Breaking News:

Kasus Jiwasraya

Dahlan Iskan: Muncul Rasa Bersalah, Jangan-jangan Saya Dulu Juga Tertipu oleh Direksi Jiwasraya

Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, buka suara masalah yang menerpa Jiwasraya saat dirinya masih memimpin Kementerian BUMN.

Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, saat menggelar jumpa pers terkait maraknya kampanye hitam, di Jakarta Selatan, Jumat (27/6/2014). Terbaru, Dahlan Iskan memberikan tanggapan terkait kasus Jiwasraya, Minggu (29/12/2019). 

TRIBUNWOW.COM - PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah dalam kondisi yang sangat pelik.

Perusahaan BUMN asuransi ini mengalami gagal bayar polis kepada nasabah terkait produk investasi Saving Plan.

Nilai tunggakan pada nasabahnya tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 12,4 triliun.

Jiwasraya Sempat Beli Saham Perusahaan Erick Thohir, Arya Sinulingga Beberkan Keuntungan

Seretnya keuangan Jiwasraya bermula dari jatuhnya nilai portofolio saham yang dimilikinya.

Kesalahan manajemen terdahulu dalam penempatan investasi jadi penyebabnya.

Jiwasraya sendiri diketahui banyak mengoleksi saham yang berisiko tinggi.

Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, buka suara masalah yang menerpa Jiwasraya saat dirinya masih memimpin Kementerian BUMN.

Dahlan meluruskan isu yang beredar bahwa dirinya menyetujui usulan suntikan modal lewat Penyertaan Modal Negara ( PMN) untuk menyehatkan kinerja Jiwasraya saat itu.

Dahlan mengurai pandangannya soal Jiwasraya saat berada di dalam pesawat Garuda Indonesia penerbangan Surabaya-Denpasar.

Secara kebetulan, pesawat yang dinaikinya berjenis seri A330-900 Neo yang heboh lantaran skandal penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton.

"Memang, saya ingin bertanya itu. Apakah benar saya pernah menyetujui injeksi modal ke Jiwasraya pada 2012. Saya sendiri yakin tidak mungkin melakukan itu," kata Dahlan seperti dikutip Kompas.com dari laman pribadinya, disway.id pada Minggu (29/12/2019).

"Saya anti PMN, kecuali untuk industri strategis di bawah Kemenhan," katanya lagi.

Dahlan juga menyinggung soal kemungkinan dirinya juga ikut percaya, pada manipulasi laporan kinerja oleh direksi Jiwasraya saat dirinya menjabat Menteri BUMN.

"Muncul juga perasaan bersalah. Jangan-jangan saya dulu juga tertipu oleh direksi Jiwasraya. Kan personalnya masih yang sama," ucap Dahlan.

Sampai-sampai, sambungnya, dirinya secara pribadi memuji kinerja memuaskan para direksi Jiwasraya saat itu yang dianggap bisa menyehatkan keuangan perseroan tanpa suntikan PMN.

"Saya mencoba menghubungi dirut lama itu. Yang pernah saya puji habis-habisan di pada 2012 itu."

"Yang saat itu mampu mencari jalan keluar yang brilian, selain injeksi modal yang saya pasti tidak setuju," ungkapnya.

Dirinya menilai, saat itu manajemen lama Jiwasraya cukup mumpuni mencari jalan keluar dari kesulitan yang membelit perusahaan.

Arya Sinulingga Jelaskan Langkah Penyelamatan Jiwasraya, Termasuk Pembayaran Utang

Padahal, beban Jiwasraya saat itu cukup berat.

"Ternyata ditemukan jalan lain. Alhamdulillah. Jiwasraya keluar dari kesulitan. Sampai-sampai saya menyebutnya 'Jiwasraya telah merdeka'. Merdeka dari beban triliunan," ucap Dahlan.

"Kebetulan saat itu menjelang 17 Agustus. Kata 'merdeka' lagi menggema di mana-mana. Tapi yang benar-benar merasakan arti merdeka adalah Jiwasraya," imbuhnya.

