Kabar Tokoh
Rocky Gerung Nilai Jokowi Intervensi Golkar hingga Airlangga Jadi Ketum, Sebut Tampar Balik Bamsoet
Rocky Gerung menilai, terpilihnya Airlangga Hartarto karena ada campur tangan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Lailatun Niqmah
"Tampaknya tabiat Orde Baru untuk mengendalikan partai politik masih terbawa atau dibikin lebih sublim oleh rezim ini."
"Seolah-olah tidak intervensi tapi sinyalnya intervensi," ucap dia.
Lihat videonya sejak menit awal:
Pecahnya Hubungan Politik Jokowi-Megawati
Selain itu Rocky Gerung menilai, terpilihnya Airlangga Hartarto menjadi Ketum Partai Golkar merupakan tanda pecahnya hubungan politik antara Jokowi dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
• Meski Puji Erick Thohir yang Mau Bersihkan Karpet BUMN, Rocky Gerung Tetap Beri Kritikannya Begini
"Sebagai indikasi kita sebut saja retak kongsinya dan potensi pecah itu pasti terjadi jelang 2024," ujar Rocky Gerung.
Rocky Gerung mengatakan bahwa Jokowi terlihat seperti ingin membangun warisan politik setelah dirinya tidak menjadi seorang presiden.
"Kan kita membaca bahasa tubuh Ibu Mega, bahasa tubuh Pak Jokowi jadi boleh disebut bahwa Joko Widodo ingin ada legacy (warisan) yang dia tinggalkan, jadi dia musti bikin oligarki baru," ungkapnya.
Pengamat politik asal Manado itu menilai, satu di antara cara Jokowi membangun kekuatan politik adalah dengan cara mengintervensi Partai Golkar.
"Komponen-komponen itu sudah dia hitung dan komponen itu salah satunya adalah Golkar," ujar Rocky Gerung.
Sehingga Rocky Gerung mengatakan bahwa kekuatan politik Megawati akan berkurang.
"Saya menganggap bahwa Ibu Mega kehilangan, atau defisit kekuatan politik hari ini," ucap dia.
Rocky Gerung menilai, pergerakan Jokowi untuk menghindari Megawati cukup buruk lantaran mengintervensi Golkar.
• Rocky Gerung Dorong Erick Thohir Lakukan Hal Ini: Jangan Nipu Publik dengan Sekedar Bersihkan Karpet
"Jadi bener tadi bayang-bayang Ibu Mega mungkin terlalu ingin sekedar dikaburkan, jadi Jokowi bikin move semacam itu, move yang buruk bagi demokrasi sebetulnya."