Breaking News:

Kabar Tokoh

Soal Pesan Sri Mulyani, Pengamat Terorisme Soroti Kaitan Penampilan dan Radikalisme: Alarm yang Baik

Pengamat terorisme UI Ridlwan Habib menjelaskan kadar radikalisme seseorang tidak bisa dinilai hanya dari penampilan luar

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
YouTube KOMPASTV
Pengamat terorisme UI Ridlwan Habib menjelaskan kadar radikalisme seseorang tidak bisa dinilai hanya dari penampilan luar 

TRIBUNWOW.COM - Pengamat terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib menanggapi pesan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani soal radikalisme di Kementerian Keuangan.

Ridlwan menyampaikan bahwa apa yang disampaikan oleh Sri Mulyani memang benar, namun tidak bisa menilai kadar radikalisme hanya dari penampilan semata.

Dikutip TribunWow.com, mulanya presenter 'SAPA INDONESIA MALAM' Aiman mengutip apa yang telah disampaikan oleh Sri Mulyani soal radikalisme.

"'Menjelang pemilu kemarin itu saya observasi, di kementerian keuangan ada di bawah ketegangan," kata Aiman di acara 'SAPA INDONESIA MALAM' Kompastv, Kamis (19/12/2019).

"Bawahan saya jadi visible (terlihat) ketegangannya, mulai dari appearance, menunjukkan identitas, bahkan untuk beberapa dari mereka mengkotak-kotak secara eksklusif dan ada ketegangan," lanjut Aiman membacakan kutipan dari perkataan Sri Mulyani.

Soal Ucapan Hari Natal, Menag Fachrul Razi: Setiap Orang Tak Boleh Memaksakan Sikapnya

Menanggapi hal tersebut Ridlwan menjelaskan bahwa di Kementerian Keuangan memang memiliki pegawai yang beragam.

"Saya kira memang Kementerian Keuangan harus kita akui mempunyai banyak karakteristik pegawai," katanya.

Kemudian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti, Ridlwan mengatakan apa yang telah disampaikan oleh Sri Mulyani bukanlah hal yang baru.

"Dan ini sebenarnya bagi kami yang melakukan penelitian tentang berbagai macam gerakan islam transnasional, sebenarnya bukan hal yang baru yang disampaikan Ibu Menteri Keuangan," papar Ridlwan.

Soal menilai radikalisme dari penampilan, Ridlwan membantah hal tersebut.

Menurutnya penampilan seseorang tidak bisa dijadikan tolak ukur apakah orang tersebut adalah orang yang radikal.

"Kita tidak bisa mengukur pemahaman ideologi seseorang, serta-merta hanya dari appearance (penampilan)," ujar Ridlwan.

Ridlwan menerangkan untuk dapat mengetahui potensi radikalisme pada diri seseorang, diperlukan observasi dan evaluasi secara mendalam.

"Tentu harus dengan pendalaman, observasi, harus dievaluasi secara mendalam, orang per orang," tutur Ridlwan.

Namun terkait apa yang disampaikan Sri Mulyani, Ridlwan mengatakan hal tersebut bagus untuk peringatan dini soal radikalisme yang menyebar di badan Kementerian Keuangan.

"Tapi yang disampaikan Ibu Menteri Keuangan ini saya kira alarm yang baik untuk ditindak lanjuti," kata Ridlwan.

"Supaya kemudian lebih baik ada klasifikasi yang jelas, supaya tuduhan radikalisme ini tidak menjadi bola liar," imbuhnya.

Ridlwan mengatakan pemerintah harus mampu membedakan mana yang termasuk kategori radikalisme dan mana yang hanya berasal dari golongan orang-orang yang kecewa karena hasil pilpres yang lalu.

"Ketika pemerintah tidak mempunyai satu definisi yang baku dan tegas, mana yang termasuk radikalisme ekstrim, mana yang dalam tataran tertentu ini adalah residu dari politik pilpres," tegas Ridlwan.

Kepala BNPT Suhardi Alius Ungkap Cara Lawan Radikalisme, Ajak Nadiem Makarim dan 260 Ribu Penceramah

Video dapat dilihat di menit awal

Pandangan MUI soal Kaitan Busana dan Radikalisme

Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Zaitun Rasmin menjelaskan masalah terbesar soal pelarangan penggunaan cadar dan celana cingkrang bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Menurut Zaitun masalah terbesarnya ada di stigma masyarakat yang berpandangan bahwa memakai busana tertentu diidentikkan dengan radikalisme.

