Isu Radikalisme
Soal Isu Radikal, Ketua PBNU Ungkap Persamaan Menag Fachrul Razi dan Lukman Hakim
Ketua Umum PBNU, Marsudi Syuhud memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang sedang ramai diperbincangkan.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum PBNU, Marsudi Syuhud memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang sedang ramai diperbincangkan.
Terutama soal wacana Menteri Agama, Fachrul Razi yang belum lama ini memberikan pernyataan mengejutkan.
Ia menyebut akan melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang untuk kalangan aparatur sipil negara (ASN).
Terkait hal itu, Marsudi Syuhud pun menyamakan Fachrul Razi dengan mantan Menag, Lukman Hakim Saifudin.
• Soroti Aturan Pakaian PNS, Yandri Susanto Tegas Tolak Wacana Menag: Enggak Usah Buat Gaduh
• Mahfud MD Sebut Menag Usul Batasi Busana karena Pernah di Militer: Biasanya Tentara Banyak Sumbernya
Marsudi Syuhud menyebut bahwa melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang bukan lah solusi pemberantasan radikalisme.
Lantas, ia menyebut solusi yang disampaikan Menag itu layaknya sakit panas yang diberi obat es.
"Penyakit radikal didiagnosa ketemu obatnya adalah melarang cadar," kata Marsudi Suhud dikutip dari acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (5/11/2019).
"Itu seperti sakit panas Pak Karni dikasih obatnya es biar cepet turun."
Ia lantas melanjutkan perumpamaannya.
"Padahal panas itu akibat, akibat dari mungkin sakit tenggorokan kalau anak kecil, atau lainnya," terang Marsudi Suhud.
Lantas, ia menghubungkan perumpaan itu dengan pelarangan cadar untuk menangkal radikalisme.
"Ya ada sih, karena sangat panas maka dikompres," kata Marsudi Suhud.
"Ya ada sih bahwa yang radikal itu pakai cadar, kan kayak gitu."
Menurutnya, melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang bukan lah solusi untuk menangkal radikalisme.
"Tapi itu bukan obatnya Pak Menteri Agama, walaupun suaranya kayak gledek gitu hari ini nyamber-nyamber gitu," ujar Marsudi Suhud.
"Tapi biasanya kalau gledek-nya kenceng, itu enggak turun hujan."
Lantas, ia memberikan contoh kebijakan serupa yang akhirnya tak berjalan.
Ia menyinggung nama mantan Menag, Lukman Hakim Saifudin.
"Contohnya, dulu zaman menterinya Pak Lukman, gledek-nya kenceng tuh, tapi enggak turun hujan juga, coba inget-inget itu," terang Marsudi Suhud.
"Oh ternyata ini DPR dari PAN inget ini. Sama mungkin, ini juga gledek-nya kenceng enggak turun hujan."
Lebih lanjut, ia mengungkapkan tentang penyebab munculnya radikalisme.
"Tadi udah dibahas tentang radikalis-radikalis, kalau menurut saya ini radikal-radikal muncul Pak Karni itu karena mereka mempertahankan khilafah sampai mempertahankannya dengan kekerasan," ujarnya.
• Di ILC, Mahfud MD Blak-blakan Ungkap Sosok Penyebar Radikalisme di Indonesia: Nanti Jadi Masalah
• Keras, Politisi PKS Bongkar Siapa Pelaku Radikalisme di Indonesia saat Hadir di ILC: Jangan Ditutupi
Lantas, Marsudi Suhud juga menyinggung soal keberadaan pancasila dalam kehidupan bernegara.
Ia menyebut ada oknum-oknum yang ingin menghilangkan pancasila.
"Ayo coba kita lihat, di Indonesia masyoritas udah sepakat negara ini berdasar pancasila, orang kemudian ada yang berpendapat enggak setuju, ingin mengubahnya," terang Marsudi Suhud.
"Secara radikal terus ngomong dengan seluruh dalilnya dan dipertahankan dengan cara radikal."
Simak video selengkapnya berikut ini menit 1.12:
Pada kesempatan itu, Budayawan Sudjiwo Tedjo juga memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang kini banyak diperbincangkan.
Ia mulanya membeberkan pengalamannya bertemu dengan seseorang yang mengenakan rok mini.
Sudjiwo Tedjo mengaku terganggu lantaran melihat wanita memakai rok mini bisa menggugah gairahnya.
"Saya tuh ngelihat rok mini itu terganggu Pak, paling terganggu di bandara Ngurah Rai itu (Denpasar, Bali) di tangga pesawat itu pak, di tangga pesawat itu macet."
"Karena di belakang, penumpang di dalam macet di depan saya rok mini, itu angin kenceng. Wah itu saya bikin lagu," kata Sudjiwo Tedjo.
Mendengar itu, para hadirin tertawa termasuk Karni Ilyas.
Namun, Sudjiwo Tedjo menilai bahwa bukan seorang perempuan yang memakai rok mini saja yang bisa membangkitkan gairahnya.
"Ternyata bukan cuma rok mini yang menganggu, ini kalau mau jujur. Perempuan yang pake jilbab juga," katanya.
"Ah dasar," sela Karni Ilyas sambil tertawa.
"Loh serius ini pak karena perempuan pake jilbab lebih cantik," jawab Sudjiwo Tedjo tegas buat hadirin bertepuk tangan.
Kemudian, Sudjiwo Tedjo menilai bahwa wanita memakai cadarlah yang tidak mengganggu dirinya.
"Saya sering ngapain pake jilbab gombyor-gombyor enggak kelihatan itunya tapi dia pake make up? Itu pertanyaan lama saya. Tetep mengundang pak. Sama dengan rok mini itu dengan segala hormat saya bisa bikin lagu atau menari, atau saya bisa apa, atau saya bisa bikin lukisan," kata dia.
"Nah ternyata ada yang pakai cadar, nah bagi saya tidak akan menganggu lagi karena make up-nya tidak kelihatan lagi," sambung Sudjiwo Tedjo.
Mendengar keluhan Sudjiwo Tedjo, Karni Ilyas masih terus tertawa.
Ia berkelakar menyarankan agar Sudjiwo Tedjo mengenakan penutup mata agar nafsunya tidak mudah bangkit.
"Ternyata mata saja itu sudah hrhrrhrhrhrhrh jadi gimana ini," keluh Sudjiwo Tedjo.
"Apa mata harus ditutup," ujar Karni Ilyas sambil tertawa.
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Mariah Gipty)