Breaking News:

Isu Radikalisme

Kritisi Menag soal Radikalisme, Ketua PBNU Ibaratkan seperti Petir: Tapi Enggak Turun Hujan

Ketua Umum PBNU, Marsudi Syuhud memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang sedang ramai diperbincangkan.

Tangkapan Layar YouTube Indonesia Lawyers Club
Ketua Umum PBNU, Marsudi Syuhud memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang kini ramai diperbincangkan. 

TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum PBNU, Marsudi Syuhud memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang sedang ramai diperbincangkan.

Terutama, soal wacana Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang melarang penggunaan celana cingkrang dan cadar di lingkungan aparatur sipil negara (ASN).

Marsudi Syuhud bahkan memberikan perumpamaan untuk menggambarkan solusi yang ditawarkan Menag untuk menangkal radikalisme itu. 

Hal itu disampaikan Marsudi Syuhud dalam acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (5/11/2019).

Sudjiwo Tedjo Ungkap Makna Radikalisme hingga Singgung soal Iuran BPJS: Sampai Kejang-kejang Diancam

Di ILC, Mahfud MD Blak-blakan Ungkap Sosok Penyebar Radikalisme di Indonesia: Nanti Jadi Masalah

"Penyakit radikal didiagnosa ketemu obatnya adalah melarang cadar," kata Marsudi Syuhud.

"Itu seperti sakit panas Pak Karni dikasih obatnya es biar cepet turun."

Ia lantas melanjutkan perumpamaannya.

"Padahal panas itu akibat, akibat dari mungkin sakit tenggorokan kalau anak kecil, atau lainnya," terang Marsudi Syuhud.

Lantas, ia menghubungkan perumpaan itu dengan pelarangan cadar untuk menangkal radikalisme.

"Ya ada sih, karena sangat panas maka dikompres dengan es," kata Marsudi Syuhud.

"Ya ada sih bahwa yang radikal itu pakai cadar, kan kayak gitu."

Ketua Umum PBNU, Marsudi Syuhud memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang sedang ramai diperbincangkan.
Ketua Umum PBNU, Marsudi Syuhud memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang sedang ramai diperbincangkan. (Tangkapan Layar YouTube Indonesia Lawyers Club)

Menurutnya, melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang bukan lah solusi untuk menangkal radikalisme.

"Tapi itu bukan obatnya Pak Menteri Agama, walaupun suaranya kayak gledek gitu hari ini nyamber-nyamber gitu," ujar Marsudi Syuhud.

"Tapi biasanya kalau gledek-nya kenceng, itu enggak turun hujan."

Lantas, ia memberikan contoh kebijakan serupa yang akhirnya tak berjalan.

Ia menyinggung nama mantan Menag, Lukman Hakim Saifudin.

"Contohnya, dulu zaman menterinya Pak Lukman, gledek-nya kenceng tuh, tapi enggak turun hujan juga, coba inget-inget itu," terang Marsudi Syuhud.

"Oh ternyata ini DPR dari PAN inget ini. Sama mungkin, ini juga gledek-nya kenceng enggak turun hujan."

Kritik Usulan Jokowi soal Istilah Manipulator Agama bagi Pelaku Radikal, Sudjiwo Tedjo: Itu Politisi

Keras, Politisi PKS Bongkar Siapa Pelaku Radikalisme di Indonesia saat Hadir di ILC: Jangan Ditutupi

Lebih lanjut, ia mengungkapkan tentang penyebab munculnya radikalisme.

"Tadi udah dibahas tentang radikalis-radikalis, kalau menurut saya ini radikal-radikal muncul Pak Karni itu karena mereka mempertahankan khilafiah sampai mempertahankannya dengan kekerasan," ujarnya.

Lantas, Marsudi Syuhud juga menyinggung soal keberadaan pancasila dalam kehidupan bernegara.

Ia menyebut ada oknum-oknum yang ingin menghilangkan pancasila.

"Ayo coba kita lihat, di Indonesia masyoritas udah sepakat negara ini berdasar pancasila, orang kemudian ada yang berpendapat enggak setuju, ingin mengubahnya," terang Marsudi Syuhud.

"Secara radikal terus ngomong dengan seluruh dalilnya dan dipertahankan dengan cara radikal."

Simak video selengkapnya berikut ini menit 1.12:

Pada kesempatan itu, Budayawan Sudjiwo Tedjo juga memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang kini banyak diperbincangkan.

Ia mulanya membeberkan pengalamannya bertemu dengan seseorang yang mengenakan rok mini.

Sudjiwo Tedjo mengaku terganggu lantaran melihat wanita memakai rok mini bisa menggugah gairahnya.

"Saya tuh ngelihat rok mini itu terganggu Pak, paling terganggu di bandara Ngurah Rai itu (Denpasar, Bali) di tangga pesawat itu pak, di tangga pesawat itu macet."

"Karena di belakang, penumpang di dalam macet di depan saya rok mini, itu angin kenceng. Wah itu saya bikin lagu," kata Sudjiwo Tedjo.

Mendengar itu, para hadirin tertawa termasuk Karni Ilyas.

Namun, Sudjiwo Tedjo menilai bahwa bukan seorang perempuan yang memakai rok mini saja yang bisa membangkitkan gairahnya.

"Ternyata bukan cuma rok mini yang menganggu, ini kalau mau jujur. Perempuan yang pake jilbab juga," katanya.

"Ah dasar," sela Karni Ilyas sambil tertawa.

"Loh serius ini pak karena perempuan pake jilbab lebih cantik," jawab Sudjiwo Tedjo tegas buat hadirin bertepuk tangan.

Kemudian, Sudjiwo Tedjo menilai bahwa wanita memakai cadarlah yang tidak mengganggu dirinya.

"Saya sering ngapain pake jilbab gombyor-gombyor enggak kelihatan itunya tapi dia pake make up? Itu pertanyaan lama saya. Tetep mengundang pak. Sama dengan rok mini itu dengan segala hormat saya bisa bikin lagu atau menari, atau saya bisa apa, atau saya bisa bikin lukisan," kata dia.

"Nah ternyata ada yang pakai cadar, nah bagi saya tidak akan menganggu lagi karena make up-nya tidak kelihatan lagi," sambung Sudjiwo Tedjo.

Mendengar keluhan Sudjiwo Tedjo, Karni Ilyas masih terus tertawa.

Ia berkelakar menyarankan agar Sudjiwo Tedjo mengenakan penutup mata agar nafsunya tidak mudah bangkit.

"Ternyata mata saja itu sudah hrhrrhrhrhrhrh jadi gimana ini," keluh Sudjiwo Tedjo.

"Apa mata harus ditutup," ujar Karni Ilyas sambil tertawa.

(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Mariah Gipty)

Tags:
Fachrul RaziIndonesia Lawyers Club (ILC)Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)Marsudi SyuhudradikalismeAparatur Sipil Negara (ASN)Sudjiwo Tedjo
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved