Bencana Kabut Asap Karhutla
Saat Pemerintah Indonesia Dikritik Keras soal Asap Karhutla, Profesional Malaysia Tulis Surat Ini
Sekelompok profesional dari Malaysia mengatakan akan menggugat Indonesia atas asap dari kebarakan hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Lailatun Niqmah
"Kami percaya bahwa mungkin untuk bertetangga namun tegas tentang hak kami sendiri untuk kesehatan dan udara bersih.
Bersama-sama, kita harus memperbaiki kebakaran hutan di Indonesia dengan segala cara.

Jika seseorang tidak mengakui tanggung jawabnya, kita harus memaksakan pertanggungjawaban pada orang itu dengan segala cara yang masuk akal, termasuk memberikan tanggung jawab hukum jika perlu," isi surat tersebut.
"Kesehatan orang-orang Asia Tenggara dan Indonesia berada di bawah ancaman mematikan oleh kebakaran hebat di Indonesia.
Akuntabilitas harus dipaksakan jika adil.
Gugatan RM1 adalah salah satu opsi kebijakan yang layak untuk Malaysia," pungkas mereka.
Bagaimana Singapura Bereaksi?
Singapura menjadi negara yang terkena dampak dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah di Indonesia.
Akibat karhutla, kabut asap yang berasal dari karhutla di Provinsi Kalimantan dan Sumatera, kualitas udara di Singapura juga tercemar.
Indeks Standar Pencemar 24-jam (PSI) Singapura pada Sabtu (14/9/2019) mencapai level tidak sehat untuk pertama kalinya sejak Agustus 2016, dikutip TribunWow.com dari channelnewsasia.com, Sabtu (14/9/2019).
• Video Motor Tabrak Pohon Gara-gara Kabut Asap Karhutla, Mobil Juga Terpelosok: Jarak Pandang 1 Meter
PSI Singapura melampaui angka 100 pada jam 4 sore waktu setempat.
Diketahui PSI 50 dan di bawahnya menunjukkan kualitas udara "baik", "sedang" untuk 51-100 dan "tidak sehat" untuk 101-200.
Menteri Singapura untuk Lingkungan dan Sumber Daya Air Masagos Zulkifli, menuturkan akan membutuhkan tekad dan kerjasama di negara ASEAN untuk menangani karhutla.
"Kembalinya kabut asap adalah pengingat akan keseriusan masalah, yang telah mempengaruhi kawasan ASEAN selama bertahun-tahun. Keduanya mencemari udara yang kita hirup dan mengeluarkan gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim," tulis Masagos dalam postingan Facebooknya.
Atas dasar itu, pihaknya menawarkan kerjasama untuk melakukan penyelesaian karhutla.