Breaking News:

Kabinet Jokowi

Rocky Gerung Nilai PDIP Harusnya Jadi Oposisi Jokowi, Sebut Megawati Diabaikan Presiden soal Kabinet

Pengamat politik, Rocky Gerung turut mengomentari jumlah kursi yang didapat PDIP dalam susunan Kabinet Indonesia Maju.

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Channel Youtube Rocky Gerung Official
Pengamat politik, Rocky Gerung turut mengomentari jumlah kursi yang didapat PDIP dalam susunan Kabinet Indonesia Maju. 

TRIBUNWOW.COM - Pengamat politik, Rocky Gerung turut mengomentari jumlah kursi yang didapat PDIP dalam susunan Kabinet Indonesia Maju.

Sedangkan, dalam susunan Kabinet Indonesia Maju hanya ada lima menteri dari PDIP.

Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Rocky Gerung Official pada Kamis (8/11/2019), menanggapi hal tersebut Rocky Gerung menilai seharusnya PDIP yang kini beroposisi.

Samakan Politik di Indonesia dengan Naik Gunung, Rocky Gerung Kepikiran Ruang Kabinet saat Muncak

"Saya kira mestinya PDIP yang kini beroposisi kan, karena dia banyak di MPR tapi sedikit di kabinet," kata Rocky Gerung.

Dengan demikian, Rocky Gerung menganggap bahwa Jokowi tidak ingin diatur oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Kendati demikian, Megawati masih bisa dianggap mendikte Jokowi melalui banyaknya fraksi PDIP di MPR.

"Jadi logika itu menerangkan, Jokowi berupaya untuk tidak didikte oleh Ibu Megawati tapi Ibu Megawati juga bisa baca bahwa saya juga bisa mendikte presiden melalui fraksi di DPR itu," terangnya.

Sehingga, menurutnya akan ada semacam perselisihan di dalam kelompokm antara Jokowi dengan Megawati meski tidak secara jelas di depan publik.

"Jadi akan ada permainan dua arah yang berlawanan itu, kekesalan Ibu Mega pasti akan termanifestasi pada kritik fraksi PDIP terhadap kebijakan walaupun itu tidak mungkin frontal."

"Tapi itu akan diperlihatkan karena soal psikologi orang yang atau diabaikan oleh petugas partainya," ungkap Rocky Gerung.

Rocky Gerung menilai, PDIP memang berhak mendapat jatah menteri lebih banyak.

"Dan itu relatif menyakiti Megawati itu sebetulnya, karena Megawati berhak minta banyak karena bagaimanapun memang Jokowi adalah kader partai walaupun dia dipilih rakyat, dia nggak bisa andalkan karena rakyat memilih maka saya akan bisa menunda permintaan partai," terang pengamat politik asal Manado ini.

Ia mengaku setuju PDIP meminta jatah kursi menteri lebih banyak, namun Rocky Gerung juga mengkritiki permintaan Megawati soal kursi menteri pada waktu kongres partai di Bali beberapa waktu lalu.

Prabowo Jadi Menhan, Rocky Gerung Singgung soal Ketakutan Jokowi: Mulai Khawatir

"Saya kritik memang Megawati waktu di Bali karena Megawati seolah-olah memeras Jokowi di forum PDIP, itu kan kongres partai, Bu Megawati naik panggung dan minta kabinet dan dia sebutin 12 apa segala macam itu tidak etis."

"Kalau minta bisa di belakang layar bukan justru di forum rumah tangganya sendiri, saya kritik itu," kritiknya.

Lantas, Rocky Gerung menyimpulkan bahwa Jokowi kini tengah membangun kuasanya sendiri tanpa didikte Megawati.

"Nah sekarang terlihat permintaan Mega diabaikan oleh Jokowi, dengan kata lain kita tahu bahwa Pak Jokowi juga ingin bikin dinasti sendiri," ujarnya.

Lihat videonya sejak menit awal:

Rocky Gerung Nilai Keadaan Politik di Indonesia seperti Naik Gunung Himalaya

Rocky Gerung mengatakan bahwa situasi politik di Indonesia itu seperti perjalanan naik gunung.

Hal itu disampaikan Rocky Gerung melalui channel Youtubenya Rocky Gerung Official pada Jumat (7/11/2019).

Rocky Gerung mengatakan, bahwa politik di Indonesia itu seperti turbulensi.

Turbulensi adalah perubahan kecepatan aliran udara yang menyebabkan goncangan pada tubuh pesawat.

"Turbulence (turbolensi), itu sama seperti ke Kathmandu visit ke basecamp Everest," kata Rocky Gerung.

Kemudian, Rocky Gerung menjelaskan bahwa politik di Indonesia itu sama berbahaya dengan Bandara Lukla di Nepal.

"Dari Kathmandu kita naik pinoter yang cuma 8-9 orang ke Bandara namanya Lukla, Bandara Lukla itu bandara paling berbahaya di dunia itu, karena cuma boleh satu kesempatan mendarat."

"Depannya dinding, belakangnya jurang jadi kalau gagal mendarat ya udah selesai," ujar Rocky Gerung.

Pasalnya, Rocky Gerung menganggap banyak sekali permasalahan yang tengah dialami oleh Indonesia hingga membuat kepanikan.

"Nah politik Indonesia itu kira-kira begitu tuh, orang cemas dengan keadaan politik buruk, ekonomi memburuk, intrik di dalam kabinet juga memburuk, kemampuan daya beli masyarakat menurun, dan semua variable itu seperti Turbulence kalau di Himalaya," jelas politisi asal Manado itu.

Bedanya, bencana alam dianggap tidak ada konsekuensinya dan mutlak.

Namun, permasalahan di bidang sosial dapat menjalar ke mana-mana.

"Enggak bisa kita prediksi, bedanya kalau disaster (bencana) alam itu enggak ada konsekuensi secara sosial karena itu hukum alam tu."

"Tapi kalau disaster di bidang ekonomi konsekuensinya ke mana-mana, karena itu menyangkut hak hidup layak, hak warga negara untuk menikmati keakraban dengan tetangga," jelasnya.

 Singgung soal Kasus Penusukan Wiranto, Rocky Gerung: Orang yang Berpotensi Stres, Berpotensi Radikal

Pada bencana sosial, publik hanya bisa mengalahkan kebijakan

"Nah itu yang enggak ada, dan kita hanya bisa mengatakan itu pasti kesalahan kebijakan bukan kesalahan alam," ucap Rocky Gerung.

Saat ditanya apakah dirinya masih mengigat politik di Indonesia saat berada di atas gunung, Rocky Gerung mengatakan hanya sedikit terpikir.

"Enggak kepikiran sih, sekelebat saja, fokus pasti hilang."

"Tapi tetap begitu istirahat berpikir ulang justice keadilan, karena itu mengikat di bawah alam sadar saya dari Himalaya di ketinggian 5.000 meter kita bisa bayangkan apa yang terjadi di Jakarta di Monas, di ruang kabinet, apa yang diomongkan di situ," ucapnya.

Lihat videonya mulai menit ke-4:54:

(TribunWow.com/Mariah Gipty)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Rocky GerungJokowiKabinet Indonesia MajuPDIP
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved