Bencana Kabut Asap Karhutla
Hari Kedua Tinjau Karhutla, Jokowi Ikut Salat Istisqa Minta Turun Hujan di Riau
Hari kedua tinjau kebakaran dan kabut asap di Riau, Jokowi ikut salat Istisqa minta turun hujan dengan Wiranto hingga Tito Karnavian.
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengikuti salat Istisqa atau salat minta turun hujan pada kunjungan hari kedua untuk meninjau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau, Selasa (17/9/2019).
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Selasa (17/9/2019), Jokowi salat Istisqa di Masjid Amrullah Kompleks Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin, Kota Pekanbaru, Riau.
Imam dari salat Istisqa tersebut adalah Dr. Khairunnas Jamal, M.Ag, sedangkan khatib adalah Dr. H. M. Fakhri, M.A.

• Jokowi Minta Laporan Menteri soal Karhutla: Tak Perlu Banyak, yang Penting Tindakan di Lapangan
Setelah ceramah selesai, khatib memimpin doa memohon turun hujan agar kebakaran yang melanda Riau dan wilayah sekitarnya lekas padam.
Ia berharap hujan yang turun nantinya akan mendatangkan rahmat bagi masyarakat.
"Insyaallah hujan akan turun. Semoga dalam waktu yang singkat Allah turunkan hujan. Hujan yang menghilangkan kabut asap ini. Hujan yang mendatangkan rahmat," ucap khatib.
Selain Jokowi, salat Istisqa tersebut juga diikuti oleh Menkopolhukam Wiranto, Menpupera Basuki Hadimuljono, dan Mensos Agung Gumiwang.
Lalu Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian, Gubernur Riau Syamsuar, dan Kepala BNPB Doni Monardo.
Setelah salat Istisqa selesai, Jokowi meninjau lokasi di Kecamatan Bunur, Kabupaten Pelalawan serta Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.
• Datangi Riau, Jokowi Perintahkan Hujan Buatan Lebih Besar: Percuma Kalau Tanpa Dukungan Pemda
Jokowi Minta Tindakan Nyata
Dilansir TribunWow.com dari unggahan kanal YouTube Sekretariat Preisden, Selasa (17/9/2019), Jokowi menyebut dirinya tak butuh laporan yang banyak dari menteri, namun lebih butuh tindakan di lapangan untuk menyelesaikan bencana karhutla ini.
Dalam kunjungan rapat karhutla sejak Senin (16/9/2019) itu, Jokowi
sudah menyinggung soal jajaran pejabat pemerintahan atau perangkat daerah mulai dari gubernur hingga kapolda.
Jokowi menyebut masing-masing perangkat kurang bekerja maksimal sehingga tindakan pencegahan meluasnya titik api pun sulit dihindari.
Jokowi memerintahkan Kepala Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) untuk menurunkan hujan buatan seperti pekan lalu namun lebih besar.
Tak hanya memerintahkan penurunan hujan buatan, Jokowi juga sudah memerintahkan pasukan untuk turut membantu usaha pemadaman api karhutla.
• Rapat Karhutla di Riau, Jokowi Singgung Peran Gubernur hingga Kapolda: Tidak Diaktifkan dengan Baik
Lantaran kini status Riau sudah siaga darurat, Jokowi kembali mengimbau untuk melakukan usaha yang lebih maksimal agar kabut asap tak mengganggu aktivitas, terutama di bidang ekonomi.
Di akhir pidatonya, Jokowi meminta laporan menteri terkait penanganan kerhutla tersebut.
Lalu Jokowi sempat menyinggung bahwa seharusnya tak perlu dilakukan rapat lantaran karhutla sudah menjadi bencana tahunan yang harusnya bisa dilakukan tindakan pencegahan.
Tak adanya tindakan pencegahan karhutla di musim kemarau pun dianggap Jokowi sebagai sebuah kelalaian.
"Saya minta laporan singkat-singkat saja, karena kita tahu, setiap tahun kita sebetulnya sudah enggak perlu lagi yang namanya rapat seperti ini," kata Jokowi.
"Otomatis bahwa menjelang, yang namanya menjelang musim kemarau itu semuanya memang harus sudah siap, sebetulnya hanya itu saja, tapi ini kita lalai lagi sehingga asapnya menjadi membesar."
Saat meminta pendapat menteri, Jokowi langsung mengingatkan untuk tidak memberi laporan panjang lantaran yang lebih dibutuhkan adalah tindakan di lapangan.
"Silakan menko, pendek-pendek saja, saya kira saya tidak perlu banyak laporan, tapi tindakan di lapangan yang saya perlukan dan menyelesaikan masalah yang ada," ucapnya.
Berikut video lengkapnya (menit ke-5:58):
Kondisi Terakhir
Diberitakan Kompas.com, Selasa (17/9/2019), titik panas atau hotspot penyebab karhutla di Kalimantan Timur hingga Senin (16/9/2019) berjumlah 221 lokasi.
Hal tersebut berdasarkan pantauan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Samarinda.
Titik panas yang berpotensi memicu karhutla tersebar di Paser (50 titik), Bontang (5), Kukar (53), Berau (58), Mahakam Ulu (8), Kubar (12), Kutai Timur (26), dan Samarinda (8).
Pantauan itu menggunakan citra dari empat satelit yakni Aqua, Terra, SNPP, dan NOAA 22.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Samarinda, Sutrisno, menyebut titik panas itu bergerak fluktuatif pada cuaca yang panas.
Jarak pandang di Bandara APT Pranoto Samarinda hanya 200 meter pada Senin pagi.
Disebutkan penyebab umum kabut asap yang terjadi di Kalimantan Timur adalah berasal dari karhutla di beberapa daerah seperti Kutai Kertanegara, Penajam, hingga Berau.
• Saat Pemerintah Indonesia Dikritik Keras soal Asap Karhutla, Profesional Malaysia Tulis Surat Ini
Namun sebagian lainnya merupakan asap kiriman dari Kalimantan Tengah atau Kalimantan Barat.
Pasalnya, arah angin berhembus dari tenggara sampai barat daya sehingga mengarah ke Kalimantan Timur.
Kabut asap juga menyerbar ker beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Di Malaysia, lima kota sudah menunjukkan angka berbahaya sehingga sekolah diliburkan.
Sementara di Singapura, jika kondisi kabut asap terus memburuk.
Pelaksanaan kompetisi balap Formula 1 yang akan digelar pada Jumat hingga Minggu pekan depan pun terancam.
(TribunWow.com/Ifa Nabila)