Kabar Tokoh
Dewi Tanjung Tanyakan Kejanggalan Luka Novel Baswedan, Saor Siagian: Itu Pertanyaan Sampah
Kuasa Hukum Novel Baswedan, Saor Siagian memberikan jawabannya terhadap kejanggalan luka Novel yang ditemukan oleh Dewi Tanjung
Penulis: anung aulia malik
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Kuasa Hukum Novel Baswedan, Saor Siagian mengatakan dirinya tidak memiliki kompetensi untuk menjawab pertanyaan seputar luka yang dialami Novel.
Ia mempersilakan pelapor Novel Baswedan, Dewi Tanjung untuk langsung datang ke rumah sakit yang pernah merawat Novel.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal youtube tvOneNews, Kamis (7/11/2019), mulanya Dewi mempertanyakan soal luka Novel Baswedan.
Dewi mengatakan dirinya melihat kejanggalan luka Novel ketika ia keluar dari rumah sakit.
Saat pertama keluar dari rumah sakit, Dewi mempertanyakan mengapa kepala dan hidung Novel ikut di perban padahal tidak mengalami luka.
"Pertanyaan saya, kenapa pada waktu dia keluar pertama dari rumah sakit kepalanya yang diperban, hidungnya yang diperban, tapi matanya yang buta," Jelas Dewi.
Dewi mengatakan justru mukanya tidak mengalami luka begitu pula dengan kelopak matanya.
"Mukanya enggak kenapa-kenapa, kelopak matanya enggak kenapa-kenapa," tambahnya.
Ia mengatakan jika betul-betul terkena serangan air keras maka kelopak mata Novel sudah mengalami luka berat.
"Kalau betul-betul diserang air keras, kelopak matanya sudah hancur pak," jelas Dewi.
Menanggapi pernyataan Dewi, Kuasa Hukum Novel, Saor Siagian mengatakan pertanyaan yang dilontarkan oleh Dewi adalah pertanyaan tidak bermutu.
"Mas Andro, itu menurut saya pertanyaan-pertanyaan sampah," jelas Saor.
• Laporkan Novel Baswedan ke Polisi, Dewi Tanjung Dikecam Penggiringan Opini hingga Tak Manusiawi
Saor melanjutkan pertanyaan yang diajukan oleh Dewi tidak ada relevansinya.
"Jadi dia bertanya yang tidak ada kaitannya," kata Saor
Mendengar hal tersebut Dewi tidak setuju.
Menurut Dewi justru hal tersebut sangat berkaitan dengan kasus penyerangan Novel.
"Justru ada kaitannya," kata Dewi.
Saor mengatakan jika ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, seharusnya dirinya bertanya ke rumah sakit yang memiliki kompetensi untuk menjawab soal luka.
"Kalau dia mau menjawab pertanyaan itu, bukan kita yang kompeten, dia harus pergi ke rumah sakit," jawab Saor.
Saor menjelaskan pertanyaan seputar luka tidak ada kaitannya untuk ditanyakan kepada kuasa hukum.
"Pertanyaan itu tidak ada relevannya untuk ditanyakan kepada kita," Kata Saor.
Ia kemudian menjelaskan jika Dewi memang ingin mengetahui jawaban dari pertanyaannya, dirinya menyuruh Dewi untuk pergi ke rumah sakit.
"Kalau memang dia punya sisi kemanusiaan, mengapa matanya, kemudian yang tadi dipertanyakan (perban dan luka), kalau dia bersimpati, berempati pergi ke rumah sakit," kata Saor.
Lalu menanyakan kepada pihak rumah sakit soal luka.
"Pak betul enggak Novel ini," tambahnya.
Saor kemudian menyebut lokasi rumah sakit tempat Novel berobat.
"RS Jakarta Eye Center, kemudian di Kepala Gading, RSCM, Singapura," kata Saor.
Ia menjelaskan semua jawaban yang diinginkan Dewi dapat dijawab oleh dokter yang ada di sana.
"Kemudian bisa dia cek, saya kan bukan dokter," tambahnya.
• Pihak Novel Baswedan akan Seret Dewi Tanjung ke Pengadilan: Jangan-jangan Dia di Balik Penyerangan
Video dapat dilihat mulai menit 6.11
Dewi Tanjung Soroti Kejanggalan Luka Novel
Saat melaporkan Penyidik Senior KPK Novel Baswedan, Dewi menyebut kejanggalan yang ia temukan soal luka Novel.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Kamis (7/11/2019), Pertama, dirinya menyoroti luka dan perban Novel Baswedan.
