Kabar Ibu Kota
Curhatan Warga Sunter, Digusur hingga Ungkit Janji Anies Baswedan: Peribahasanya Kita Punya Pemimpin
Seorang warga korban Jalan Agung Perkasa VIII, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara menjadi korban penggusuran, Sutiyo mengungkapkan perasaannya.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Lantas dalam kesempatan tersebut, Sutiyo mengungkapkan dirinya sempat protes ke pemerintah.
Pasalnya, saat kampanye Gubernur DKI Jakarta 2017 silam, Anies Baswedan berjanji untuk tidak menggusur warganya.
"Waktu ke sana itu, ya kita punya peribahasanya kita punya pemimpin dan peribahasanya punya sesepuh waktu dia menyalonkan gubernur, dia datang ke kampung-kampung ke pelosok-pelosok ada dia janji katanya tidak ada pembongkaran," ucap Sutiyo.
"Kalau orang jual lapak-lapak ini kalau sudah ada dibenahkan, ditata," imbuhnya.
Saat ditemui ke kantor pemerintah Jakarta, Sutiyo mengatakan bahwa pemerintah awalnya berjanji tidak akan ada penggusuran.
"Terus kita ada jawaban secara lisan katanya tidak ada pembongkaran seperti itu," katanya.
Namun, berselang sekitar satu bulan penggusuran tiba-tiba dilakukan tanpa informasi terlebih dahulu.
"Terus tiba-tiba kurang lebih jarak satu bulan sudah tenang-tenang diam-diam ya sudah seperti itu saya kira tidak ada pembongkaran terus kurang lebih jarak satu bulan setengah seperti ini tanpa sepengetahuan sebelumnya," jelas Sutiyo.
Sutiyo menjelaskan, penggusuran itu terjadi pada pagi hari.
Sehingga, ia kaget sudah banyak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) berada di daerah tempat tinggalnya.
"Nggak ada pemberitahuan, tiba-tiba jam enam sudah standby para aparat-aparat sudah standby saya jam enam pagi membeli untuk bubur anak aku udah penuh di situ, saya kaget ini mau ada apa," ujar dia.
• Tak Mau Jawab soal Penggusuran di Sunter, Anies Baswedan: Tanya ke Wali Kota Jakarta Utara Saja
Lihat videonya mulai menit ke-2:13
Sementara itu dikutip dari Kompas TV, warga korban penggusuran masih tetap bertahan di lokasi penggusuran.
Mereka memilih untuk tetap tinggal lantaran belum ada alternatif tempat tinggal yang ditawarkan oleh pemerintah sesuai kebutuhan.
Seorang ibu bernama Tia mengungkapkan, kini warga tengah meratapi nasibnya.
Mereka tetap bertahan di lokasi penggusuran dengan tempat tidur seadanya.