Jika benar memang dirinya tertipu oleh paparan kinerja oleh manajemen Jiwasraya saat itu, Dahlan mengaku legawa menerimanya.

"Apakah tidak mungkin saat itu saya pun tertipu oleh angka-angka yang dipaparkan direksi Jiwasraya?"

"Saya begitu ingin tahu jawabnya. Saya siap menerima kabar buruk, bahwa saya pun tertipu," ungkap Dahlan.

Cerita Mantan Dirut Jiwasraya

Mantan Dirut Jiwasraya Asmawi Syam di Jakarta, Jumat (27/12/2019)
Mantan Dirut Jiwasraya Asmawi Syam di Jakarta, Jumat (27/12/2019) (Kompas.com/MUTIA FAUZIA)

Mantan Direktur Utama Jiwasraya Asmawi Syam mengungkapkan beberapa masalah Jiwasraya ketika dirinya menjabat selama dua bulan di perusahaan asuransi pelat merah tersebut.

Meski singkat, Asmawi yang mulai efektif bekerja pada Agustus 2018 langsung dihadapkan pada masalah pelik yang mendera perseroan.

Pasalnya kala itu, Jiwasraya terancam gagal bayar lantaran terjadi ketidakseimbangan aset dan kewajiban pada neraca perusahaan.

Investasi yang dimiliki perusahaan tidak bisa dicairkan lantaran harga yang merosot dan tak lagi likuid.

"(Masalah) pertama ya itu pencairan. Ketika masuk saya dihadapkan pada masalah pencairan."

"Nggak sempet cari masalah, masalahnya datang sendiri. Saya melihat antara (polis) yang jatuh tempo dan yang harus dicairkan missmatch," ujar dia ketika ditemui di Jakarta, Jumat (27/12/2019).

Hingga akhirnya pada Oktober 2018, Asmawi mengumumkan perseroan gagal bayar polis untuk produk JS Saving Plan sebesar Rp 802 miliar.

Asmawi mengatakan, sebagian besar aset portofolio Jiwasraya diletakkan di instrumen saham dan surat berharga yang memang sudah tak bisa lagi dicairkan.

Hal tersebut menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.

Sementara di sisi lain, perseroan memiliki kewajiban membayar jatuh tempo polis produk JS Saving Plan setiap tahun, imbal hasil yang sebesar 9 persen hingga 13 persen, serta melindungi pemegang polis untuk asuransi jiwa selama lima tahun.

Adapun tujuh bank yang menjadi agen penjual yakni PT Bank Rakyat Indonesia, Standard Chartered Bank, PT Bank Tabungan Negara Tbk, PT Bank QNB Indonesia, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Victoria International Tbk (BVIC), dan PT Bank KEB Hana.

Ossy Dermawan Ungkap Tanggapan SBY soal Jiwasraya: Salahkan Saja Masa Lalu

Melihat ketidakmampuan perseroan untuk membayarkan polis yang jatuh tempo, Asmawi pun memutuskan untuk menghentikan penawaran polis sementara waktu.

Pasalnya, saat itu perseroan tak memiliki aset portofolio untuk melakukan investasi.

"Sebenarnya dari 2016 (produk JS Saving Plan) sudah bermasalah tapi baru di-declare tahun 2018. Dari situlah (terjadi missmatch antara aset dan likuiditas)," ungkapnya.

"Gagal bayar produk yang jatuh tempo sebenarnya sudah bisa diprediksi, karena setiap tahun ada yang jatuh tempo. Ini yang harus dibenahi."

"Dalam artian bahwa sebenarnya produk ini enggak bisa kalau long term investment (seperti di saham) karena jangka waktu jatuh tempo dia jangka pendek. Harusnya mencari investasi yang match dengan itu," ujar Asmawi.

(Kompas.com/Muhammad Idris/Mutia Fauzia)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Curhat Dahlan Iskan soal Masalah Jiwasraya di Pesawat 'Brompton'", dan "Cerita Mantan Dirut Jiwasraya: Masalah Datang Sebelum Dicari"

Sumber: Kompas.com
Tags:
Asuransi JiwasrayaJiwasrayaBUMNDahlan Iskan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved