, Trias mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang telah memberikan imbauan pada kedua negara itu.

"Bisa jadi ya tapi usaha pemerintah Indonesia kan juga untuk menurunkan suhu ketegangan itu ada imbauan."

"Menteri Luar Negeri misalnya tadi memangil Dubes Iran dan Dubes Amerika mbok ya jangan lah gitu kan," ucapnya.

Indonesia harus bisa menyampaikan kekhawatirannya jika perang itu dilakukan.

"Itu kekhawatiran-kekhawatiran yang perlu disampaikan juga oleh negara lain, Eropa kan begitu juga. Indonesia perlu bermain itu," tutur Trias.

(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Mariah Gipty)

 
Tags:
Donald TrumpIran Vs Amerika SerikatAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved