Terkini Internasional
Pimpinan ISIS Abu Bakar al-Baghadadi Tewas, Trump: Dia Merintih, Menangis, Menjerit Sepanjang Waktu
Abu Bakar al-Baghdadi, tewas dalam operasi militer yang dilakukan oleh pasukan khusus Amerika Serikat.
Editor: Lailatun Niqmah
Ali Fauzi, Direktur Yayasan Lingkar Perdamaian, yang terlibat dalam program deradikalisasi bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mengatakan yakin bahwa kematian Abu Bakar al-Baghdadi bukanlah akhir dari ISIS.
"Pergerakan ini bukan pergerakan individu, ini pergerakan organisasi. Slogan-slogan mereka itu gugur satu tumbuh seribu," ujarnya.
Ali memperkirakan dalam bahwa waktu dekat kelompok militan tersebut akan mengumumkan siapa pengganti al-Baghdadi.
Ali juga mengkhawatirkan bahwa kematian al-Baghdadi akan menginspirasi para pendukungnya di berbagai belahan dunia untuk melancarkan aksi seperti yang dilakukan pemimpin mereka di Idlib, Suriah dengan meledakkan bom rompi.
Khusus di Indonesia, para tersangka teroris yang saat ini ada dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Densus 88 bisa jadi semakin nekat.
"Bisa jadi pengikutnya yang ada di mana-mana itu melakukan aksi bom rompi juga karena mengikut pimpinannya," kata Ali kepada wartawan BBC News Indonesia, Pijar Anugerah.
Tetapi menurut pengamat terorisme Al Chaidar, kematian al-Baghdadi akan sangat berpengaruh pada para pengikutnya yang ada di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Pasalnya, setiap orang yang ingin menjadi bagian dari ISIS melakukan baiat secara personal kepada al-Baghdadi.
"Nah seandainya Abu Bakar al-Baghdadi ini sudah tewas maka mereka tak bisa lagi melakukan baiat itu. Dan baiat itu harus diubah sampai ada pemimpin baru yang ditunjuk, dan untuk menunjuk pemimpin baru itu tidak mudah," kata Al Chaidar.
Al Chaidar memperkirakan akan ada pemimpin-pemimpin faksi yang masing-masing mengklaim dirinya berhak untuk menjadi penerus Abu Bakar al-Baghdadi.
Dosen di Universitas Malikussaleh itu menambahkan, faksi ISIS yang paling kuat untuk meneruskan kepemimpinan al-Baghdadi ada di Mindanao, Filipina selatan.
Itu berarti ada potensi kebangkitan ISIS di Asia Tenggara, meski dalam keadaan terseok-seok.
Khusus di Indonesia, Al Chaidar menduga jumlah pendukung ISIS bakal turun drastis, sebagian beralih ke kelompok jihad lain - tapi ini agak sulit.
"Karena mereka sudah gontok-gontokan dengan pengikut al-Qaida. Mereka sudah saling mengkafir-kafirkan di antara mereka sendiri.
"Posisinya kelompok-kelompok ini, kalau dikejar oleh pemerintah maka tidak ada lagi kelompok-kelompok jihadis yang akan membela mereka."