Kabinet Jokowi
Singgung soal Kasus Penusukan Wiranto, Rocky Gerung: Orang yang Berpotensi Stres, Berpotensi Radikal
Pengamat Politik Rocky Gerung memberikan komentarnya terkait isu radikalisme yang kini ramai diperbincangkan.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Rekarinta Vintoko
Ia juga menyinggung tentang cap radikal terhadap Prabowo.
"Yang orang menganggap dulu yang disebut radikal justru Prabowo yang memanfaatkan 212, kalau begitu ngapain undang Prabowo masuk?," kata Rocky.
"Sampai sekarang saya enggak ngerti apa yang dimaksud radikal."
Menurut Rocky, radikalisme dapat diartikan sebagai gerakan bawah tanah yantg dilakukan secara alami.
"Kalau disebut itu gerakan di bawah tanah itu malah paling betul," ucap Rocky.
Lantas, Rocky menyebut radikalisme bukan lah tindakan kriminal.
"Gerakan radikal adalah gerakan di bawah tanah, karena kata radikal artinya radiks artinya akar, akar selalu ada di bawah tanah, jadi dia kriminal? Bukan," ujar Rocky.
"Akar itu ada di bawah tanah justru natural, kalau akar ada di atas pohon itu kriminal."
Terkait isu radikal, Rocky menyinggung soal penusukan terhadap Wiranto.
"Dulu dianggap radikal kan, karena itu dikasih stigma, stempel, akhirnya (pelakunya) diangap sebagai orang gila, orang stres, makanya kasusnya ditutup sekarang," kata Rocky.
"Akhirnya (pelakunya) diolok-olok."
• Prabowo Subianto Terima Kunjungan 3 Duta Besar Sekaligus, Termasuk Korsel: Lihat Foto-foto Berikut
• Soroti Anggaran Kemenhan, Pandji Pragiwaksono Sebut Ucapan Prabowo di Pilpres 2019: Hih Bocor-bocor
Ia menambahkan, banyak asumsi yang menilai orang radikal merupakan orang stres.
"Semua orang yang berpotensi stres, berpotensi radikal," ujar Rocky.
Rocky lantas menghubungkan hal itu dengan menyinggung nama Jokowi.
"Yang paling stres sekarang adalah presiden, dia stres karena dia enggak bisa mengendalikan lagi manuver awal hari pertama dari menteri-menterinya," kata Rocky.