Breaking News:

Demo Tolak RKUHP dan RUU KPK

Lihat Mahasiswa Diperiksa secara Tak Etis di Kantor Polisi, Ananda Badudu: Mereka Butuh Pertolongan

Musisi Ananda Badudu mengatakan banyak mahasiswa aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI diperiksa dengan cara yang tidak etis oleh polisi.

Penulis: Desi Intan Sari
Editor: Lailatun Niqmah
Bidik layar Instagram Banda Neira
Musisi Ananda Badudu. 

TRIBUNWOW.COM - Musisi Ananda Badudu mengatakan banyak mahasiswa aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI diperiksa dengan cara yang tidak etis oleh polisi.

Dilansir oleh TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (27/9/2019), Ananda menuturkan hal itu setelah dirinya selesai diperiksa oleh penyidik Polda Metro Jaya.

Ananda selesai diperiksa oleh penyidik dari pihak kepolisian sebagi saksi aliran dana kepada massa aksi demo dari kalangan mahasiswa pada Jumat (27/9/2019) pukul 10.17 WIB.

Diketahui bahwa Ananda sendiri ditangkap oleh petugas kepolisian pada Jumat sekitar pukul 04.00 WIB.

"Di dalam saya lihat banyak sekali mahasiswa yang diproses tanpa pendampingan," ungkap Ananda di Polda Metro Jaya pada Jumat.

"Diproses dengan cara-cara tidak etis. Mereka butuh pertolongan lebih dari saya," sambungnya.

Sama-sama Ditangkap Polisi lalu Dilepaskan, Ini Beda Nasib antara Dandhy Laksono dan Ananda Badudu

Ananda menambahkan bahwa pembebasannya adalah bentuk dari jaminan hukum yang hanya bisa dirasakan oleh sedikt orang.

"Saya salah satu orang yang beruntung punya privilege untuk bisa segera dibebaskan," jelas Ananda.

Diketahui bahwa Ananda adalah pencetus penggalangan dana untuk aksi unjuk rasa dari kalangan mahasiswa yang digelar di depan Gedung DPR RI pada 24-25 September.

Ananda yang juga mantan wartawan Tempo itu melakukan penggalangan dana lewat situs crowdfunding, Kitabisa.com.

Mantan personel grup duo Banda Neira itu diketahui mentransfer uang senilai Rp 10 juta kepada mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa.

Banyak masyarakat yang mengetahui penangkapan Ananda lantaran ia sempat memposting informasi penangkapannya melalui Twitter pada Jumat (26/9/2019).

"Saya dijemput Polda karena mentransfer sejumlah dana pada mahasiswa," tulis Ananda di akun Twitternya, @anandabadudu.

Melalui website KitaBisa.com pada Rabu (27/9/2019) pukul 13.55 WIB telah terkumpul donasi sebesar Rp 175.696.688.

Donasi yang terkumpul itu telah melebihi target yang ditetapkan sebelumnya yakni sebesar Rp 50.000.000.

Dari website KitaBisa.com diketahui bahwa penggalangan dana tersebut sudah ditutup. 

 Tiga Mahasiswa UIN Jakarta Dikabarkan Hilang setelah Ikut Demo di DPR, Ini Update Terbarunya

Berdasarkan narasi yang ditulis oleh Ananda, ia menyebutkan donasi itu akan digunakan untuk membeli makanan, minuman dan sound system mobile (mobil/gerobak komando).

Ananda juga menulis bahwa dirinya sama dengan kebanyakan orang yang kerap bersedih, saat melihat Indonesia sedang berada di situasi yang tidak mengenakkan.

Ia mengatakan dalam dua minggu terakhir banyak hal yang telah terjadi di Indonesia.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hendak dilemahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan presiden.

Padahal diketahui masalah kerusuhan di Papua belum selesai.

"Petani terancam oleh rancangan UU yang berpihak pada pemodal," tulis Ananda.

"Sistem kerja baru yang tercantum dalam RUU Ketenagakerjaan membuat buruh dan pekerja semakin rentan dieksploitasi."

 Ketua BEM UI Tak Bisa Bantah saat Yasonna Laoly Klaim Punya Bukti Fakta Lain Demo Mahasiswa di DPR

Ia mengungkapkan berita yang disiarkan di televisi membuat hatinya semakin tidak karuan dan merasa sedih lantaran tidak bisa ikut membantu secara langsung agar situasi di tanah air semakin baik.

"Saya hanya seorang warga biasa yang tak berbeda dengan jutaan warga Indonesia lainnya," ungkap Ananda.

"Tak punya jabatan. Tak punya koneksi pada pembuat keputusan di pemerintahan," sambungnya.

Maka dari itu lewat narasi yang ditulis di Kitabisa.com Ananda mengajak masyarakat Indonesia untuk membantu para mahasiswa yang terlibat dalam aksi unjuk rasa.

"Lewat surat ini saya sekaligus mengajak kamu yang merasa tuntutan mahasiswa sejalan dengan aspirasi pribadimu untuk turut membantu teman-teman mahasiswa,"  tulis Ananda.

Diketahui bahwa massa yang menggelar aksi unjuk rasa telah sepakat untuk mengajukan lima tuntutan, dikutip dari Kompas.com.

1. Mendesak adanya penundaan untuk melakukan pembahasan ulang terhadap pasal-pasal yang bermasalah dalam RKUHP.

2. Mendesak pemerintah dan DPR untuk merivisi UU KPK yang baru saja disahkan dan menolak segala bentuk pelemahan terhadap upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

3. Menuntut negara untuk mengusut dan mengadili elite-elite yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan di beberapa wilayah di Indonesia.

 Di ILC, Ketua BEM UGM Ungkap Aksi Demo Mahasiswa Tidak Ditunggangi, tapi Gelisah dengan Kerja DPR

4. Menolak pasal-pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan yang tidak berpihak kepada pekerja.

5. Menolak pasal-pasal problematis dalam RUU Pertanahan yang merupakan bentuk pengkhianatan terhadap semangat reforma agraria. Poin-poin dalam RUU Pertanahan dianggap merugikan masyarakat

Ananda juga menuliskan bahwa demo yang dilakukan oleh para mahasiswa itu bukan untuk menggulingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari kursi kepresidenannya.

Namun mereka menuntut agar Jokowi memenuhi janji-janjinya yang pernah diucapkan untuk kemajuan Indonesia.

Di akhir narasi Ananda mengatakan bahwa dirinya bertanggung jawab atas pengelolaan dan penggunaan dana tersebut.

"Saya berjanji akan mencatat dan melaporkan semua dana yang digunakan, dan akan menyiarkan laporan itu secara transparan," tulis Ananda.

"Lewat akun medsos pribadi saya Twitter: @anandabadudu dan Instagram @anandabadudu."

 (TribunWow.com/Desi Intan)

Tags:
Fahri HamzahPresiden Joko Widodo (Jokowi)TwitterKomisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved