Bencana Kabut Asap Karhutla
Beredar Potret Hewan Jadi Korban Karhutla, Ikut 'Terpanggang' di Tengah Hutan Bersama Anaknya
Sebuah video beredar luas di media sosial memperlihatkan sebuah hewan yang tewas terpanggang dalam kebakaran hutan dan lahan.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Sebuah video beredar luas di media sosial memperlihatkan sebuah hewan yang tewas terpanggang dalam kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Diketahui, dalam beberapa pekan karhutla telah membuat khawatir sejumlah wilayah di Indonesia, yakni Kalimantan, Sumatera hingga Sulawesi.
Dikutip TribunWow.com dari akun Instagram @makassar_iinfo, Sabtu (14/9/2019), memperlihatkan korban dari karhutla yang terjadi tak hanya manusia, tapi juga hewan.

• Video Mencekam Pengendara Melaju di Tengah Kabut Asap Pekat Karhutla Banjarbaru, Klakson Bersahutan
Dalam video berdurasi singkat itu tampak menyorot tiga ekor ular jenis Malayopython reticulatus yang sudah tak bernyawa.
Tampak dua ekor ular dewasa dan seekor masih anakan mati di tengah hutan yang telah terbakar.
Ular dengan panjang sekitar lima meter itu sebagian tubuhnya terpanggang.
Sedangkan ular dewasa satunya sebagian tubuhnya tertumpuk tanah yang telah hangus.
"Korban dari dari kebakaran hutan, dua ekor beserta anaknya," ujar perekam.
"Itu yang besar sebagian di tanah itu," kata seorang lainnya.

"Kebakaran lahan yg berakibat asap di wilayah kalteng terutama kotim sungguh memprihatinkan
Berbahaya bg kesehatan warga. Hingga habitat hewannya pun ikut jadi korban .
Ditemukan ular ( lihat video ) mati 2 ekor dewasa dan 1 ekor anaknya," tulis @makassar_iinfo.
Video ini telah dilihat sebanyak 213 kali lebih.
Sejumlah komentar geram dilayangkan oleh warganet.
• Reaksi Tito Karnavian Lihat Kepungan Kabut Asap Karhutla di Riau: Yang Kebun, Kok Tidak Terbakar?
Mereka kesal menyoroti pelaku di balik kebakaran hutan dan lahan.
"Ngeliat ular yg meninggal kayak gini kok jadi kasian ya," tulis @reeeeeeeendra.
"Wahai oknum pembakar hutan, jgn kira kalian aman. akan ada hari pembalasan. tunggu lah waktunya," tulis @ariefherdiawan14.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan juga membuat beragam dampak untuk masyarakat yang menghirup asapnya, dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Senin (16/9/2019).
Seorang bayi di Sulawesi Selatan turut kehilangan nyawa lantaran diduga terpapar asap karhutla.
Pasangan suami istri Ngadirun (34) dan Ita Septiana (27) warga Dusun III Desa Talang Bulu, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin menuturkan sejak tiga hari terakhir terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan.
Bayi mereka, Elsa Pitaloka yang berusia empat bulan sebelumnya mengalami pilek, batuk, dan perut kembung.
Pada Minggu (15/9/2019), Elsa dilarikan ke bidan karena kesehatannya turun.
Di puskesmas, Elsa di bawa ke RS Ar Rasyid Palembang.
Sampai di rumah sakit, Elsa langsung diinfus. Setelah tujuh jam dirawat kondisi Elsa kian memburuk.
"Dokter bilang ada gangguan pernafasan, karena terkena ISPA. Saya sudah ikhlas menerimanya," jelas Ngadirun.

Dampak dari asap yang harus dihirup masyarakat Kalimantan Selatan juga membuat puluhan ribu terserang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Data Dinas Kesehatan Kalsel, sudah 20.000 warga yang terserang ISPA, dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Minggu (15/9/2019).
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, HM Muslim, menyebutkan dari Bulan Agustus dan pertengahan Bulan September menjadi catatan terparah.
"Ini terus meningkat, Agustus hingga pertengahan bulan ini yang paling banyak laporannya masuk," ujar Muslim.
Disebutkannya, bahwa warga mengatakan rata-rata mengeluh batuk dan sesak napas.
"Laporan dari kawan-kawan di kabupaten dan kota, kebanyakan warga yang memeriksakan diri ke Puskesmas mengeluhkan batuk dan sesak nafas," ujar Muslim.
• Asap Pekat di Riau, Jokowi Minta Panglima TNI, Menteri, hingga Kapolri Segera Tuntaskan Karhutla
Dan saat ini ada empat kabupaten dan kota yang warganya paling banyak menderita ISPA
Yakni Hulu Sungai Utara, Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan Kota Banjarbaru.
Pihaknya pun menghimbau agar masayarakat tak beraktifitas di luar rumah.
"Kualitas udara kita sudah mengkhawatirkan, sebaiknya warga mengurangi aktivitas di luar rumah," ucapnya.
Dan untuk melakukan penanganan masayarakatyang menderita ISPA, pihaknya telah membuka pelayanan kesehatan 24 jam.
"Untuk daerah-daerah yang parah, yang tinggi kasus ISPA, kita minta Puskesmas di sana buka 24 jam," tutur Muslim.
(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)