Kabinet Jokowi
Bahas Kabinet, Karni Ilyas Singgung Politisi PDIP hingga Disambut Tepuk Tangan: Harusnya Aku di Sana
Pembawa acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Karni Ilyas sempat menyinggung politisi PDIP, Kapitra Ampera.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Pembawa acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Karni Ilyas sempat menyinggung politisi PDIP, Kapitra Ampera.
Hal itu terjadi saat Karni Ilyas memberikan pengantar acara ILC yang membahas Kabinet Indonesia Maju, Selasa (28/10/2019).
"Malam ini kita akan menampilkan episode Kabinet Indonesia Maju: Yang Menangis dan dan Yang Tertawa," ujar Karni Iltyas dikutip TribunWow.com dari channel YouTube Indonesia Lawyers Club.
• Karni Ilyas Bandingkan Kabinet Jokowi dengan Era PNI, PKI, dan Masyumi, Ibaratkan Seperti Ini
Lantas, Karni Ilyas menyapa bintang tamu Ichsan Tarore yang menyajikan lagu berjudul 'Harusnya Aku yang Di Sana'.
Tampaknya lagi itu sengaja dibawakan untuk menggambarkan situasi politik setelah pemilihan menteri Kabinet Jokowi periode 2019-2024 di Istana Merdeka, Rabu (23/10/2019).
"Applause dulu untuk Ichsan Tarore, 'Harusnya Aku yang Di Sana'. 'Harusnya Kau Plih Aku dan Bukan Dia'," ucap Karni Ilyas.
Namun, Karni Ilyas justu melontarkan candaan bahwa lagu itu cocok bagi Politisi PDIP yang hadir di ILC, Kapitra Ampera.
"Kayaknya ini lagu paling cocok dibawakan oleh Pak Kapitra," katanya.
Mendengar itu, para hadirin tertawa bahkan bertepuk tangan.
Sedangkan, Kapitra Ampera sendiri tertawa mendengar candaan Karni Ilyas.
Kemudian, Karni Ilyas mengungkapkan, susunan Kabinet Jokowi sekarang mengingatkannya pada era 1950-1959.
• Prabowo Subianto Justru Jadi Menteri Jokowi, Amien Rais Beri Reaksinya: Kalau Saya Bapaknya Prabowo
Pada era tersebut, orang-orang yang ditawari oleh presiden jabatan menteri banyak yang justru menolaknya.
Mereka tidak bersedia menjadi menteri dengan berbagai alasannnya.
"Ada suatu fenomena yang menarik bagi saya pada waktu era 1950-an mungkin sampai 59 adalah suatu yang biasa kalau orang, kalau presiden atau perdana menteri mengumumkan susunan kabinet ada beberapa orang yang dipilih menyatakan dia tidak sanggup atau tidak bersedia," jelas Karni Ilyas.
Banyak pertimbangan seseorang menolak jabatan strategis dari presiden.
Misalnya, beda pemahaman hingga beda pilihan politiknya.
"Berbagai alasan, ada karena dia merasa tidak mampu menjalankan tugas yang diberikan itu, ada juga yang merasa se-ideologi atau perdana menteri yang memutuskan adalah lawan politiknya," jelas Karni Ilyas.
Misalnya, ketika tokoh PNI (Partai Nasional Indonesia) yang menjadi presiden, maka tidak akan ada orang dari Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang bersedia menjadi menteri.
Pasalnya, dua golongan itu berbeda ideologi.
"Tidaklah mungkin waktu itu bahwa perdana menterinya dari PNI, orang Masyumi atau bukan tidak mungkin orang Masyumi yang akan ditunjuk yang menyatakan tidak bersedia," lanjut Karni Ilyas.
• Sri Mulyani Tergugah saat Nadiem Makarim Jadi Menteri, Peringatkan Jajarannya: Atau Kamu Punah
Hal itu berlaku sebaliknya, jika orang Masyumi yang menjadi presiden.
Maka orang PNI maupun PKI (Partai Komunis Indonesia) akan menolak jabatan kabinet presiden
"Begitu juga sebaliknya ketika perdana menterinya dari Masyumi, akan banyak calon-calon menteri atau yang diumumkan dari PNI atau PKI yang menolak untuk duduk," ucap Karni Ilyas.
Sehingga menurut presenter yang merupakan jurnalis senior itu merasa bahwa aktivitas politik pada zaman itu sangat berbeda dengan zaman sekarang.
Menurutnya, kini semua orang mau dan merasa mampu menjadi menteri presiden.
Sebagaimana diketahui, Partai Gerindra merupakan lawan politik Jokowi sejak 2014 kini justru bergabung dalam pemerintahan.
Bahkan, Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto yang merupakan rival Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 menjadi Menteri Pertahanan.
Demi memberikan penekanan aktivitas politik yang sudah berubah, Karni Ilyas mengibaratkan seperti musim yang selalu berganti.
"Tapi musim sudah berganti, angin sudah berubah, pada masa sekarang seolah-olah semua yang ditunjuk itu semua bergembira, dan semuanya merasa mampu untuk jabatan itu," ujar Karni Ilyas.
• ICW Bongkar 4 Menteri yang Diduga Terlibat Skandal Penggelapan Harta Panama Papers, Termasuk Prabowo
Bahkan, orang atau kelompok yang tidak dipilih akan kecewa.
Apalagi Presiden Jokowi pernah mengungkapkan ada 300 kandidat menteri.
"Bahkan, yang tidak dipilih itu bahwa akan kecewa. Presiden sendiri mengatakan 300 calon yang dipilihnya hanya 34," ungkap dia.
Sehingga presiden dinilai sudah pasti akan mengecawakan beberapa pihak.
Pasalnya, presiden tidak dilahirkan untuk dapat memuaskan semua pihak
"Artinya di luar 34 itu pastilah kecewa, ya memang presiden bukan dilahirkan untuk memuaskan semua orang, tidak munkin seorang manusia bisa memuaskan semua orang," katanya.
Lihat videonya sejak menit awal:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)