Terkini Daerah
Cerita Lurah di Singkawang Temukan Istri dalam Kondisi Tewas, Kunci Mobil Rusak hingga Chat Terakhir
Lurah Sagatani, M Naziri menceritakan bagaimana awal mula menemukan jenazah istrinya bersimbah darah di kediamanya.
Editor: Rekarinta Vintoko
"Chatnya masuk, saya tidak sempat balas, karena saya masih berkendara, tak lama anak saya (anak tertua) nelpon menanyakan, bapak di mana? mau ke mana? Saya bilang bapak mau ke Jalan Tani. Awalnya mau ke Mall, tapi kawan bapak telpon jadi mau ke Jalan Tani," ujarnya.
Saat itu anaknya yang tertua tersebut, mengaku sedang di rumah, Jl Bukit Tiga, Gang Lereng Bukit dan diajaknya untuk menyusul dirinya di Jl Tani.
"Setelah saya sampai, baru saya lihat chat istri saya. Dia bilang, abang bilang janji mau berubah, tapi di depan anak-anak masih marahkan Aci (sapaan korban). Jadi dia (istri) merajuk karena saya marahkan itu. Saya balas dengan mengirim gambar kunci mobil rusak, tapi tak dibaca. Saya pikir dia sibuk, tidak ada firasat sama sekali," ujarnya.
Sekitar pukul 22.00 WIB, ia mengaku usai bercengkrama bersama rekanya itu, ia kemudian pulang ke rumah.
"Saya kembali saya lihat kursi-kursi masih tersusun, bekas acara ponakan saya. Jadi saya mau parkir mobil di sana (dekat lapangan futsal), saya turunkan anak dulu, tapi saya lihat pintu (garasi) sudah terbuka, seukuran badan. Saya parkir mobil, tapi belum mati mobil saya itu, anak saya (yang SMP) lari sambil bilang, pak... Dedek ndak berani masuk ke rumah, rumah kita di obrak abrik, banyak darah di sana ," katanya menirukan anaknya saat itu.
• Istri Lurah di Singkawang Ditemukan Tergeletak Tak Bernyawa, Ada Luka di Leher
Saat itu, ia mengaku langsung berlari dan mendapati kondisi istrinya dengan kondisi mengenaskan.
"Saya langsung teriak, saya bilang bang, tolong-tolong," ujarnya.
Saat itu lanjutnya, abangnya atau saudaranya ke luar mendatangi suara teriakan.
"Abang saya yang periksa istri saya, saya sudah tidak kuat rasanya mau ke dalam megangnya. Posisi (tubuh korban) pas di depan pintu kamar, di lantai," ujarnya.
Jadi saat itu Naziri berinisiatif menelpon Kapolsek Selatan atas kejadian menimpa istrinya dan kerabat sebelah istrinya.
"Jadi saat itu saya keluar, saya telpon Pak Kapolsek, beliau belum tidur saya sampaikan, mohon bantuan bapak, istri saya meninggal, dibunuh orang," kata Naziri.
Setelah itu, ia kemudian menghubungi keluarga pihak istri yang ada di Kota Pontianak.
"Lalu saya hubungi abangnya yang di Pontianak yang biasa kontak dengan saya. Saya bilang kita dapat musibah bang," ujarnya.
Setelah itu ia mengaku sudah tidak bisa fokus memikirkan apa-apa atas peristiwa itu.
"Saya menduga, pertama, sudah ada orang di dalam (rumah. red). Kemungkinan, karena pintu rumah kami (garasi) inikan tidak dikunci, kami rapatkan saja. Waktu pulang dari toko beli Jilbab, kemungkinan sudah ada orang, tapi sembunyi. Karena waktu anak saya telpon, dia di rumah dan pintu kamar dikunci dari dalam. Tapi kuncinya masih tergantung di luar, karena pintu rumah saya itu bisa diputar begitu saja, tanpa kunci," katanya.