Terkini Daerah
Sebelum Meninggal, Satia Bocah Obesitas Asal Karawang Sempat Mengeluh Sakit: Pak, Saya Enggak Kuat
Satia Putra, bocah obesitas asal Karawang meninggal dunia. Sehari bisa makan 6-7 per hari dengan camilan ayam tepung hingga bakso.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Satia Putra, bocah obesitas dengan berat badan 110 kilogram asal Karawang, Jawa Barat, meninggal dunia pada Sabtu (28/9/2019).
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Minggu (29/9/2019), sebelum meninggal dunia, Satia Putra sempat mengeluhkan sakit pada sang ayah.
Satia Putra juga sempat dirawat di puskesmas lantaran mengalami batuk dan sesak napas.
Hal tersebut diungkapkan oleh Sarli (60), ayah Satia, dengan raut wajah sedih duduk di samping sang istri, Komariah (40), di rumahnya Jalan Raya Tanjungbaru, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang.

• Bocah 5 Tahun Diperkosa Kakak dan Dibunuh Ibu Angkat, Ayah dan Ibu Kandung Minta Pelaku Dihukum Mati
Dengan terbata, Sarli menceritakan putranya yang dibawa ke puskesmas lalu oleh dokter disarankan dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Sarli langsung bergegas meminjam becak motor (cator) milik kepala desa setempat.
Ketika becak tengah dibersihkan, ternyata Satia sudah menghembuskan napas terakhir.
"Saya pinjam cator ke Pak Lurah (kades). Baru beres-beres, catornya dibersihin, sudah enggak ada (meninggal) sekitar jam sembilan malam," katanya, Minggu (29/9/2019).
Sarli mengenang kala putranya sempat mengeluh tidak kuat karena sakit.
"Pak, saya enggak kuat, soalnya sakit banget," ujar Sarli menirukan ucapan Satia.
Padahal pada Sabtu siang, sekitar pukul 12.00 WIB, Satia masih bermain dan memboncengnya naik motor.
• Bocah 5 Tahun Diperkosa Kakak dan Dibunuh Ibu Angkat, 2 Tahun Berpisah dan Dicari oleh Ibu Kandung
Sarli juga sudah memperingatkannya untuk tak banyak bermain dan beristirahat namun bocah tersebut masih ingin bermain.
"Sekali lagi pah," ucap Sarli meniru perkataan Satia yang masih ingin bermain.
Lalu Sarli memboncengkan Satia pulang ke rumah dan putranya itu sempat merengek untuk membeli mainan.
"Dia bilang 'Pah, beli mainan yuk'," kata Sarli.