Isu Radikalisme
Di ILC, Mahfud MD Blak-blakan Ungkap Sosok Penyebar Radikalisme di Indonesia: Nanti Jadi Masalah
Menkopolhukam Mahfud MD mengungkap oknum yang menyebarkan paham radikal di Indonesia.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD mengungkap oknum yang menyebarkan radikalisme di Indonesia.
Diketahui, belum lama ini isu radikalisme tengah menjadi perbincangan publik.
Terkait isu itu, Mahfud MD pun menyebut kelompok radikal yang sudah mendekam di penjara.
Hal itu disampaikannya melalui acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (5/11/2019).
• Bahas soal RUU KUHP, Mahfud MD: Enggak Mungkin Langsung Setuju Semua
• Cerita Mahfud MD soal Ibunya yang Menangis saat Tahu sang Putra Jadi Menko Polhukam
Mahfud MD menantang orang-orang yang memiliki pandangan berbeda soal radikalisme untuk berdebat.
"Ayo mau bicara, apa teorinya? Apa dalilnya, kan selalu begitu," tegas dia.
Ia menegaskan sekali lagi, orang boleh berwacana soal radikalisme.
Sehingga, jangan menuduh pemerintah anti-kebebasan bagi rakyatnya yang ingin bersuara.
"Boleh berwacana tetapi jangan dibilang kalau orang membuat kontra wacana seperti saya, kalau dibilang anti-kebebasan, enggak."
"Mereka boleh bicara, tapi saya juga harus boleh bicara membantah," tegas Mahfud MD.
Lantas, ia menyinggung soal pembentukan Badan Peminaan Ideologi Pancasila (BPIP) sebagai upaya menangkal radikalisme.
"Pemerintah sekarang sudah buat misalnya BPIP, bahwa itu belum efektif, itu kan baru berdiri berapa lama, itu pun diganggu terus kan, ya silakan saja," ujar Mahfud MD.
Untuk menangkal paham radikalisme, pemerintah disebutnya telah membuat kesepakatan dengan beberapa menteri.
"Pemerintah sudah begitu, dan kesepakatan-kesepakatan dengan menteri pendidikan dan kebudayaan sudah ada, dengan Menteri Agama sudah ada, dengan Menkumham sudah ada," terang Mahfud MD.
"Untuk pada saatnya kita melakukan secara lebih sistematis dan masif pelaksanaan itu."
Lebih lanjut, Mahfud MD mengutarakan pendapatnya tentang penyebar radikalisme.

Menko Polhukam Mahfud MD sebut pelarangan penggunaan busana tertentu oleh Menteri Agama mungkin didasari oleh latar belakang militer Fachrul Razi (YouTube Indonesia Lawyers Club)
Menurutnya, tak etis jika harus menyebutkan identitas penyebar radikalisme itu.
"Kita enggak usah sebut siapanya yang belum ditangkap aja, kalau belum ditangkap disebut nanti jadi masalah," kata Mahfud MD.
"Yang sudah pasti aja lah, kelompok radikal itu adalah mereka yang sudah dipenjara karena melakukan teror, ada yang organisasinya sudah dibubarkan, itu aja."
Mahfud MD sekali lagi mengaku enggan menyebutkan identitas oknum penyebar paham radikal itu.
"Enggak usah nyebut orang, si A, si B, nanti malah jadi saling tuding, yang sudah ada kan banyak," terang Mahfud MD.
"Yang sudah ada, yang belum kita hadapi dengan tiga cara itu tadi, kalau adu wacana ya ayo, kalau Anda mau jihadis itu ada polisi dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang selesaikan."
• Soal Radikalisme, Pihak PKS Sindir Pejabat Baru Berapa Hari Bikin Gaduh: Butuh Anggaran Kita Bantu
• Di ILC, Mahfud MD Tantang Debat Orang yang Miliki Pandangan soal Radikalisme: Saya Juga Boleh Bicara
Ia menambahkan, semua aturan hukum harus ditegakkan.
"Kalau ada pengafiran itu ada Undang Undang ujaran kebencian, kan gitu," ucap Mahfud MD.
"Semua itu harus ditegakkan dengan baik agar nanti tidak ada yang mengaku kalau sesudah negara ini hancur, bermasalah, lalu yang suka (bilang) saya kan cuma usul, kok pemerintah diam aja."
Simak video berikut ini menit 7.16:
Pada kesempatan itu, Budayawan Sudjiwo Tedjo juga memberikan komentarnya tentang isu radikalisme yang kini banyak diperbincangkan.
Ia mulanya membeberkan pengalamannya bertemu dengan seseorang yang mengenakan rok mini.
Sudjiwo Tedjo mengaku terganggu lantaran melihat wanita memakai rok mini bisa menggugah gairahnya.
"Saya tuh ngelihat rok mini itu terganggu Pak, paling terganggu di bandara Ngurah Rai itu (Denpasar, Bali) di tangga pesawat itu pak, di tangga pesawat itu macet."
"Karena di belakang, penumpang di dalam macet di depan saya rok mini, itu angin kenceng. Wah itu saya bikin lagu," kata Sudjiwo Tedjo.
Mendengar itu, para hadirin tertawa termasuk Karni Ilyas.
Namun, Sudjiwo Tedjo menilai bahwa bukan seorang perempuan yang memakai rok mini saja yang bisa membangkitkan gairahnya.
"Ternyata bukan cuma rok mini yang menganggu, ini kalau mau jujur. Perempuan yang pake jilbab juga," katanya.
"Ah dasar," sela Karni Ilyas sambil tertawa.
"Loh serius ini pak karena perempuan pake jilbab lebih cantik," jawab Sudjiwo Tedjo tegas buat hadirin bertepuk tangan.
Kemudian, Sudjiwo Tedjo menilai bahwa wanita memakai cadarlah yang tidak mengganggu dirinya.
"Saya sering ngapain pake jilbab gombyor-gombyor enggak kelihatan itunya tapi dia pake make up? Itu pertanyaan lama saya. Tetep mengundang pak. Sama dengan rok mini itu dengan segala hormat saya bisa bikin lagu atau menari, atau saya bisa apa, atau saya bisa bikin lukisan," kata dia.
"Nah ternyata ada yang pakai cadar, nah bagi saya tidak akan menganggu lagi karena make up-nya tidak kelihatan lagi," sambung Sudjiwo Tedjo.
Mendengar keluhan Sudjiwo Tedjo, Karni Ilyas masih terus tertawa.
Ia berkelakar menyarankan agar Sudjiwo Tedjo mengenakan penutup mata agar nafsunya tidak mudah bangkit.
"Ternyata mata saja itu sudah hrhrrhrhrhrhrh jadi gimana ini," keluh Sudjiwo Tedjo.
"Apa mata harus ditutup," ujar Karni Ilyas sambil tertawa.
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Mariah Gipty)