"Ada beberapa hal janggal dari semua hal yang dialami, dari rekaman CCTV, bentuk luka, perban, dan kepala yang diperban," papar Dewi di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (6/11/2019).
Ia kemudian mempertanyakan kenapa luka dan perban yang digunakan oleh Novel tidak sesuai.
"Tapi, tiba-tiba malah mata yang buta," jelas Dewi.
Novel Bantah Kasusnya Rekayasa
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Selasa (5/11/2019), Novel menjelaskan saat itu dirinya masih bisa melihat karena belum melakukan opreasi osteo odonto keratoprosthesis (OOKP).
"Saat itu belum dilakukan operasi OOKP pada mata kiri saya karena Prof Donald Tan sedang upayakan dengan stem cell dengan cara dipasang selaput membran plasenta pada kedua mata saya untuk menumbuhkan jaringan yang sudah mati," kata Novel, Selasa (5/11/2019).
Ia kemudian menjelaskan kesalahpahaman soal matanya yang terlihat seperti tidak sakit, namun justru sel mata Novel sudah banyak yang mati dan penglihatan Novel juga memburuk.
"Saat itu bila orang lihat mata kiri saya seperti tidak sakit, bahkan tidak merah dan bening, seperti kelereng. Tapi sebenarnya selnya justru sudah banyak yang mati dan fungsi melihatnya sangat kurang," ujar Novel.
Ia kemudian memaklumi jika ada yang mengira dirinya terlihat tidak sakit.
"Jadi wajar saja orang awam mengira saya tidak sakit," kata Novel Baswedan.
• Novel Baswedan Dituding Berbohong soal Penyerangan, Ini Tanggapan Istana
Kasus Penyiraman Novel Baswedan
Dilansir TribunWow.com dari Tribunnewswiki.com, Selasa (5/11/2019), Penyerangan terhadap Penyidik Senior KPK Novel Baswedan terjadi pada tahun 2017
Saat ia menangani kasus korupsi E-KTP, pada 11 April 2017, usai salat subuh di Masjid Al Ikhsan, Jakarta, Novel disiram dengan air keras oleh orang tak dikenal.
Cipratan air keras tersebut mengenai muka dan matanya.

Teror tersebut tak membuat gentar Novel.
Ia pun menyadari risiko pekerjaannya dan justru ia semakin yakin akan pekerjaanya membongkar kasus korupsi adalah bagian jalan hidupnya.
Perjalanan kasus Novel Baswedan belum menemui titik temu hingga saat ini.
Bahkan, perbincangan tentang kasusnya masih ramai diperbincangkan terutama akhir-akhir ini.
Penyerangan air keras terhadap Novel Baswedan, membuat publik begitu geram.
Tidak hanya itu, fotonya yang tengah mengantre di sebuah bandar udara beredar luas di media sosial Twitter.
Fotonya tersebut diunggah salah satu akun di Twitter dengan diikuti narasi bahwa Novel disebut mau jalan-jalan.
• Sulit atau Mudah? Kontradiksi Pernyataan Pemerintah dan KPK soal Kasus Penyerangan Novel Baswedan
Dilansir dari Tribun Batam, namun hal tersebut dibantah pihak KPK, dan dijelaskan Novel berangkat ke Singapura untuk melakukan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kesehatannya.
Ketua Wadah Pegawai KPK, Yudi Purnomo menilai terpaan isu miring di media sosial, terutama terkiat Novel mencerminkan jalan pemberantasan korupsi tidak mudah.
Yudi memandang terpaan isu miring itu tak lepas dari peran Novel dalam menangani kasus-kasus besar.
Novel diketahui menangani sejumlah kasus besar, mulai dari kasus e-KTP, suap hakim MK Akil Mochtar, suap wisma atlet SEA Games, kasus Simulator SIM hingga kasus cek pelawat yang melibatkan Nunun Nurbaeti.
Puncaknya adalah saat Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 silam.
Namun hingga kini pengusutan kasusnya masih gelap.
Belum ada satu pun pelaku lapangan yang terungkap.
(TribunWow.com/Anung Malik)