Dilansir TribunWow.com dari video unggahan kanal Youtube Indonesia Lawyers Club, Minggu (10/11/2019), mulanya Wasekjen MUI tersebut menjelaskan soal tanggapannya terhadap larangan cadar dan celana cingkrang bagi ASN.

Wasekjen MUI sebut masalah utama pelarangan cadar dan celana cingkrang bukan di aturan tapi ada di prasangka buruk masyarakat yang memandang busana tertentu identik dengan radikalisme
Wasekjen MUI sebut masalah utama pelarangan cadar dan celana cingkrang bukan di aturan tapi ada di prasangka buruk masyarakat yang memandang busana tertentu identik dengan radikalisme (YouTube Indonesia Lawyers Club)

 Di ILC, Aboe Bakar Al-Habsyi Bongkar Siapa Pelaku Radikalisme di Indonesia: Mereka Culik Jenderal

Ia mengatakan soal aturan-aturan bisa ditanyakan kepada Anggota DPR dan ahli hukum.

"Itu bisa dijawab oleh para Anggota DPR, dan para ahli-ahli hukum," jelasnya.

Namun baginya yang harus diutamakan dalam negeri yang berlandaskan ketuhanan yang maha esa ini adalah peraturan apapun tidak seharusnya bertentangan dengan Pancasila.

"Tapi bagi kita, seharusnya di negeri yang berlandaskan pada ketuhanan yang maha esa sebagai sila pertama, dan itu juga disebutkan dalam pembukaan UUD 1945," kata dia.

"Peraturan apapun seharusnya tidak bertentangan dengan Pancasila itu sendiri," tambahnya.

Ia menegaskan dalam Pancasila sila pertama, kebebasan beragama dan berkeyakinan sangat dijunjung tinggi di Indonesia.

Maka dari itu seluruh aturan yang ada di Indonesia seharusnya tidak bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia.

"Jadi karena dalam Pancasila itu jelas sekali ketuhanan yang maha esa, artinya kebebasan agama dan berkeyakinan. Harusnya aturan itu menyesuaikan," tegasnya.

Pelarangan tersebut juga seharusnya tidak ada, karena menurut Zaitun ada anggota DPR yang mengiyakan bahwa tidak ada aturan yang melarang ASN dalam memakai cadar dan celana cingkrang.

"Apalagi tadi Anggota DPR mengatakan tidak ada aturan dalam ASN tentang tidak boleh pakai celana cadar, dan celana cingkrang," katanya.

Wasekjen MUI tersebut menekankan masalah terbesar dari aturan berbusana ini bukan pada aturannya tapi ada pada stigma buruk yang melekat tentang penggunaan busana tersebut.

Cadar dan celana cingkrang menurutnya banyak dicurigai identik dengan simbol-simbol radikalisme.

Hal yang harus dilakukan untuk menghalau itu adalah memperbaiki pandangan soal cadar dan celana cingkrang.

"Saya kira bukan itu masalahnya tapi, bagaimana memperbaiki prasangka," kata dia.

Ia mengingkan kepada semua pihak untuk berpandangan positif terhadap orang-orang yang memilih untuk menggunakan cadar dan celana cingkrang.

"Marilah berprasangka baik bagi mereka yang pakai cadar dan celana cingkrang," lanjutnya.

 Soroti Wacana Larangan Pakai Cadar dari Menteri Agama, Jokowi: Itu Sebetulnya Kan Pilihan Pribadi

Zaitun menjelaskan pandangan soal orang yang menggunakan celana cingkrang dan cadar identik dengan radikalisme justru salah.

Ia mengatakan banyak orang yang menggunakna busana tersebut justru orang-orang yang sangat nasionalis.

"Dan sangat jauh dari pada apa yang selama ini biasa distigmakan. Banyak orang-orang pakai cadar, pakai celana cingkrang sangat-sangat nasionalis," jelasnya.

Video dapat dilihat mulai menit 1.26

(TribunWow.com/Anung Malik)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Sri MulyaniTerorismeMenteri Keuangan (Menkeu)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved