Terkini Daerah
Fakta Siswa SMP Tewas seusai Dihukum Guru, Disuruh Berdiri di Panas Lalu Lari hingga Dibawa ke 3 RS
Siswa SMP ini terlambat datang ke sekolah, Selasa (1/10/2019) pagi, ia lalu diberi ganjaran oleh oknum guru untuk berlari memutari lapangan sekolah.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Baru-baru ini warga Kota Tinutuan digegerkan dengan kematian seorang siswa SMP.
Hal itu gegera diketahui, siswa tersebut meninggal seusia menerima hukuman dari gurunya, Selasa (1/10/2019).
Siswa itu adalah Fanly Lahingide.
• Siswa SMP Meninggal setelah Lari Keliling Lapangan, Kepsek: Bukan Hanya Dia yang Diberi Sanksi
Fanly Lahingide adalah siswa SMP Kristen 46 Mapanget Barat.
Fanly Lahingide adalah Warga Perumahan Tamara, Kelurahan Mapanget Barat, Lingkungan VIII, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulut.
Ia meninggal dunia setelah dirinya diberi ganjaran lari memutari lapangan sekolah oleh oknum guru.
Diketahui sebelumnya, siswa SMP ini terlambat datang ke sekolah, Selasa (1/10/2019) pagi, selanjutnya diberi ganjaran oleh oknum guru untuk berlari memutari lapangan sekolah.
Berikut ini 7 fakta Fanly Lahingide, siswa SMP yang tewas setelah dihukum gurunya.
1. Datang Terlambat
Diketahui Fanly Lahingide terlambat datang ke sekolah.
Belum diketahui pasti apa alasan Fanly Lahingide terlambat datang ke sekolah.
Apakah ia terlambat karena telat bangun, atau karena alasana lain.
Namun, Fanly Lahingide pada Selasa pagi itu berbaris bersama dengan temen-teman lainnya.
Ya bukan cuman Fanly Lahingide yang terlambat pada Selasa kemarin, tapi ada juga teman-temannya.
Sebagai ganjaran, Fanly Lahingide pun mendapat hukuman dari gurunya CS (58).
2. Disuruh Berdiri di Panas
Salah satu rekan korban bernama Betran (14), warga Kelurahan Mapanget Barat, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara, dalam pengakuannya menceritakan kronologis kejadian saat korban dan dirinya serta beberapa teman mereka dihukum.
"Jadi waktu itu kami terlambat ke sekolah, dan dipanggil nama-nama kami oleh Mem," ujrnya.
Lanjutnya, setelah itu, dia dan korban serta beberapa temannya yang dipanggil disuruh berdiri di lapangan.
"Sekitar 15 menit disuruh berdiri, Fanly mengatakan bahwa dirinya sudah rasa pusing," ucapnya.
Sementara kata ayahnya, Joni Lahingide membeber jika anaknya disuruh berdiri di panas.
"Menurut beberapa temannya, Fanly diberi ganjaran karena terlambat ke sekolah, sehingga disuruh berdiri di panas (di bawah terik sinar matahari)," bebernya.
• BREAKING NEWS - Siswa SMP di Manado Meninggal Dunia setelah Dihukum Lari Keliling Lapangan oleh Guru
3. Disuruh Lari 20 Kali Kelilingi Lapangan Sekolah
Masih kata Betran, setelah disuruh berdiri, mereka kemudian di suruh lari mengelilingi lapangan sekolah.
mengatakan bahwa Fanly adalah orang pendiam di sekolah.
"Jadi waktu itu kami terlambat ke sekolah, dan dipanggil nama-nama kami oleh Mem," ujrnya.
Lanjutnya, setelah itu, dia dan korban serta beberapa temannya yang dipanggil disuruh berdiri di lapangan.
"Sekitar 15 menit disuruh berdiri, Fanly mengatakan bahwa dirinya sudah rasa pusing," ucapnya.
Tambahnya, tidak lama kemudian oknum guru berinisial CS (58) menyuruh kami untuk berlari memutari lapangan sebanyak 20 kali.
4. Sudah Ngeluh Pusing dan Jatuh Diputaran ke-4
Sayangnya, ketika korban mengikuti perintah dari oknum guru tersebut, korban pingsan dan jatuh di halaman sekolah.
"Saya tidak mengatakan kepada Mem kalau korban sudah mengeluh pusing," bebernya.
Katanya juga, ketika diputaran ke empat, korban jatuh pingsan dan wajanya terbentur di tanah.
"Kami langsung berhenti berlari dan mengatakan kepada Mem bahwa Fanly sudah pingsan," ucapnya.
5. Dibawa di 3 Rumah Sakit
Belum sampai 20 putaran Fanli langsung jatuh ke tanah.
Ia kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit.
Awalnya di bawa di Rumah Sakit Auri, dan dari RS Auri korban dirujuk ke RSUP Kandou Manado, namun sayangnya nyawa korban tidak bisa tertolong.
Selanjutnya jasadnya di bawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan autopsi.
6. Sempat Diantar Ayahnya ke Sekolah
Joni Lahingide langsung syok kala mendengar kabar soal anakanya.
Padahal sebelum kejadia, ia yang mengantar anakanya ke sekolah.
"Padahal saya baru mengantarnya tadi pagi di sekolah dengan menggunakan sepeda motor," ujar Joni ke awak media saat dijumpai di rumah sakit Bhayangkara Karombasan, Selasa (01/10/2019) tadi.
Dijelaskannya, sekitar pukul 06.50 Wita, dia mengantar korban ke sekolah, setelah itu dia pergi ke rumah.
