Staf Khusus Presiden
Putra Nababan Sebut Stafsus Presiden Bukan Pepesan Kosong, PKS dan Pakar Komunikasi Singgung Gimik
Putra Nababan menyebut Stafsus milenial Jokowi merupakan sosok yang sudah punya nama dan berkontribusi di bidangnya.
Penulis: Laila N
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Politisi PDIP Putra Nababan menyebut bahwa 7 staf khusus presiden dari kalangan milenial bukanlah sekedar pepesan kosong.
Dilansir TribunWow.com dari tayangan Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Senin (25/11/2019), Juru Bicara PKS Muhammad Kholid mengungkapkan kekhawatirannya, bahwa staf khusus presiden hanyalah gimik.
Senada dengan hal itu, Pakar Komunikasi Politik Lely Arrianie juga menyebut penunjukan stafsus dari kalangan milenial sebenarnya juga gimik.
• Angkie Yudistia Bongkar Cerita di Balik Foto 7 Staf Khusus Presiden: Berisik dan Tak Sabar Diskusi
Perbedaan pendapat itu bermula ketika Putra Nababan menerangkan bahwa staf khusus presiden dari kalangan milenial, merupakan wujud gagasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Wapres Ma'ruf Amin.
"Ini ada benang merahnya dengan pengembangan sumber daya manusia yang beliau gagas dengan Pak Kiai (Ma'ruf Amin-red)," ujar Putra Nababan.
"Program nomor satu itu adalah bukan infrastruktur."
"Program pertama itu adalah pengembangan SDM," imbuhnya.
Putra Nababan menyebut, untuk mengembangkan SDM, perlu melihat dari kalangan milenial.
"Kalau kita lihat nama-nama yang disampaikan oleh presiden, itu adalah nama-nama yang saya pun beberapa kali ketemu di lapangan," ungkapnya.
Menurutnya, para staf khusus presiden terpilih merupakan anak-anak muda yang punya pemikiran out of the box.
"Bahwa kemudian presiden tidak membuat staf khusus ini pembidangan, seperti periode sebelumnya atau periode Pak SBY, bidang ini, bidang ini segala macam."
"Itu adalah konsisten dengan target presiden."
"Target presiden adalah mencari revenue baru, new source of revenue, karena kita tidak boleh stuck di situ, sumber-sumber yang baru di mana," ungkap Putra Nababan.
Pembawa acara kemudian menanyakan soal penilaian kinerja staf khusus.
Menurut Putra Nababan, staf khusus langsung bertanggung jawab kepada presiden, sehingga tidak punya kewajiban memaparkan masukannya ke publik.
"Kita akan lihat nanti outputnya di presiden," kata Putra Nababan.
• Disebut Pajangan, Stafsus Presiden Billy Mambrasar Balas Sindiran Fadli Zon: Kami Sudah Berkarya
"Presiden akan mendapat input dari staf khusus, hal-hal yang out of the box, hal-hal yang inovatif, dan bahkan itu tidak perlu diumumkan."
"Staf khusus enggak boleh bikin konferensi pers, tiba-tiba mengatakan saya memberikan masukan kepada presiden," imbuhnya.

Nantinya, masukan itu akan presiden diskusikan dengan menteri dan diambil langkahnya seperti apa.
Putra Nababan kemudian kembali menegaskan soal pemikiran milenial yang out of the box.
Ia juga menyebut bahwa orang-orang yang dipilih Jokowi merupakan sosok yang sudah punya nama dan berkontribusi di bidangnya.
"Ada hasilnya, sudah punya modal, bukan pepesan kosong," ungkap Putra Nababan.
Pembawa acara kemudian meminta pendapat dari Kholid mengenai pernyataan Putra Nababan.
Termasuk soal kekhawatiran Kholid yang sempat menyebut stafsus presiden hanya sekedar gimik.
"Kemarin saya memberikan pernyataan, ini jangan sampai hanya menjadi gimik," ucap Kholid.
"Karena kalau kita lihat, bisa verifikasi, bahwa pemerintahan ini pro pada milenial, itu bisa dilihat dari policy-nya, dari kebijakannya."
"Kalau masuknya milenial ini tapi policy-nya enggak berubah."
"Kita lihat bahwa pengangguran di Indonesia itu tinggi sekali, dan 50 persen milenial itu nganggur."
"Itu data dari BPS ya, bisa diverifikasi," imbuhnya.
Kholid kemudian menyebut bahwa mayoritas pengangguran tertinggi adalah SMK dan SMA.
"Jadi wajah-wajah milenial yang masuk ke lingkaran Istana, kita berharap ada policy yang berubah," ucap Kholid.
"Dan ini yang menjadi tantangan."
Menurut Kholid, jika tidak ada perubahan yang signifikan terkait kebijakan yang menyangkut anak-anak muda, maka masuknya milenial di stafsus hanya gimik saja.
Kholid mencontohkan kebijakan mengenai start up dan pengangguran yang bermasalah.
Sementara itu, Lely Arrianie menyebut bahwa kata staf khusus milenial sendiri merupakan gimik.
• Cerita Angkie Yudistia, Perempuan Disabilitas Jadi Staf Khusus dan Jubir Jokowi: Saya Sendiri Syok
"Sebenarnya pengumuman Pak Jokowi tentang milenial itu sendiri adalah gimik lho," ujar Lely Arrianie.
"Karena itu adalah peristiwa komunikasi."
"Peristiwa komunikasi kan ada benang merah, tadi Bang Putra bilang, dari apa yang dijanjikan Pak Jokowi sejak kampanye."
"Ada perubahan yang dilakukan, bahwa melibatkan anak-anak muda," imbuh Lely Arrianie.
Lely Arrianie kemudian menyinggung soal pro dan kontra soal milenial.
"Karena biasanya perspektif kita itu mendahului observasi kita," ujar Lely Arrianie.
"Kita kan tidak tahu apa yang akan mereka lakukan sebagai staf khusus."
"Nah kata staf khusus itu sendiri sudah gimik itu."
"Jadi sebagai staf khusus itu apa yang akan mereka lakukan," sambungnya.
Lely Arrianie kemudian mengatakan bahwa 7 orang milenial yang dipilih merupakan warna dari Jokowi, termasuk dalam Dilan (digital dan melayani) yang dulu sempat disebut presiden.
"Tapi perlu diketahui, mereka itu nonstruktural, bukan struktural," lanjut Lely Arrianie.
"Jadi kita berharap, jangan sampai menjadi gimik, Mas Kholid juga benar itu."
"Karena kalau mereka terjerembab atau terkooptasi oleh budaya birokrasi, mereka enggak bsia berbuat apa-apa."
"Nah itu yang dimaksud Mas Kholid ya," sambungnya.
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini mulai menit awal:
7 Staf Khusus Presiden dari Milenial
1. Putri Indahsari Tanjung - (CEO dan Founder Creativepreneur),
2. Adamas Belva Syah Devara - (Pendiri Ruang Guru),
3. Ayu Kartika Dewi - (Perumus Gerakan Sabang Merauke),
4. Angkie Yudistia - (Pendiri Thisable Enterprise, kader PKPI, difabel tuna rungu),
5. Gracia Billy Yosaphat Membrasar - (CEO Kitong Bisa, peraih beasiswa kuliah di Oxford),
6. Aminuddin Ma'ruf - (Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII),
7. Andri Taufan Garuda Putra (Pendiri Lembaga Keuangan Amartha).
(TribunWow.com/Lailatun Niqmah)