Terkini Nasional
Dengar Jawaban Pegiat Media Sosial yang Dituduh jadi Buzzer Istana, Politisi Gerindra Tertawa
Juru Bicara Partai Gerindra Kawendra Lukistian tampak tertawa ketika pegiat media sosial Eko Kuntadhi menjawab tuduhan soal menjadi buzzer Istana.
Penulis: Laila N
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Partai Gerindra Kawendra Lukistian tampak tertawa ketika pegiat media sosial Eko Kuntadhi menjawab tuduhan soal menjadi buzzer Istana (pemerintah).
Dilansir oleh TribunWow.com, hal tersebut tampak dalam tayangan YouTube Talk Show tvOne, Senin (7/10/2019).
Awalnya, pembawa acara kemudian menanyakan soal rumor yang menyebut bahwa Eko adalah buzzer Istana.

• Eko Kuntadhi Blak-blakan Ungkap Fenomena Buzzer Politik Bagian dari Bisnis, Lihat Hasil Riset Oxford
• 5 Poin Kuasa Hukum 02 soal Polisi dan BIN Tak Netral, singgung Tim Buzzer hingga Cuitan Karni Ilyas
Dengan tegas, Eko membantah hal itu.
"Ya enggak lah, saya buzzer diri saya sendiri," jawabnya.
"Artinya begini, kalau saya, opini saya beberapa opini saya mendukung pemerintah, karena memang opini saya saya tulis sendiri, berdasarkan kajian saya sendiri," imbuhnya.
"Pesanan?," sahut Kawendra sembari tertawa terbahak-bahak.
"Enggak ada pesanan," jawab Eko.
Ia juga menyebut telah berkali-kali mengkritik pemerintahan.
"Sebagai masyarakat yang menikmati keriuhan ini, saya pengin menikmati suasana demokrasi ini dengan sehat," ujar Eko.
"Saya menulis opini saya, orang bisa langsung menanggapi dan kita bisa langsung berdiskusi di media-media sosial."
Pembawa acara lantas menanyakan tuduhan yang menyebut Eko mengelola grup WhatsApp buzzer Istana.
"Kalau grup WhatsApp enggak juga mengelola, saya juga punya grup WhatsApp beberapa," terang Eko.
"Ada grup WhatsApp pendukung Pak Jokowi, ada grup WhatsApp teman-teman SMA, ada grup WhatsApp teman-teman kuliah, biasa saja," tambahnya.
• Bantah Tuduhan Andi Arief soal Buzzer, Andre Rosiade: Sampaikan Langsung, Tidak Cuit di Media Sosial
"Jadi apa yang Mas Eko Kuntadhi tuangkan di setiap cuitannya di Twitter dan media sosial lainnya, yang dibaca oleh masyarakat, itu buah pikirannya sendiri? Bukan pesanan?," tanya pembawa acara.
"Oh ya buah pikiran saya sendiri, opini sendiri, dan saya bisa mempertanggungjawabkan opini itu," jawab Eko.
Menanggapi hal itu, Kawendra lantas menyinggung pertemuannya dengan Eko.
"Saya ketemu lagi dengan Mas Eko Kuntadhi, yang katanya ajudannya 'Kakak Pembina'," ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak, diikuti yang lain.
"Mudah-mudahan penelitian Oxford salah, dan tidak ada dana yang mengalir ke Mas Eko ya."
"Di Gerindra, saya sudah jelaskan beberapa kali, kita 'miris' kalau mendengar kata buzzer."
"Karena seperti tadi yang Mas Eko katakan, bahwa buzzer itu enggak paham apa yang dia posting, apa yang direshare."
"Naikkan dong levelnya jadi influencer atau bahkan ambassador, jadi dia paham konteks yang akan dia posting, jadi dia mengerti, tidak asal," ungkapnya.
Kawendra kemudian menjelaskan bahwa ketika Pilpres 2019, pihaknya sama sekali tidak menggunakan istilah buzzer atau memakai mereka.
• Blak-blakan, Arief Poyuono Tak Bantah Gerindra Minta 3 Jatah Kursi Menteri Jokowi: Ya Iya dong
"Kita mengenal dengan istilah 'social media fighter', relawan kami berjuang dengan ikhlas membantu gagasan kami tanpa ada yang memberikan kontribusi kepada mereka."
Ia juga menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki uang untuk membayar buzzer.
"Boro-boro membayar buzzer, untuk kampanye saja kemarin kita terbatas," katanya.
Sementara itu, berikut data hasil riset Oxford pada tahun 2018 dan dipublish tahun 2019 yang sempat disinggung oleh Kawendra.
Data Hasil Riset Oxord
Media sosial yang paling banyak digunakan buzzer:
Jenis akun media sosial:
- Akun Manusia
- Akun Bot
Strategi Buzzer:
- Menyebarkan informasi yang menyesatkan (disinformasi)
- Memperkuat pesan dengan membanjiri media sosial dengan tagar (hastag) supaya menjadi topik populer (trending topic)
Pengguna Buzzer:
- Politikus
- Partai Politik
- Kontraktor swasta
Profil Buzzer di Indonesia:
- Bekerja secara temporer
- Multiple contract
- Bayaran Rp 1-50 juta
- Kapasitas rendah (tim kecil dan aktif pada momen tertentu)
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini mulai menit ke-4.00:
Tanggapan Istana Negara
Tenaga Ahli Utama Kantor Sekertariat Presiden, Ali Mochtar Ngabalin buka suara terkait tudingan Istana memakai buzzer.
Dikutip dari tayangan KompasTV, Jumat (4/10/2019), Ali Ngabalin menyebut justru pemerintah yang menjadi korban buzzer.
Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak mungkin bisa mengoordinisir buzzer politik di media sosial.
"Buzzer politik itu yang paling banyak difitnah pemerintah," kata Ali Ngabalin.
"Yang lebih banyak terpojok dan di-bully itu adalah pemerintah."
"Jadi jangan juga memutar balikkan fakta, tidak ada satu kekutan di dunia politik manapun yang tidak menggunakan media sosial," ungkapnya.
Ali Ngabalin menegaskan, apabila ada orang yang mendukung pemerintah, tidak mungkin pemerintah mengorganisir mereka.
"Tidak mungkin, bagaimana bisa itu lembaga negara, lembaga pemerintah, bagaimana bisa meng-organize lembaga-lembaga yang di luar pemerintah," ucap Ali Ngabalin.
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini:
(TribunWow.com/Lailatun Niqmah)