Bencana Kabut Asap Karhutla
Saat Pemerintah Indonesia Dikritik Keras soal Asap Karhutla, Profesional Malaysia Tulis Surat Ini
Sekelompok profesional dari Malaysia mengatakan akan menggugat Indonesia atas asap dari kebarakan hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Sekelompok profesional Malaysia meminta agar Putrajaya menuntut pemerintah Indonesia untuk 1 Ringgit Malaysia atau Rp 3.352 atas asap dari kebarakan hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan.
Dikutip TribunWow.com dari freemalaysiatoday.com, Minggu (15/9/2019), kelompok profesional yang terdiri dari konsultan medis, pengacara, profesor, aktivis sosial, dan ekonom, menggugat asap karhutla.
Dalam surat terbuka, mereka meminta kepada pemerintah Malaysia untuk menggugat Indonesia karena Asia Tenggara mengalami krisis kabut asap tahunan.
• Video Mencekam Pengendara Melaju di Tengah Kabut Asap Pekat Karhutla Banjarbaru, Klakson Bersahutan
Mereka mengaku mengkhawatirkan kesehatan manusia, ekonomi, dan pendidikan anak-anak di seluruh Asean.
“Kesehatan orang-orang Asia Tenggara dan Indonesia berada di bawah ancaman mematikan oleh kebakaran hebat di Indonesia. Akuntabilitas harus dipaksakan jika adil."
"Gugatan RM1 adalah salah satu opsi kebijakan yang layak untuk Malaysia," katanya.
Sedangkan jumlah RM 1 dipilih karena “sangat sulit” untuk menghitung kerusakan.
"Kami mengusulkan hal terdekat yang mungkin: putusan deklarasi melalui gugatan yang memaksa pemerintah Indonesia untuk memikul tanggungjawab hukum atas kebakaran di wilayah Indonesia," tulis mereka dalam sebuah surat.
Ada sejumlah faktor dari karhutla yang mereka soroti, satu di antaranya yakni faktor minyak kelapa sawit.
Di mana perusahaan mengambil langkah membakar lahan agar menghemat biaya.
Mereka memberikan tiga usulan yakni pemerintah Malaysia memberikan bantuan teknis, mengambil tindakan hukum dan saling berbagi pengetahuan dengan masayarakat sipil.
• Singapura dan Malaysia Panik karena Asap Karhutla Sumatera dan Kalimantan, Ini yang Mereka Lakukan
Mereka melihat bahwa pemerintah Indonesia menolak mengambil tanggungjawab dalam karhutla yang terjadi.
"Kesimpulan logisnya adalah bahwa kebakaran di Indonesia menyebabkan kabut asap, namun pemerintah Indonesia menolak untuk mengambil tanggung jawab moral dan hukum untuk itu."
"Ini adalah langkah-langkah yang telah gagal selama 20-25 tahun: Perjanjian Asean tentang Polusi Asap Lintas Batas ditandatangani pada tahun 2002;
Rencana Aksi Haze Nasional Malaysia (tidak ada rincian yang dipublikasikan); panggilan untuk menggunakan lebih sedikit minyak sawit; diplomasi bilateral; dan doa tahunan untuk hujan," tulis mereka.
"Kami percaya bahwa mungkin untuk bertetangga namun tegas tentang hak kami sendiri untuk kesehatan dan udara bersih.
Bersama-sama, kita harus memperbaiki kebakaran hutan di Indonesia dengan segala cara.

Jika seseorang tidak mengakui tanggung jawabnya, kita harus memaksakan pertanggungjawaban pada orang itu dengan segala cara yang masuk akal, termasuk memberikan tanggung jawab hukum jika perlu," isi surat tersebut.
"Kesehatan orang-orang Asia Tenggara dan Indonesia berada di bawah ancaman mematikan oleh kebakaran hebat di Indonesia.
Akuntabilitas harus dipaksakan jika adil.
Gugatan RM1 adalah salah satu opsi kebijakan yang layak untuk Malaysia," pungkas mereka.
Bagaimana Singapura Bereaksi?
Singapura menjadi negara yang terkena dampak dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah di Indonesia.
Akibat karhutla, kabut asap yang berasal dari karhutla di Provinsi Kalimantan dan Sumatera, kualitas udara di Singapura juga tercemar.
Indeks Standar Pencemar 24-jam (PSI) Singapura pada Sabtu (14/9/2019) mencapai level tidak sehat untuk pertama kalinya sejak Agustus 2016, dikutip TribunWow.com dari channelnewsasia.com, Sabtu (14/9/2019).
• Video Motor Tabrak Pohon Gara-gara Kabut Asap Karhutla, Mobil Juga Terpelosok: Jarak Pandang 1 Meter
PSI Singapura melampaui angka 100 pada jam 4 sore waktu setempat.
Diketahui PSI 50 dan di bawahnya menunjukkan kualitas udara "baik", "sedang" untuk 51-100 dan "tidak sehat" untuk 101-200.
Menteri Singapura untuk Lingkungan dan Sumber Daya Air Masagos Zulkifli, menuturkan akan membutuhkan tekad dan kerjasama di negara ASEAN untuk menangani karhutla.
"Kembalinya kabut asap adalah pengingat akan keseriusan masalah, yang telah mempengaruhi kawasan ASEAN selama bertahun-tahun. Keduanya mencemari udara yang kita hirup dan mengeluarkan gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim," tulis Masagos dalam postingan Facebooknya.
Atas dasar itu, pihaknya menawarkan kerjasama untuk melakukan penyelesaian karhutla.
"Inilah sebabnya mengapa ada kebutuhan untuk penyelesaian dan kerja sama yang lebih kuat antara negara-negara ASEAN dan para pemangku kepentingan, untuk mencapai visi kami tentang ASEAN yang bebas kabut pada tahun 2020."
• Reaksi Tito Karnavian Lihat Kepungan Kabut Asap Karhutla di Riau: Yang Kebun, Kok Tidak Terbakar?
Masagos menambahkan bahwa Singapura telah menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk memerangi kebakaran hutan.
"Seperti biasa, kami siap membantu menekan api di darat. Singapura telah menawarkan bantuan teknis pemadaman kebakaran ke Indonesia dan siap untuk menyebarkannya jika diminta oleh Indonesia," katanya.
Menurut Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA), kabut asap memburuk di Singapura karena konvergensi angin di wilayah terdekat, yang bertiup dari Sumatera.
(TribunWow.com)