"Saya baru mau makan, baru mengambil makanan, tiba-tiba teman dari Fanly datang ke rumah dan mengatakan bahwa Fanly mengalami kecelakaan di sekolah dan sudah dibawa ke Rumah Sakit Auri," katanya.
Lanjutnya, belum sempat makan, dirinya langsung ke Rumah Sakit Auri untuk melihat anaknya.
"Saat di Rumah Sakit Auri, Fanly sudah tidak merespons panggilan saya, selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Malalayang, namun anak saya sudah meninggal di perjalanan menuju rumah sakit," jelasnya.
Dikatakannya juga, setelah dicek, anaknya bukan kecelakaan.
Ternyata pingsan di sekolah karena disuruh lari memutari lapangan sekolah.
"Menurut beberapa temannya, Fanly diberi ganjaran karena terlambat ke sekolah, sehingga disuruh berdiri di panas (di bawah terik sinar matahari)," bebernya.
Tambahnya, karena sudah panas anaknya sempat mengeluh kepada guru yang memberi dia pengajaran, namun korban bersama beberapa temannya yang ikut terlambat disuruh lari memutari halaman sekolah.
"Saya mendapat informasi, saat lari diputaran ke empat, anak saya pingsan dan jatuh ke tanah dan langsung dibawa ke rumah sakit oleh mereka," katanya.
Lanjutnya, sebagai orang tua korban, mereka keberatan dengan perbuatan oknum guru berinisial CS (58) terhadap anak mereka.
"Akan di auotopsi dan kami akan proses lanjut kasus ini, karena anak kami tidak pernah sakit, apalagi masuk rumah sakit tidak pernah, jadi anak kami ini tidak ada riwayat sakit, namun prilaku oknum guru ini patut diproses hukum," tegas ayah korban.
Katanya juga, keseharian korban di rumah kalau pulang sekolah dia bermain dengan teman-temannya.
"Hanya pagi hari anak saya ini menimba air untuk dia pakai mandi. Dia anak ke dua dari dua kakak beradik," ungkap Joni sambil meneteskan air mata.
Ayah korban dibawa oleh Kapolsek Mapanget AKP Muhlis Suhani, dengan menggunakan mobil untuk pergi membuat laporan resmi di Mapolsek Mapanget.
"Kalau kasus ini akan diproses lanjut, kami siap menerima laporan dari keluarga korban," tegas Kapolsek.
Dikatakannya juga, tentunya dirinya turut berduka cita atas meninggalnya siswa SMP ini.
"Jenazah korban sementara dilakukan autopsi di rumah sakit Bhayangkara Karombasan," ujar Kapolsek yang dikenal cepat merespons laporan dari masyarakat ini.
7. Penjelasan Kepala SMP Kristen 46
Kepala SMP Kristen 46 Mapanget Barat Selmi Ramber Spd memberikan penjelasan atas meninggalnya siswa bernama Fanly Lahingide (14) Warga Perumahan Tamara, Kelurahan Mapanget Barat, Lingkungan VIII, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Seperti diberitakan Fanly Lahingade meninggal setelah mendapat ganjaran lari memutari lapangsan sekolah.
"Setiap siswa ketika terlambat ada sanksi. Jadi pada pagi tadi Fanly terlambat ke sekolah, dan diberi sanksi oleh oknum guru," ujar Kepala Sekolah kepada tribunmanado.co.id, Selasa (1/10/2019) tadi saat ditemui di RSUP Kandou Manado.
Lanjutnya, namun belum satu putaran, siswa ini sudah jatuh dan dibawa ke rumah sakit.
"Bukan hanya Fanly sendiri yang diberi sanksi, ada beberapa siswa lain juga yang diberi sanksi oleh oknum guru karena terlambat datang ke sekolah," jelas Ramber.
Diketahui, Fanly meninggal dunia dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, setelah dirinya berlari memutari lapangan sekolah yang kurang lebih besarnya sekitar 15x8 meter.
Jenazah korban sempat dibawa ke ruang pemulasaran RSUP Kandou Manado, setelah itu dibawa ke ruang jenazah rumah sakit Bhayangkara untuk di autopsi.
Kapolsek Mapanget AKP Muhlis Suhani, kepada tribunma ado.co.id mengatakan, jadi peristiwa ini terjadi Selasa (1/10/2019) pagi tadi, di halaman SMP Kristen 46 Mapanget Barat.
"Saya mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada kasus di Mapanget Barat. Saat saya ke lokasi yang dimaksud, benar ada siswa yang meninggal dunia setelah diberi ganjaran oleh oknum guru," jelas Kapolsek.
Lanjutnya, orang tua korban sudah membuat laporan di Mapolsek, dan jenazah korban sendiri akan dilakukan otopsi di rumah sakit Bhayangkara Karombasan, Kota Manado, Sulut.
"Untuk oknum guru yang memberikan ganjaran kepada korban saat ini lagi drop di rumah sakit," kata Kapolsek.
Tambahnya, jadi anggotanya sudah menemui oknum guru perempuan berinisial CS (58) di Rumah Sakit Auri.
"Oknum guru diduga syok dan saat ini masih dirawat di rumah sakit, belum bisa diambil keterangan," ucap Kapolsek.
Itulah 7 fakta tewasnya siswa SMP setelah diberi ganjaran oleh gurunya.
Tribunmanado.co.id mengucapkan turut berduka cita yang sedalamnya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran. (Tribunmanado.co.id/Indri Fransiska Panoigoro/Juf)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul 7 Fakta Siswa SMP Tewas Setelah Dihukum Gurunya, Disuruh Berdiri di Panas hingga Harus Lari 20 Kali