Terkini Daerah
Gunung Merapi Kembali Luncurkan Awan Panas, Begini Penuturan BPPTKG: Status Waspada
Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan DIY kembali menunjukkan aktifitasnya pagi ini, Sabtu (9/11/2019).
Penulis: Fransisca Krisdianutami Mawaski
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan DIY kembali menunjukkan aktifitasnya, Sabtu (9/11/2019) pagi.
Awan panas setinggi 1500 meter dengan durasi 160 detik muncul pada pukul 06.21 WIB.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan, aktifitas vulkanologi ini disebabkan oleh akumulasi gas dalam perut gunung.
• Gunung Merapi Keluarkan 7 Kali Guguran Awan Panas, Masyarakat Diimbau Tetap Tenang
"Penyebab masih sama dengan awan panas letusan sebelumnya, karena akumulasi gas," kata Hanik,seperti yang dikutip TribunWow dari TribunJogja, Sabtu (9/11/2019).
Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang.
Sementara itu, status dari Gunung Merapi sendiri saat ini masih pada level II atau waspada.
"Masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 km dari puncak Gunung Merapi," ujar Hanik.
"Status masih Waspada (Level II)," lanjutnya.
Menurut pengamatan BPPTKG pukul 00.00 hingga 06.00 secara visual gunung jelas.
Asap kawah teramati berwarna putih dengan intesitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 20 meter di atas puncak kawah.
Informasi tentang semburan awan panas Merapi ini juga diunggah akun Twitter @BPPTKG, Sabtu (9/11/2019) pukul 06.49 WIB.
Akun Twitter @BPPTKG membuat utas mengenai informasi ini.
Pada unggahan pertama, berisi foto yang diberi keterangan mengenai peristiwa.
Terjadi awanpanas letusan Gunung #Merapi pada tanggal 9 November 2019 pukul 06:21 WIB.
Awanpanas letusan tercatat di seismogram dengan amplitudo max. 65 mm dan durasi ± 160 detik.
Terpantau kolom letusan setinggi 1.500 m dari puncak condong ke Barat.
#statuswaspada
lalu pada utas kedua, dituliskan keterangan mengenai jarak aman.
Rekomendasi jarak bahaya 3 km dari puncak. Di luar radius tsb, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa.
Masyarakat diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.
#statuswaspada sejak 21 Mei 2018
Pada cuitan ketiga pada utas tersebut, ditampilkan foto yang memperlihatkan dampak erupsi.

Cuitan akun twitter @BPPTKG mengenai aktifitas Merapi (Twitter @BPPTKG)
• Terjadi 21 Gempa Guguran di Gunung Merapi, Status Masih Waspada Level II
Sementara itu, menurut BPBD Sleman,potensi banjir lahar dingin diperkirakan menurun, meskipun sudah memasuki musim penghujan.
"Saat ini yang berpotensi hanya Kali Gendol dan Kali Opak, namun potensinya kecil. Prediksinya jika banjir ya hanya banjir air biasa," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan.
Makwan juga menjelaskan turunnya potensi ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, material yang dikeluarkan oleh Merapi saat ini masih terpusat di puncak.
"Jika lahar dingin itu biasanya material sudah berada di lereng dan terbawa oleh aliran air hujan yang turun di lereng Merapi," katanya.
Sementara, kondisi di lereng Merapi saat ini material memang sudah ada namun jumlahnya kecil, selain itu material di lereng Merapi sudah banyak berkurang karena aktivitas penambangan.
Di sisi lain, daerah aliran Sungai Gendol juga semakin dalam karena aktivitas penambangan.
"Di Kali Gendol material Merapi juga sudah banyak yang ditambang karena memang material Merapi dikenal memiliki nilai ekonomi tinggi. Jadi aliran Sungai Gendol saat ini semakin dalam," katanya.
Selain itu, DAM yang sudah dibangun untuk menanggulangi aliran lahar dingin, saat ini sangat tinggi dan kokoh.
"Daya tampung DAM yang ada juga sangat besar, jadi potensi lahar dingin bisa diredam. Jadi hanya sungai-sungai kecil di sekitar lereng Merapi yang berpotensi mengalami lahar dingin, namun dampaknya tidak besar," katanya.
Makwan menuturkan hal yang paling berbahaya yakni para pelaku tambang yang berada di aliran sungai yang ditambang.
"Memang yang paling bahaya itu yang berada di alur pertambangan, karena tidak ada DAM penahan," katanya.
(TribunWow.com/Fransisca Mawaski)